Blood Factory
Author
: Jung Rae Ah (Ayu P.)
Cast : SNSD’s Seohyun, Xi Luhan, EXO’s Oh
Se hoon, Super Junior’s Choi Kyuhyun,
BTS’s Jungkook, F(x)’s Krystal Jung, Infinite’s Myungsoo (L), Miss A’s Suzy
Genre : fantasy, humor, action, Friendship, etc
Rating
: Teen
Back
song : infinite-BTD, Luhan-Our
Tomorrow, SNSD-Bad Girl, Winner-Confession, Suzy-You’re My Star
Disclaimer :
-
Cast belong to God ang their parents
-
This FF is Mine
_sorry for typo_
Story #PART 2
Happy Reading J
...
“Apa yang terjadi? Aku masih hidup? Yeah...”
Seru Luhan dengan wajah bahagia. Pukulan itu mendarat mulus di muka datar zombie
yang hendak memakan Luhan itu. Seohyun membulatkan matanya sempurna. Mulutnya
terbuka menganga, ditambah dengan situasi yang semakin mencekam. Ketiganya
mamatung sekejab manatap zombie yang
menggeliat-liat dilantai.
Suara gemuruh, teriakan yang
melengking hebat masih menebar dimana-mana. Tiba-tiba ada yang menarik tangan
SeoHyun dari belakang kelas.
“Jebaaallllll........”
teriak gadis polos itu sekencang-kencangnya. Zombi itu mendekatkan mulutnya ke
leher SeoHyun.
“SeoHyun-ahh.....”
Sontak LuHan berlari ke arah SeoHyun yang sudah menutup kedua matanya
ketakutan. Sedangkan SeHun pergi entah kemana arahnya.
Aughhhh...
Glegek glegek...
Si
zombi meminum cucuran darah segar lewat saluran yang baru dibuatnya.
“Aku
masih hidup.” Celutuk SeoHyun yang baru saja membuka kedua matanya.
Tanpa
ia sadari, ia sudah ada dalam pelukan hangat Xi LuHan.
“Eh!
Darah dari mana ini?” SeoHyun mulai berdebar-debar. Ia tidak bisa berfikir akan
kelogikaan menatap tubuhnya yang terlingkup rapi dalam tubuh seseorang yang
kaku melipatnya.
“Luhan-ah!???”
Lirih SeoHyun dengan kilauan air mata di sudut matanya. Ia masih belum bisa
berbuat apa-apa lagi. Getaran yang semakin meluka, membuat atmosfir
disekitarnya menjadi dingin. Empat detik kemudian, mayat LuHan terjatuh beku
disamping tempatnya berdiri.
“Opppaaaa!!!!”
SeoHyun menangis hebat. Momen ini seperti sebuah perpisahan yang
mengisyaratkan. SeoHyun tercekat terlalu dalam. Sangat dalam. Sesak yang
dirasakannya hendak mengeringkan air di kantung matanya. Dengan cepat, ia
menarik tangan LuHan dari genggaman makhluk kanibal itu sebelum air matanya
habis. Namun, tangan yang diraihnya putus begitu saja.
“Ahsshh!
Jinjja? Eottokkhae?” SeoHyun putusan tangan itu ke tempat yang tidak
direncanakannya. Lemparan SeoHyun pun mendarat sempurna di jedat zombi yang
telah memakan separuh otak LuHan.
Zombi
itu menatap tajam SeoHyun dan menghampirinya dengan langkah patah-patah.
SeoHyun ikut mundur dalam langkahnya. 1 langkah..... 2 langkah.... Setelah
hitungan kedua, sepertinya ia sudah tidak bisa mundur lagi.
“Aniya...
kenapa harus ada dinding?” SeoHyun mengusap air matanya kasar. Keringatnya
mulai membasahi sekujur tubuhnya. Zombi itu masih menatap tajam ke dalam bola
mata SeoHyun yang terus membulat sempurna. SeoHyun menangis pasrah.
“Hiks..
hikss... kenapa kau makan orang yang sangat penting bagiku? Hah! Dasar zombi
bodoh. Kenapa lebih baik kau tak makan aku sekalian? Orang itu... orang itu
lebih berharga dari apapun. Mengapa? Mengapa dengan mudah kau membunuhnya
begitu saja? Hah!? Dasar kau bangsa zombi memang tak punya perasaan.”
Zombi
itu terhenti sejenak ketika melihat untaian air mata yang terlinang indah dari
ujung mata gadis polos itu. Seolah-olah air mata itu mengingatkannya akan sesuatu
hal. Tetapi, ia tidak tahu, ia pun kembali memepeti SeoHyun yang sudah mepet
tembok itu. Mungkin saja ia bisa menemukan jawaban dari rasa pensarannya. Kali
ini tubuhnya tidak bisa bergerak sedikit pun. Dari ujung kepala sampai kaki
serasa terkunci. Apa yang bisa dilakukan gadis polos itu?
Si
zombi teringat bahwa ia sedang dalam pikiran seseorang yang sangat menyayangi
gadis ini. Proses biologis yang terjadi malah akhirnya merajai perasaan dan
hidupnya sekarang. Zombi itu menarik lengan SeHyun dan membawanya pergi ke luar
area sekolahan yang sudah hancur belur. SeoHyun menerimanya bersempit hati. Namun,
semua meluluhlantahkan otaknya begitu saja.
Diperjalanan,
SeoHyun semakin teriris tajam hatinya begitu mengetahui jika kotanya sudah
menjadi sarang zombi sekarang. Semua orang berelovusi. Ia pikir ini awal kiamat
yang tak diundang.
‘kemana aku harus pergi? Dan kemana zombi ini
membawaku pergi? Ah! Aku sangat takut...’ desaknya dalam hati.
SeoHyun
memang gadis yang kikuk namun cerdas dalam berfikir rasionalitas. Dan sekarang,
sampailah dia di markas zombi yang bisa dibilang sebenarnya menyelamatkan
nyawanya dari kawanan zombi yang menginginkan darah segarnya. SeoHyun
memasukinya dengan wajah suram. Markas itu mirip seperti sebuah bus bekas. Di
dalam situ hanya ada zombi dan deretan botol kaca yang berisi darah segar serta
organ-organ tubuh manusia. Bahkan tampak organ-organ yang seharusnya tak
dikatakan bisa terpampang nyata disana. SeoHyun memeluk kedua lututnya sambil
memojok ketakutan.
“ergg
ergggh... Janggann takhhuutt. Aktkuu Kyu---HHHyyyuunn” Zombi itu mengulurkan
tangannya dengan senyum yang tak wajar.
“Apa-apaan
ini?” otak SeoHyun terselimuti rasa panik. Nyawanya seolah hilang saat melihat
senyum makhluk yang baru saja berbuat keji.
“Akktkkuu
ti—ddakkhh eemmmaa-kkahhnnhh SeoHyun,” Zombi itu mencoba menenangkan SeoHyun
seperti orang yang akan menjadi peneman hidupnya.
“Apa
kau benar-benar tidak akan memakanku, KyuHyun? Itu kan namamu?” SeoHyun
menundukkan wajahnya. Matanya sudah tidak sudi melihat wajah zombi yang bernama
KyuHyun itu lagi.
“Sarangghaaee....
SeoHyun-ah!” KyuHyun melontarkan perasaannya ke SeoHyun.
“Apa
kau bilang?” SeoHyun semakin ketakutan. Bulu kuduknya berdiri tegak. Bagaimana
bisa makhluk buruk macam zombi yang mengaku namanya KyuHyun itu bisa mencintai
manusia? Sangat aneh bukan.
“Ani...yaa...
beristirahatlah,” KyuHyun lalu pergi meninggalkan SeoHyun. Mata SeoHyun
menyorot ke penjuru ruangan. Berharap jika KyuHyun telah pergi agar ia bisa
kabur dari pernjara ini.
“Aku
tidak tahu... mengapa harus terjadi padaku?” Tanyanya riuh sambil
mengobrak-abrik dalam bus yang dasarnya sudah berantakan.
“LuHannnn
oppa... hikss... oppaa... opppaaa eodiseo?” SeoHyun menitih perihnya air mata.
Ia terus mencari jalan keluar dari tempat terkutuk ini.
“Neomu-neomu
bogosipeoyooo... LuHann oppa!” SeoHyun menangis keras-keras. Ia menggaruk
kepalanya yang tak gatal.
“Oppa!
Apa kau tidak melihat sahabat yang sudah kau anggap adik ini, sedang ketakutan?
Oppa, ddeonajima....”
Dari
luar, KyuHyun terus melihat tingkah SeoHyun dari sudut luar bus. Hatinya
tersayat ketika paham jika gadis yang dicintainya sangat benci dengannya.
KyuHyun pun masuk ke dalam bus dan didapatinya SeoHyun yang sedang mencoba
memecahkan kaca jendela bus. Sontak, SeoHyun menjatuhkan pemukulnya. Dan
tiba-tiba, KyuHyun menangis di depannya.
Seolah
berbicara dari hati ke hati, SeoHyun tahu jika KyuHyun sangat sedih karenanya.
Dengan gerakan yang tulus, KyuHyun menggandeng gadis itu pergi menaiki sebuah
mobil yang terpakir di dekat markasnya. SeoHyun membatu, ia tidak mengerti
mengapa KyuHyun ingin membawanya pergi.
“Kau!
Mengapa terus membawaku kesana kemari?” Tanya SeoHyun sambil mencari pandangan
bahagia yang masih bersembunyi dari wajah KyuHyun.
“...”
KyuHyun membisu seketika.
“Yak!
Harusnya kau menjawabku.! Jangan membisu seperti itu. Mengapa pula kau menangis
tadi? Kau tahu betapa...” belum selesai berbicara, KyuHyun memotong benang
pembicaraan SeoHyun.
“Jikkkhhaa
kau tatkkukut kaa-errre-naku, bukankaaah itttuuu lebhhihj meenyjjedihtkkkaan daaarrt-ipadhaa
hiduhpku.?” KyuHyun mengembangkan senyum yang amat manis.
SeoHyun
menyergap.
“Eh!”
Ya,
gadis itu hanya kikuk. Tetapi, hatinya terasa tercekat lebih sempit kali ini.
Bahkan baru kali initadi SeoHyun melihat seorang lelaki menangis di depannya
yang terjadi beberapa menit tadi. Sungguh dramatis.
Selama
perjalanan, SeoHyun tertidur pulas untuk menghindari mabuk mobil. Bukan karena
jarang naik mobil, tetapi mobil yang ditumpanginya berjuta kali lebih ekstrim,
penuh ceceran darah berselimut bau amis.
3
jam kemudian.
“Ireeoo...nnhha...
SeoHyun-ah!” KyuHyun membangunkan gadis polos itu.
“Ne,....”
SeoHyun pun ikut melesat dengan KyuHyun.
“Woww!!!
Sunset!”
...Be
Continue...