.................................................................

.................................................................

Senin, 03 Agustus 2015

Fan Fiction ‘COFFE SHOP’





Title                 : Coffee Shop
Author             : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast        : OC  “Jung Rae Ah”
Under Cast       : B.A.P
Length             : One Shoot
Rating              : Teen
Genre               : Family, Friendship, Sad.
Back Song :
*B.A.P-Coffee Shop
*The Ark-Somebody
Disclaimer :
*Cast milik Tuhan dan Ortu masing-masing
*Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N : Awas Typo Campur Aduk, Maaf Kalau Kurang Seru. ^_^
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It
...
...
Seoul
[6 a.m]
            PrAkkkK...
Sebatang ranting pohon terjatuh bersama untaian embun yang masih menempel. Youngjae duduk terlengah menatap langit biru di teras rumahnya. Tatapannya seperti sedang merindukan sesuatu.
OPPA!” Kejut Jung Rae Ah pada kakaknya dengan raut wajah menyenangkan.
Arrghhh... Mwoeyo? Rhea? Neol michyeoseo? Jangan suka mengagetkan oppa seperti itu. Kau tidak melihat apa kalau oppa sedang sedih? Hah?” Youngjae mulai menyerang adiknya yang biasa dipanggil Rhea. Rhea maju satu langkah dengan bergenggam tangan ke belakang dan duduk disamping kakaknya.
Oppa? Mianhaeyo...  Jangan marah, aku tidak bermaksud membuat oppa semakin sedih.” Pinta Rhea tertunduk. Youngjae menoleh pada adiknya dengan senyuman tipis.
Gwenchanayo Saeng. Semua akan baik-baik saja. Oppa tidak marah padamu.” Ujar Youngjae sembari mengelus rambut Rhea. Rhea menyandarkan kepalanya ke bahu kakaknya dengan pelan. Youngjae ber-huh sebentar dengan maksud, ‘aku lega’. Terlintas dipikiran Rhea akan satu hal yang membuat kakaknya sering menyendiri, yaitu kejadian 6 bulan yang lalu...
...
Flashback ON
Rhea menyaksikan kakaknya seperti debu terhempas angin lalu menghilang.  Awak media, wartawan, light camera yang membidik ke segala penjuru membuatnya pusing. Pertanyaan ini itu terus muncul, Rhea berusaha membawa kakaknya pergi dari kawanan media.
“Rhea! Kau tak seharusnya disini.” Bisik Youngjae pada adiknya yang tergolong nekat. Bagaimana lagi, Rhea bersikeras untuk membawa pulang kakaknya dari tempat yang membuat kakaknya lelah.
“Aku tidak akan melepaskan tanganmu oppa,” Sahut Rhea ditengah kejaran mencari taksi sambil mengenggam tangan kakaknya lebih erat.
Flashback OFF
...
Mentari meninggi, kicauan burung perlahan pergi bersama dengan perasaan sedih Youngjae dan adiknya. Tercipta atmosfir bahagia antara kakak adik itu. Rhea beralih mendongakkan kepalanya dengan posisi duduk bertopang lutut.
Oppa, kenapa kau tidak mengadakan reuni dengan temanmu atau apa?” Tanya Rhea kegirangan berharap agar kakaknya setuju.
Ne... nanti sore aku akan mengadakan pertemuan informal dengan teman-teman seperjuanganku. Seperti biasanya ke Coffee Shop. Kau mau ikut?” Ajak Youngjae datar.
“Yeee... Arasseo Oppa. Aku ikut, tapi setelah rumah ini bersih dan packing-packing. Bukankah besok aku akan berangkat Study Tour ke Jeju Island. Jadi kalau kakak sendirian, pasti rumah ini akan kotor. Bagaimana jika Appa dan Eomma tiba-tiba menelfon kita dari luar negeri lalu menanyakan tentang seputar rumah ini? Padahal rumah ini sangat berantakan. Jebal... Sekali-sekali bantu Rhea membersihkan rumah ya?” Rhea berkedip manja beberapa kali pada Youngjae.
Arasseo! Siapa yang akan lebih dulu selesai, besok pagi mendapat jatah video call dengan Appa dan Eomma. 1, 2, 3 ...” Youngjae lari kedalam rumah meninggalkan Rhea.
“Yak! Kau licik oppa,” Teriak Rhea berlari kencang menyusul kakaknya. Selama 4 jam non-stop, mereka benar-benar membersihkan rumahnya. Youngjae bagai kakak berhati malaikat bagi Rhea. Begitu pun Youngjae, Rhea adalah cahaya yang menerangi gelap hidupnya.
...
3 p.m
Rhea masih terlelap di Ruang Tengah setelah menghabiskan semangkuk ramen pedas.
“Yak! Kau jadi ikut atau tidak?” Tanya Youngjae yang terus menggoyang-goyangkan tubuh adiknya.
Hmm...” Rhea terbangun. Ia  langsung gaspol ke kamar mandi dengan mata masih tertutup. Youngjae menggaruk kepalanya yang tak gatal, terheran akan tingkah adiknya.
...
15 menit kemudian.
Ta-dah!” Kejut Rhea yang lagi-lagi membuat Youngjae tercengang.
Eh?” Youngjae menunjuk ke white dress selutut nan menawan  yang dikenakan Rhea.
“Sejak kapan kau punya dress seperti itu?” Tanyanya lagi.
Wae? Yeoppo’ kan (cantik’ kan)? Eomma bilang aku boleh memakainya kapan pun. Ayo! Palli!!!” Seret Rhea menuju ke garasi.
Eittss... Kita jalan kaki saja. Karena bahan bakarnya sudah menipis sedangkan uang kakak juga hampir habis. Besok kau mau aku antar pakai apa kalau bukan mobil itu.” Sanggah Youngjae yang mulai melangkah lebih dulu.
Oppa! Cakhamanyo!!!!” Rhea menghentakkan kakinya.
Ditengah jalan, mereka seperti kakak adik normal pada umumnya. Youngjae berjalan santai dengan langkah kakinya yang panjang, sedangkan Rhea berlari dengan langkah kecilnya untuk menyamai langkah kakaknya.
“Rhea? Lihatlah!” Sahut Youngjae hendak memberi tahu akan sesuatu yang disukai adiknya.
“...”  tidak ada jawaban dari Rhea.
“Rhea?” Youngjae menoleh dan Rhea... ‘MENGHILANG’.
“Rhea!!!” Youngjae kembali menyusuri jalan setapak bekas langkahnya. Ia sangat takut jika Rhea diculik oleh gangster atau brandalan-brandalan tengik dikota. Atau jangan-jangan?
...
Di sebuah tikungan dekat toko sepatu, tampak Rhea berdiri tegak tepat didepan pintu kaca yang memamerkan sebuah sepatu mahal dengan model terbaru. Youngjae menghampirinya sambil mengatur nafasnya yang menderu kesal. 
“Rhea kukira kau ...” Belum selesai berbicara, Rhea meletakkan telunjuknya didepan bibir kakaknya.
Sssttt!” Rhea kembali menatap sepatu itu bergantian dengan sepatu kusut yang ia kenakan.
Oppa,” Telunjuknya menunjuk ke sepatu itu. Youngjae mengerti maksud adiknya, ‘dia benar-benar manja. Derita jadi kakak’ Youngjae sedikit mendesah.
“Jangan bingung oppa, bukankah kau tinggal menggesek ATM milik appa untuk mengganti sepatuku yang kusam ini dengan sepatu yang tersinggah disana?” Tanya  Rhea terus mendesak Youngjae.
“Sudahlah... Aku sudah ditunggu,” Jawab Youngjae nanar.
Rhea berjalan dengan kepala menunduk sedih mengikuti suara sepatu kakaknya. Karena berjalan dengan model seperti itu, tanpa sadar Rhea membentur tubuh kakaknya yang sudah berhenti.
Pang!
“Auuuw!” Rhea jatuh tersungkur.
Untung saja cuma lututnya yang lecet. Rhea meringis memegangi lututnya yang terasa berdenyut hebat setelah mendarat sempurna di jalanan.
“Oppa! Isshh... gendong!” Pinta Rhea yang masih meringis kesakitan.
“Gendong? Kau hanya lecet sedikit, berjalan sajalah! Aku tuntun ke dalam pelan-pelan.” Youngjae berdecak kesal melihat tingkah manja adiknya.
Rhea hanya tersenyum manis. Youngjae pun membalasnya dengan senyuman lebar. Entahlah, senyuman Rhea selalu membuat orang disekitarnya ikut tersenyum.
...
Coffee Shop. Sebuah resto yang setiap hari dikunjungi Youngjae bersama Daehyun, YongGuk, JonGup, Himchan, Zelo, dan adiknya. Disini tempat mereka berkumpul kembali dan berbagi cerita hidup setelah lama tidak tampil bersama di media.
...
