cr : nasa.gov
Alam semesta terus berekspansi seiring pekembangan
kehidupan manusia yang semakin tertinggal. Namun, kita tidak perlu bungkam
karena Astronomi perlahan-lahan mampu menjawab berbagai isu dan pertanyaan yang
sehubungan dengan alam semesta.
Astronomi begitu kompleks, ah masa’? Kompleks atau tidaknya
ini bergantung pada PERSPEKTIFnya. Ini hanya sebatas pengalaman saya saja.
karena setiap saat saya belajar astronomi, maka ilmu ini juga akan mengingatkan
saya kepada ilmu-ilmu lainnya. Yang saya kira merupakan pilar dan penghubungilmu
astronomi. Diantaranya antara lain : Matematika, Fisika, Kimia, Geografi, Kebumian,
Biologi, dll.
Mungkin saya tampak begitu berlebihan. Tapi ah, tidak
juga. Sebenarnya selain mengingatkan pada ilmu lain, astronomi senantiasa
memberi kepada kita amanat yang lebih hebat daripada amanat di sepucuk kertas
maupun media yang bercerita tentang ini-itu. Belajarlah. Jika mungkin sekali
kita membenci suatu ilmu karena suatu hal, untuk menyukainya juga susah kalau
tidak merubah pola pikir individu. Begitupun sebaliknya.
Apakah kita harus belajar astronomi? Tergantung
konteksnya. Jika karena akan mengikuti ajang olimpiade atau ingin mengambil
jurusan Astronomi, maka belajarlah dari dasarnya. Mulai dari matematika dasar,
fisika dasar, mekanika benda langit, fisika modern, astrometri, astrodinamika, hingga kosmologi. Namun, kalau hanya sekedar
ingin tahu dan memahami, belajarlah sesukamu dari mana saja tentang ulasan
Astronomi. Namun, setidaknya kita memahami ilmu astronomi karena kita adalah
bagian dari alam semesta.
Manusia dibekali dengan akal yang luar biasa. Kita semua
(manusia) tinggal di Bumi. Kemudian, jika kita lirik lebih luas lagi maka kita
akan melihat Bumi di dalam Tata Surya. Jika kita urutkan detailnya dari Planet
tecinta ini akan di dapatkan : Bumi-tata Surya-Galaksi Bimasakti-Local
Group-Virgo Cluster*-Laniakea Supercluster-Observable Universe. (Note : *Virgo
sudah bukan supercluster, tetapi kini menjadi cluster. Ingat bahwa sains itu
dinamis.)
Ketika kita membicarakan alam semesta, maka secara umum
ini merujuk ke observable universe (alam semesta teramati). Karena Astronomi
begitu erat dengan ilmu lainnya, maka saya akan memberi beberapa info yang
membuat kita merenung.
Dimana alamat kita yang sudah saya sebutkan tadi. Bisakah
kalian membayangkan seberapa besarnya. Apakah berjuta-juta gunung yang
berjejeran? Ataukah sebesar lautan samudera yang terhempas di luar angkasa?
Jawabannya tentu tidak. Lalu mengapa?
Baiklah, ini adalah poin bagus yang dapat mengingatkan
agar kita senantiasa tidak sombong. Llihatlah langit, dibalik keindahannya
menyimpan malapetaka yang dapat menghancurkan kehidupan Bumi. Kapan saja. Tak
peduli apakah kita tahu atau tidak ia akan datang.
Tahukah
kalian ukuran bintang terbesar (Untuk saat ini) yang pernah ditemukan di alam
semesta? UY Scuti, sebuah bintang maha raksasa yang jika dibandingkan dengan
ukuran matahari (Dalam hal Volume), Matahari kita yang sangat panas saja tidak
akan terlihat. Matahari bagaikan atom kecil yang dengan mudahnya dapat dilahap
oleh UY Scuti. Lalu masihkah kita perlu menyombongkan rumah kita di Bumi ini?
Hah, bahkan kalau ada seseorang yang meninggalkan dunia ini, alam semesta tidak
peduli dengan kita. makanya jangan angkuh karena kita adalah bagian yang
berguna dalam skala yang sangat sangat sangat kecil di alam semesta.
Tuhan
mengatur alam semesta begitu rapi. Karena ini juga kita harus selalu berusaha
untuk ikhlas, bersyukur, dan ingat kepada-Nya. Kita adalah bagian dari alam
semesta. Maka dari itu, meskipun kita sangat kecil jangan berkecil hati karena
kita bagian alam semesta yang sangat menawan. Ilmuwan memperkirakan adanya dark
matter yang mengisi sekitar 25% alam semesta, dark energy 75%, dan 5% adalah
alam semesta teramati.
Perlu kita
tahu bahwa dark matter dan dark energy masih belum dipastikan keberadaannya.
Hal ini wajar. Dalam kosmologi pun, pengamatan bukan menjadi masalah besar
karena data atau hasil pengamatan dapat berubah.
Dalam
Astronomi terdapat pelajaran supaya kita menegmbangkan sikap skeptis. Dimana
sikap skeptis ini penting agar kita menjadi peneliti yang baik, tidak mudah
percaya dengan hoax, dll karena sains merupakan ilmu yang dinamis.
Semoga tidak ada miskonsepsi tentang artikel ini.
Silahkan berkomentar dengan santun jika memang menimbulkan keraguan. Terima
kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar