.................................................................

.................................................................

Jumat, 03 Juni 2016

FanFiction Yuju Gfriend_Ice Flower CHAPTER 4 [Shine OR Go Crazy?]



FanFiction
Title                 : Ice Flower
Author             : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast        : Yuju Gfriend
Other cast         : Yeri Red Velvet, Zelo B.A.P, Suho Exo, SeHun Exo, Minho Shinee, Kim TaeYeon, etc.
Length             : Multi Chapter
Rating             :  Teen
Genre              :  School life, Olympiad story, a little comedy, etc.
Disclaimer :
*Cast belong to God and their parents
*This FF is mine. (Fiksi ini berdasarkan imajinasi author. Jika ada kesamaan karakter, cerita, kebudayaan, hal-hal yang tidak sesuai (entah itu cast, alur, latar), dan lain-lain yang terkandung di setiap unsur di dalam cerita ini. Maka, itu semua hanyalah sebuah kebetulan belaka.)
Cr : Ayupuspianingrum129.blogspot.com
A/N : Awas banyak Typo. Maaf kalau kurang seru. ^_^....
2016©Jung Rae Ah(Ayu P.)
CHAPTER 4
Shine OR Go Crazy?
♡♡♡
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It J
♡♡♡
Akulah Venus dan Kau Matahari. Kita akan menjadi sebuah tim pemburu kebahagiaan di awal hari yang beku nan berkabut.
♡♡♡

                         “YUJU-yaaaa!!!!” Hempasan suara yang menggelikan. Darimana datangnya? Sungguh, aku keberatan dan malu jika orang lain terganggu. Aku mencoba bangkit dari ranjangku.
                         “Yuju-ya!” Orang itu terus mengetuk pintu kamarku keras-keras. Siapa orang ini? Kenapa tidak peka kalau ini hotel.
                         “Nde....” Aku menjawab sewajarnya sebelum jemariku menyentuh daun pintu. Setelah pintu tertarik kedalam, nampaklah batang hidung sosok tuyul ini.
                         “SeHun?” Reflekku keras-keras.
                         #KrikKrik #KrikKrik
                         Aku membekap mulutku rapat-rapat. Ah! Untuk apa ia datang ke kamarku sepagi ini? Dengan cepat, ku tutup kembali pintu kamarku. Tapi, eh, ia menahan dan malah cengar-cengir sendiri.
                         “Yak! Kenapa haruth terburu-buru? Aku datang kethini untuk menjemputmu.” Jelasnya seolah ia adalah yang bisa mengatur diriku.
                         “Jinjjayeo?” Aku mendelik.
                         “Ah.... kenapa keringatmu teruth bercucuran theperti itu?”
                         “Karena kau aneh.” Ucapku dengan harapan agar aku bisa menyekaknya.
                         Ia semakin menatapku keheranan. Aku masih bingung ingin bagaimana. Otakku terus berputar dan berputar, hingga pada saatnya ada sosok yang mengalihkan suasana.
                         “Apa ini drama?” Suara itu sangat familiar dengan kosa kata yang khas. Dialah pemilik kosa kata itu, Suho. Aku semakin tidak terkendali. Orang galak ini datang bersamaan dengan orang aneh di pagi-pagi buta. Jika mereka menyatu sekarang, ku pikir mereka akan melabrakku.
                         Dengan mata sinisnya, Suho berjalan pelan namun pasti ke arahku. Sehun malah ikut-ikutan sang leader. Huhu, mereka berdua semakin mendekat dan memojokiku. Beberapa langkah lebih dekat, lebih dekat, dan sangat dekat. Keringatku semakin banyak yang menetes. Adrenalinku pun naik dan tak tertahankan. Tiba-tiba, kakiku tak bisa melangkah lagi. Ya, aku terperangkap disini, di pojokkan tembok.
                         “Mwo? Mwoyeo?” Aku tidak tahu harus bagaimana lagi.
                         “Jangan banyak bicara. Ini bukan skenario drama.” Sentak Suho habis-habisan kepadaku yang tak bersalah ini.
                         Ia menarik tanganku layaknya hewan pengerat yang lihai membawa mangsanya. Akan diapakan diriku? Aku mulai mengatupkan kelopak mata untuk beberapa saat. Yang bisa kudengar hanyalah suara nafasnya yang tersengal-sengal. Ku rasa ini adalah drama yang di skenarioi oleh Suho sendiri. Maklum, saat perkenalan, ia pernah berkata bahwa cita-cita yang jauh dari hidupnya adalah menjadi pemain drama. Ashhh jinjja! sekarang aku semakin kedinginan.
                         “Nah, hey! Kita sudah sampai.” Seru Suho sembari melepas cengkeramannya.
                         “Hiisshh... Sakit banget tau. Dari caramu tadi, sepertinya kau sudah sering berkencan.” Ceplosku tanpa ku hiraukan apa katanya.
                         Aku mendongak. Kemudian memeriksa keadaan di sekitar. Zelo, ia berdiri di sampingku sambil tersenyum lebar ketika aku melirik ke arahnya. Aku pun menarik kedua ujung bibirku. Entah mengapa, ia tampak sangat polos ketika wajahnya diterpa oleh partikel cahaya di pagi hari.
                         Yeri. Gadis yang memancarkan semangat barunya di pagi ini. Suho dan SeHun, mereka masih cengar-cengir sendiri. Dan aku? Semakin bingung saja. Namun, saat perhatianku teralihkan oleh suasana, semua berubah. Aku mulai paham apa yang sedang dirasakan oleh mereka semua.
...
                         Mentari dengan tulus menghangatkan pepohonan yang mulai bersajak dengan dedaunan. Bunga-bunga ikut menyandarkan kehadirannya dengan selimut beraroma blossomnya. Sejuk, segar, damai. Lalu, tahukah kata apalagi yang dapat menggantikan indahnya awal musim semi yang senantiasa memekarkan hatiku? Jawabannya adalah hatimu. Hati seorang sahabat.
                         “Kalian tahu? Hari ini kita akan kedatangan professor Astrofisika.” Suho menancap gas percakapan kami.
                         “Yeah~” Hanya itu yang dikatakan Sehun.
                         “Aku tidak bisa membayangkan, sehebat apa beliau. Wauww...!” Yeri histeris sendiri.
                         “Professor Astrofisika atau Fisika?” Zelo memastikan kebenaran.
                         “Eh,, bentar-bentar.” Suho melihat chatnya semalam dengan TaeYeon Eonni.
                         “Semalam kamu mimpi buruk ya?” Tanyaku asal nyeplos lagi.
                         “Sssttt.... sok tau ya kamu. Aku bukan anak kecil yang shock habis mimpi buruk. Jangan alay deh!” ia mengoceh sambil menekan beberap tuts tombol.
                         “Aduh.... battery empty. Wahh.... Maaf ya teman-teman.” Suho memasukkan kembali ponselnya.
                         “Yah..... gimana sih!” Yeri berdecak kesal.
                         “Ya, tahu gak? Ini tuh rasanya kayak di-PHP gitu. Aihya.... jangan-jangan kamu tukang PHP nih?” Aku semakin nyerocos kemana-mana.
                         “Sudahlah. Kita tunggu saja. tapi sambil....” Zelo menyeringai. Ia pun berlari ke arah jam 10.00 menuju bukit.
                         “Ada yang mau ikut? Yuju? Yeri? Sehun? Suho?”
                         “NAEGA!!!!” Aku berteriak hingga membuat sosok yang ada di dekatku terkejut.
                         Aku mengarahkan pandangan ke Yeri sejenak.
                         “Suplai oksigen menanti,”  Bujukku kepada Yeri. Ia pun mengekoriku yang sudah berlari di belakang Zelo.
                         Jalan bermedan berat namun mampu menyalakan suluh kami kembali. Tak peduli aral rintangan yang berarti, kami menyibak segala keraguan dibalik kekuatan kami masing-masing. Tiada hal lain yang lebih membahagiakan insan sepertiku, kecuali kasih sayang keluarga dan sahabat.
                         “Keren.... kita udah sampe bukit.” Zelo menyambut rasa lelah kami yang seketika membeku menatap landscape pegunungan. Kami memang dari negara terpencil, desa yang dikepung oleh variasi pegunungan. Tetapi yang kami perlukan adalah bukti kepada dunia bahwa kami adalah tim yang handal.
                         “Yak! Kalian cepet banget sih larinya.” Suara itu lagi, pasti Suho.
                         Aku dan Zelo ber-hahaha.
                         “Eitss, salah. Kalian yang express banget. Tadi waktu aku lari duluan, aku kan nengok ke belakang. Eh, kalian masih matung berduaan.” Yeri menimpali.
                         “Arasseo. Begini, aku punya ide.” Ujar Zelo sambil menampakkan matanya yang berbinar-binar.
                         “Apaan?” SeHun mulai buka mulut.
                         “Zey, lihat depan kalian! Iya depan kalian. Itu tuh,” Zelo menunjuk view yang tak terbayarkan ini.
                         “Oh! Terus?” Sambungku.
                         “Nah, ucapin mimpi kita bareng-bareng. Setuju gak? Peraturannya simpel kok. Semakin keras dan lantang teriakkan kalian, maka akan semakin dekat mimpi yang semula jauh dari kita. oke, gimana?”
                         “S(th)etuju!!!” Seru kami berempat.
                         “Kalau gitu kita mulai dari leader aja yak. Suho?” Zelo
                         “Eh? Aku ya.... ehem....”
                         Ketika Suho menarik nafas panjang, auranya mulai berubah. Aku menjadi terpikir oleh mimpi Suho yang ingin menjadi Aktor itu. Kemungkinan besar kalimatnya akan seperti ini, ‘aku ingin menjadi aktor internasional’. Haha!
                         “AKULAH CALON ABSOLUTE WINNER IOAA.” (IOAA : International Olympiad on Astronomy and Astrophysics)
                         Deg!
                         Jantungku sekejab tertikam hebat oleh kalimat mimpinya. Apa dia melupakan mimpinya sejenak untuk menyukseskan kami semua? Apa seperti itu yang difikirkan oleh leader kami ini? Aku mulai merasakan atmosfir dingin yang terbakar oleh bayangan suasana IOAA nanti.
                         “Keren.... sekarang aku ingin mendengar mimpimu, Yeri” Zelo yang memrotokoli kami, tiba-tiba merinding sendiri.
                         “Huh..... 1, 2, 3....
                         AKU INGIN MEDALI EMAS IOAAaaa..........”
                         Yeri terkekeh. Suaranya lantang bukan main. Mungkin jika aku hanya berdua dengan Yeri, aku sudah meneteskan air mata.
                         “Baiklah. Bagus, Yeri. sekarang mari kita lihat seberapa tangguh sahabat kita yang satu ini, SeHun.”
                         SeHun maju beberap langkah. Ia menutup kedua matanya. Tangannya terlentang sejajar dengan arah tubuhnya.
                         “KAMI PASTI THUKTHETH DALAM THEGALA RINTANGAN.”
                         SeHun sangat serius. Bagaimana denganku? Bulu kudukku masih berdiri tegak. Entah mengapa pula, aku menjadi gugup. Mau tidak mau, setelah ini pasti aku.
                         “Selanjutnya, Yuju.” Zelo menatapku penuh keyakinan. Aku mengangguk kecil.
                         Ku biarkan hawa dingin ini menusuk tubuhku melalui pori-pori kulitku. Aku memandang ke masa depan.
                         “kami calon ilmuwan besar. Dan langkah kami dimulai karena kehendak tuhan. Kami pasti bisa untuk.......5 MEDALI EMAS IOAA.” Aku menjadi sumringah. Semua menatapku penuh kasih.
                         “Zelo....” Aku menarik tangannya yang ternyata lebih dingin dari yang ku kira.
                         “Sekarang giliran sahabat kita yang jenius ini.” Ucapku dengan semangat berkobar-kobar di tengah udara yang ekstrim.
                         “Eh.... aku tidak seperti itu. aku hanya rajin, Rhea.” Ia merendah. Padahal kami memang menganggapnya sangat jenius.
                         Tiba-tiba Zelo menggenggam tanganku. Matanya juga menyorot ke dalam bola mataku. Reflek, aku pun ke-Gran. Tapi setelah ia menenteng tangan yang lain, aku mulai mengerti. Kami semua bergandengan di tepi bukit yang menembus awan.
                         “Kita bersama-sama melawan berbagai lengkungan ruang waktu yang mana sedang kita lalui. Kita adalah sebuah tim yang akan memasuki dunia yang liar. Kita berlima, bukan lagi secercah cahaya putih yang penuh harapan. Tetapi juga dengan tanggung jawab yang amat berat. bahkan gravitasi pun seakan-akan terlawan olehnya. Jadi,” Ia pun menutup kedua matanya.
                         Tangannya juga bergetar, membuat air mata ini menetes tanpa seizinku. Hatiku merasakan sayatan yang tak ku ketahui apa maksudnya. Disebelahku, ada Yeri yang memangkukan rasa ketakutan di ujung matanya.
                         “Aku ingin..... KITA JAUUHHH LEBIH HEBAT DARI MUSUH KITA. Karena tidak ada yang boleh memisahkan kita semua. Kita adalah KE-LU-AR-GA.”
                         Zelo menatap kami satu per satu. Meyakinkan bahwa kami semua mampu menebarkan cinta satu sama lain. Maka, kekuatan kecil yang kami miliki akan bersatu membentuk sabuah kekuatan yang besar. Tak peduli seberapa kuat komentar dari luar ingin menghancurkan kami. Kami adalah satu jua, bersama-sama mendapatkan medali. Aku yakin, orang-orang akan segera melihat itu.
TO BE CONTINUE....
                        
                        

Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One