“Hoe... Youngjae-sshi!” Panggil YongGuk yang sudah duduk dengan yang lainnya.
“Nde..” Youngjae ikut merapat bersama adiknya.
“Kau terluka?” Sidik Daehyun pada Rhea. Semua pandangan tertuju pada adik Youngjae itu.
“Wa wa wae?” Rhea gelapan. Apalagi saat mendengar suara Daehyun menanyakan keadaannya. Ia menjadi salah tingkah.
“Kau berantakan sekali.” Daehyun mendekat dan merapikan rambut Rhea yang kacau. Hal ini membuat kedua mata Rhea membulat sempurna, jantungnya menggebu hebat.
‘Apa yang harus kulakukan? Eottokhaeyo?’ Pekiknya dalam hati. Daehyun masih mengelus helaian rambutnya yang menguntai sepundak.
“Ehem!” Zelo berlagak membersihkan tenggorokkannya yang tak serak. Sedangkan yang lain saling berbisik. Rhea yang tercengang hanya bisa tersenyum kikuk. Gadis polos itu tampak bingung, yang dirasakannya hanya ingin salah tingkah.
“Daehyun oppa, kurasa aku bisa melakukannya sendiri. Gomapseumnida,” DaeHyun mengangguk mengerti.
Pada satu poin, Rhea sangat menyukai Daehyun. Sedangkan Daehyun sangat malu-malu mendekati adik YoungJae yang 6 tahun lebih muda darinya.
...
Coffe Shop
[7 p.m]
Rhea merengek ingin pulang untuk istirahat. Dengan perhatian, Youngjae mengajaknya naik taksi mengingat adiknya yang harus menjaga stamina untuk Study Tour besok. Tanpa ia sadari jepitnya terjatuh saat ia buru-buru. Daehyun yang terus memperhatikan dari ujung rambut sampai kaki, menemukan benda itu. Dengan secepat kilat, Daehyun mengejar taksi yang sudah terlanjur jauh itu. Langkahnya terhenti bersama nafasnya yang terengah-engah. Tidak ada jalan lain kecuali memberikan padanya esok.
...
YounJae’s Home
[7.20 p.m]
Rhea begegas cuci tangan, kaki, ganti baju, lalu cekidot ke kamar. Tak sengaja, Youngjae melintas di depan kamar adiknya. Ia heran akan adiknya yang sudah teringkup di bawah selimut. Youngjae masuk ke dalam.
“Kau sudah packing?” Tanya YoungJae yang sudah duduk disampig adiknya.
Rhea membuka selimutnya, “Ne... saat kau masak ramen.”
“Kakimu?” Tanya YoungJae lagi.
“Gwenchana,” Rhea menutup lagi selimutnya.
“Yak! Neo!”
 YoungJae membuka selimut adiknya lalu menepelkan Hansaplast ke lutut adiknya yang lecet. Matanya begeser ke sebuah tas diatas meja. Tampak tas adiknya yang muncung akan barang-barang yang dibawanya esok.
“Dasar! Kau manja sekali. Wajah remaja tapi berhati seorang bayi. Hah, Rhea! Kau adik yang sangat menggemaskan. Jangan tinggalkan kakakmu sesekali,” Youngjae mengecup kening adiknya yang sudah bermain dalam dunia mimpinya. Setelah mendapati semuanya beres, Youngjae mematikan lampu lalu berlalu dari kamar adiknya.
...
Seoul
[8 a.m]
Youngjae mengantar adiknya ke bandara naik mobil pribadinya. Selama diperjalanan, Rhea ber-Video Call dengan eommanya. Sesampainya.
“Rhea! Sudah sampai, segera akhiri perbincanganmu. Nanti kamu bisa ketinggalan pesawat.” Youngjae keluar dari mobil.
Eomma! Rhea sudah sampai di bandara. Sudah dulu ya, dah~” Rhea langsung berlari keluar.
“Eh! Rhea!” Teriak Youngjae memanggil adiknya yang sudah bablas masuk ke dalam.
“Ne, Oppa,” Rhea berbalik tersenyum lebar sambil berjalan mundur. Ia melambaikan tangannya untuk kakaknya. Youngjae tersenyum haru melihatnya dan ikut melambaikan tangan.
Sudah tidak terlihat lagi punggung Rhea. Youngjae masuk ke dalam mobil dan hendak memutar kuncinya. Tapi ia beralih pikiran. Ia ingin mengetahui keadaan Rhea disana. Didalam pesawat. Youngjae menyusul Rhea ke dalam pesawat yang akan lepas landas.
