.................................................................

.................................................................

Rabu, 27 Juli 2016

[SHARING] Semerbak Pengalaman Menjadi Panitia PPLS (Program Pengenalan Lingkungan Sekolah) SMA Negeri 1 Maospati




            Istilah MOS (Singkatan dari Masa Orientasi Siswa) kerap dihubungkan kepada berbagai peristiwa yang menimbulkan perploncoan sehingga sekarang MOS dihapus. Mungkin ada dari kita yang bertanya, “Lalu bagaimana cara efektif pengenalan lingkungan sekolah kepada siswa baru?” “Adakah kebijakan lain?” jawabannya adalah dengan mengadakan Program Pengenalan Lingkungan Sekolah sesuai Peraturan.

            Oke, sebelumnya perlu diketahui bahwa saya pada saat menjadi panitia memangku tempat sebagai pendampng kelas. Tepatnya pendamping kelas XG. Jadi, kebanyakan pengalaman yang saya bagikan adalah selama saya menjadi pendamping keals XG tersebut.

            Dalam PPLS ini, secara psikologis, saya menerapkan prinsip yaitu tidak ingin membuat adik kelas balas dendam karena sikap saya. Kenapa? Karena ini merupakan salah satu ajang untuk berbagi ilmu kepada adik kelas. Saya tidak menganggap bahwa saya “senior” tetapi saya berpegang teguh pada keyakinan bahwa saya menjadi seorang pengajar selama kurang lebih 4 hari. Jadi, karena saya menganggap diri saya sebagai pengajar, ada sebuah tanggung jawab yang harus saya jalankan.

            Jauh dari pemikiran seorang senior (yang saya sendiri kurang ketahui), ketika menjadi pendamping kelas ternyata memerlukan kesabaran, keikhlasan, kebahagiaan, dan setidaknya ilmu atau keahlian agar kita sendiri tidak menerjunkan doktrin-doktrin bodoh kepada adik kelas (Maaf, saya tidak bermaksud menyinggung). Yah kan biasanya ketika kita tidak punya keahlian, yang kita bisa lakukan adalah memengaruhi orang lain dengan doktrin. Seharusnya tidak demikian, sebuah sikap yang baik akan membuat kita dihormati oleh adik kelas. Sikap yang baik ini tentunya menjurus ke hal yang benar. Jadi tidak sekedar baik, tetapi juga benar sebagaimana adik kelas mampu memercayai kita.

            Menyenangkan sekali bisa berkomunikasi baik dengan banyak orang. Ibarat kita adalah seorang pembicara hebat yang dihargai oleh para pendengar kita. apapun itu, mereka akan mendengarkan. Saya tipikal orang yang serius, jadi saya benar-benar mengatakan apa yang saya miliki dan sesuatu itu akan bermanfaat bagi mereka. Tidak terlalu serius juga, saya tetap memberikan selingan curhatan dan komedi di sela-selanya. Sehingga mereka tidak bosan, kita pun tidak kehabisan topik pembicaraan.

            Di hari pertama, masa pra-PPLS. Pertama lumayan canggung karena yang saya hadapi adalah adik kelas yang sellisihnya 1 tahun. Perkenalan demi perkenalan, lama-lama kontak dan interaksi saya dengan adik kelas semakin kuat. Pastinya tetap ada kendala. Seperti ada satu atau dua anak yang murung terus. Entah mengapa, mereka hanya membisu ketika saya tanya. Namun, dilihat dari gestur tubuhnya, mungkin dia tidak suka dengan kelasnya karena pastilah belum saling kenal dekat. Mudah mengatasi anak seperti ini, yakni beri dia perhatian, jangan beri dia banyak pertanyaan, tetap lanjutkan keprofessionalitas kita sebagai pendamping kelas dengan menyuguhkan topik yang membuat mayoritas siswa antusias. 

            [Untuk ingin tahu topik menarik yang bisa kita bawakan, klik disini.]

             Tanggung jawab sebagai pendamping kelas cukup berat. kita yang melatih ini-itu kalau ada lomba ini-itu. salah satunya pensi. Dan kelas XG kebetulan mendapat bagian LIPSING. Bayangkan! Belum lagi adik kelas yang mau tidak mau dipaksa tampil kalau tidak ada yang mengacungkan diri. Kelas saya memang hanya latihan sekali-dua kali untuk yel-yel, lalu latihan untuk pensi cukup sehari. Inilah faktor yang membuat kekalahan pada kelas. Kenapa saya menyinkat kegiatan latihan? Alasannya adalah karena saya ingin mereka menyiapkan mental dan fisik di rumah dnegan tidak membuat mereka terbebani dengan kegiatan. Saran dari saya saja, kalau pembaca ada di posisi ini, latihlah mereka berkali-kali supaya lebih kompak. Bagaimana caranya? Dengan mengompress waktu yang ada. Apalagi kalau sudah K-13 seperti SMA N 1 Maospati ini, bel pulang sekolah berdering pukul 14.35. Ohya, menurut pengalaman saya, kekompakan datangnya tidak harus dari banyak ketemu. Antara lain datang dari sebuah tekad, kenyamanan pendamping kelas dan adik kelas saat saling berinteraksi, kegiatan sharing, dll.

            Cukuplah, karena lipsing juga kualitasnya begitu-begitu saja, dan ada kesalahan pada durasi lipsing yang terlalu lama, wajar kita kalah. Meskipun kalah, sebagai PK kita harus menanamkan nilai bahwa kegagalan bukan segalanya. Tetap buat mereka semangat.

            Di hari-hari pertama dan kedua PPLS, ada berbagai materi yang diberikan oleh guru dan kegiatan sosialisasi. Tidak terlalu berat menjadi PK di hari itu, namun memuncak kembali di hari ketiga. Meskipun lelah, jangan kehilangan senyum. Karena kita telah diberikan tempat untuk berbagi, maka beterima kasihlah dan pinta pesan kesan dari mereka. Berikut adalah kutipan bpesan kesan untuk saya sendiri selama PPLS.
           

            Apa sih gunanya pesan kesan tersebut?

            Bagi saya, tulisan mereka akan menjadi pengingat kepada saya saat terpuruk atau mengalami kegagalan (down). Pengingat tersebut adalah sebuah kenangan dimana dunia masih memerlukan kepribadian baik kita, banyak orang diluar sana yang menghargai kita, dan tetaplah maju karena banyak orang disana yang ingin kita tidak mudah menyerah. Tetaplah semangat! Ingat juga bahwa pesan kesan tersebut kita jadikan alasan atau apa, pesan kesan tersebut hanyalah secuil kecil bagian dari kepribadian kita yang mungkin tidak nampak pada saat itu.

            Semoga tulisan ini bermanfaat. Terima kasih, silahkan berkomentar dengan sopan.

Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One