Di dalam pesawat. Youngjae memeriksa tiap kursi penumpang, apakah Rhea baik-baik saja? Sepertinya Youngjae sangat menghawatirkan hal itu. Beberapa detik kemudian telah di dapatinya, Rhea!
Youngjae langsung memeluk khawatir adiknya yang sudah duduk manis. Mereka berdua menjadi tontonan semua insan yang ada didalam pesawat. Rhea hanya ikut melingkarkan lengannya ke punggung kakaknya.
Oppa?” Bisik Rhea serak.
Youngjae tidak peduli. Rasanya ia ingin memeluk adiknya sebelum ada sesuatu menimpanya. Youngjae memeluknya lebih erat.
“Jangan tinggalkan oppa. Ddeonajima!” ucapan ricau yang tak terkira dari mana datangnya. Youngjae asal nyeplos entah apapun itu. Setelah puas memeluk adiknya, Youngjae melonggarkan pelukannya.
“O,iya oppa. Aku ingin mengatakan sesuatu, tolong sampaikan pada Daehyun oppa bahwa aku sangat menyukainya.” Ungkap Rhea berlinang air mata.
“Ayo kita pulang saja!” Ajak Youngjae ngawur. Rhea hanya menggeleng. Bujukan kakaknya itu tidak mempan sama sekali, bagai dedaunan kotor yang berserakan dan tidak ada yang membersihkannya. Kemudian YougJae diusir oleh seorang kru pesawat. Youngjae hanya pasrah.
Pesawat pun dengan mulus lepas landas dan terbang ke angkasa. Kiranya kapal terbang ini bisa menghindari trauma anak-anak atas tragedi tenggelamnya Kapal Feri beberapa tahun yang lalu. Youngjae melangkah berat menuju mobilnya. Ia menyetir dengan risau.
...
Di tengah jalan, Youngjae berhenti di sebuah toko sepatu yang dihinggapi adiknya kemarin. Tanpa ragu, Youngjae membeli sepatu itu untuk dihadiahi pada adiknya saat ia pulang besok. Setelah berurusan dengan kasir, Youngjae beranjak keluar dari gedung surga sepatu itu. Baru beberapa langkah, kakinya tidak bisa melangkah lagi. Suara televisi yang terpampang di dinding itu membuatnya merinding. Matanya membulat sempurna. Youngjae berbalik menatap televisi itu dengan mulut terbuka. Ia melihat jelas adiknya didalam televisi. Kepalanya hancur, dan sudah pasti kalau orang yang baru dipeluknya beberapa menit tadi telah meninggal.
“Maldo andwe.. MALDO ANDWE!!!” Youngjae menangis histeris menerima fakta bahwa pesawat yang ditumpangi adiknya itu meledak setelah menabrak sebuah ruko.
Dengan gelisah, Youngjae menelfon adiknya. Tapi ponsel adiknya tidak aktif.
“EOTTOKHAE? EOTTOKHANAYO?” Youngjae menjerit kencang. Tak peduli dengan tatapan aneh disekitarnya. Youngjae bergegas pulang bersama rintihan air matanya.
...
Youngjae’s House
[10 p.m]
Youngjae buru-buru duduk mengingat rentetan kejadian hari ini. Yang membuatnya tak habis pikir, mengapa adiknya berpulang secepat itu dalam keadaan tra-gis.
Drrtt drrtt... Ponselnya bergetar. Sebuah panggilan dari Seoul airport. Youngjae menarik nafas dalam-dalam.
“Yoboseo! Youngjae imnida.”
“....”
“Arasseo arasseo”
Jantungnya tertusuk perlahan. Otaknya memaksa untuk tidak menangis, tapi betapa sulitnya menahan air mata ini. Youngjae berdecak kesal. Kalau saja dia meraih tangan adiknya sebelum ia pergi, ia pasti bisa melihatnya sekarang. Bukan kabar buruk yang tak diundang. Tapi apa boleh buat jika ini memang takdir adiknya.
...
Coffee Shop
[4 p.m]
Daehyun memutar pandangannya ke segala arah. Gadis yang ditunggunya belum kunjung datang juga. Biasanya disini mereka bersinggah, tapi mengapa sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kalau Rhea akan datang.
“Aku hanya ingin mengembalikan ini padamu Rhea,” Daehyun ber-puh sebentar. Ia berniat mengembalikan jepit Rhea yang terjatuh kemarin. Sekalian, ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Rhea.
Daehyun masih mematung ditempatnya. Teman-temannya sedang sibuk dengan urusan privasinya. Tapi kemarin Rhea dan Younjae sudah berjanji akan kembali. Dan akhirnya Daehyun memtuskan untuk pergi ke rumah Youngjae.
...
Tok! Tok! Tok!
“Youngjae-sshi!!!” Panggil Daehyun sambil cengar cengir.
Youngjae membukaya dengan tatapan kosong.
Iga mwoya?” mendengar pertanyaan Daehyun, Youngjae membalasnya dengan air mata. Ia sudah kehabisan kata-kata. Sedangkan Daehyun menjadi bingung dibuatnya. Apa sahabatnya sudah kesurupan?
Daehyun menyidik penasaran. Matanya menyoroti ke dalam rumah Youngjae. Ada foto Rhea terpasang diantara bunga-bunga nan indah.
“Apa kau gila? Michigaesseo...” Mata Daehyun makin terbalalak. Ia menggosok kedua matanya berkali-kali. Tapi tetap saja dia tidak salah lihat. Kemudian Youngjae melayangkan beberapa kata-kata.
“Rhea berpesan padaku, jika dia sangat mencintaimu. Jung Daehyun.” Suasana berubah menjadi kuburan. Bahkan lebih tepatnya lagi, lebih ceria di kuburan. Apa yang sudah terjadi benar-benar diluar dugaan Daehyun. Bagaimana bisa Daehyun mengungkapkan perasaannya kepada orang yang sudah mati. Kakinya menjadi lemas.
“Kau juga menyukainya kan!” Youngjae menarik kerah Daehyun.
“Kenapa tak kau katakan saja dari dulu? Dia sangat mencintaimu.” Bentak Youngjae pada Daehyun.
“Aku juga tidak tahu bagaimana menyatakannya, aku takut jika aku mengatakan padanya tapi dia malah membenciku dan melarikan diri dariku.” Youngjae melepas genggaman tangannya dari angan-angan ingin memukul atau menampar pipi Daehyun.
“Aku hanya ingin mengembalikan jepit ini.” Tambahnya sambil mengulurkan jepit itu pada Youngjae.
“lebih baik aku pulang saja,”
Youngjae masih terpaku didepannya. Jika dilihat dari gelagat dan tingkah Daehyun yang pengertian, sepertinya tidak salah lagi jika Daehyun memang tidak salah. Ini hanya kepalsuan pemikirannya sedari tadi. Youngjae mendongak ke langit, seolah ia melihat adiknya bahagia. Disana. Meski jasad adiknya belum kunjung datang sampai sekarang. Youngjae menunggunya bersama sepatu yang hendak diberikan untuk adiknya yang nantinya akan diantar lautan hitam ke pemakaman, dan mungkin tetesan air mata yang terus ingin keluar tanpa henti. Menjadi sungai, menjadi lautan.
...
Seluruh rasa sakit ini membuat Daehyun terpapar di hamparan ruang kerinduan. Tak tertahan lagi, Daehyun sangat muak dengan dirinya sendiri.
“BABO... NAN JEONGMAL PABOYA! NAMJA PABOYA!” ia menggigit bibir bawahnya. Kemudian meremas-remas rambutnya. Semangat hidupnya telah hilang. Tapi tidak mungkin ia akan bunuh diri. Hidupnya menjadi merana, menjadi hampa.
Kini Daehyun berdiri lagi di Coffee shop. Tempat yang penuh kenangan, yang tersingkap kebahagiaan yang sekarang menjadi isakan buta. Seperti inilah hatinya, selalu dihantui rasa penyesalan yang tiada akhir.
“Aku sangat mencintaimu. Tapi kau sudah pergi. Membuatku menjadi menangis sendirian dipenantian yang sia-sia ini. Apa kau disana masih menyukaiku? Masih menungguku? Terima kasih telah mencintaiku di dunia ini. Aku merasa lebih bahagia walau pipiku telah basah. Karena belum ada orang yang kucintai mencintai diriku sendiri. Tapi aku sangat bodoh. Maafkan aku Rhea, maafkan aku yang sangat payah ini. Kau mendengarnya? Joesenghamnida.
...
THE END
Thanks For Reading.
Maaf, kalaau FFnya kurang menarik dan beberapa kata berantakan. :D author mau bilang gomawoyo, kalo mau krisar silahkan komen. ^_^ Gamsa hamnida.

Fan Fiction Color Ring




Title                 : Color Ring
Author             : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast        : OC  “Jung Rae Ah *Rhea*”
Other Cast        : Kim Jong In *kai*, Krystal Jung *Krystal*, Kim Taehyung *V*.
Length             : One Shoot
Rating              : 15+.
Genre               : Family, Friendship, Sad, Romance.
Back Song :
*Winner-Color Ring
Disclaimer :
*This FF is mine, cast belong to god and their parents
*Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N : Awas Typo Campur Aduk, Maaf Kalau Kurang Seru. ^_^
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It
...
~The Melody Is Blocking Me From Hearing It Again~
“Aku ingin menjadi batu. Kau mengerjap mimpiku menjadi buntu. Tapi mengapa aku masih menantimu? Melody ini berkecamuk, lagu sedih ini masih ku dengar hingga akhir...Dan mengapa bukan suaramu saja???”
...
                “Rhea apa kau baik-baik saja? Wae?” Tanya ayahnya saat baru pulang dari kantor. Melihat anaknya berlarian ke toilet lalu ke kamar dan kembali lagi. Tanpa isyarat, Rhea terus mengikis langkahnya. Namun, anak satu-satunya itu adalah harta Choi Hyun Man yang paling berharga. Tidak ada yang bisa menggantikannya, sehelai rambut pun.
                Gwenchanayo Appa,” Jawabnya sejenak sambil menopang dahinya yang mulai berat.
                “Ayo ke rumah sakit, jangan membuat appa semakin takut karena ulahmu.” Tanpa basa-basi lagi, sang ayah membawanya ke Rumah Sakit.

...

Selesai pemeriksaan.
                “Bagaimana Dok? Apa putri saya baik-baik saja?” Ayah Rhea memasang raut wajah penasaran.
                “Sepertinya anak bapak tidak sakit. Selamat pak! Anak bapak h-a-m-i-l.” Jawab dokter itu apa adanya.
                “Mwoya? Hamil?” Choi Hyun Man mengerutkan dahinya. Rhea terus menyidik penasaran, kenapa bisa ia mengandung janin?
                “Ini datanya.” Dokter itu mengulurkan selembar data pemeriksaan.
                Jinjja? Jung Rae Ah... Ayo pulang!!!” Choi Hyun Man menarik lengan anaknya.
...
Sesampainya dirumah.
“Rhea.. dengar! Apa yang sudah kau perbuat?” Kini Ayahnya bertanya dengan nada garang.
“Sirheo Appa!” Rhea mengelak.
“Appa kan sudah bilang, jangan dekati  namja itu, Kim Jong In! Dia namja yang tidak waras. Tapi kau masih membelanya.” Bentak Choi Hyun Man.
“kau membuat appa kecewa. Bagaimana reputasi appa setelah kejadian ini, hah! Appa sangat kecewa. Mulai sekarang jangan temui Appa sebelum kau dan Jong In menikah. Arasseo?” Ujar Choi Hyun Man tanpa melirik anaknya sedikit pun.
 Mianhae appa!..... Terakhir aku bertemu Jong In, kita mabuk dan ada seseorang yang mengunci kami. Ini jebakan appa. Setelah itu aku hanya pingsan dan tak tahu apa yang telah terjadi. Appa, Jeoseonghamnida....” Rhea menatap teduh mata ayahnya yang tengah menatapnya geram.
Plak!
Choi Hyun Man melayangkan telapak tangannya dan mendarat sempurna dipipi Rhea.
Andwe.. kau sudah keterlaluan. Appa akan tinggal di rumah dinas bersama paman untuk sementara. Kau sudah melakukan dosa besar. Dan ingat pesan appa, kalau tidak, Appa tidak sudi punya anak sepertimu. Kau ingin menjadi MISKIN? Hah?! BABOYA!!! Appa sangat kecewa sangat-sangat kecewa. Jika kau miskin, akan kau makani apa anakmu itu? Dan jangan minta uluran dari tangan Appa jika Jong In tidak mau menikahimu” Choi Hyun Man berlalu begitu saja. Kini tinggal bayang-bayangnya yang terus terngiang-ngiang di benak putrinya.
Appa... Mianhae... mianhayo Appa... Mianhae, MIANHAE!!!”
...
Langit biru yang indah. Tak sekumut wajah Rhea yang terus memeras ponselnya.
‘Nada dering yang mirip denganku, Ring ring ring. Berdering-dering disamping tempat tidurmu. Dering itu, tolong angkat teleponnya. Jangan membuatku menangis.’
                Begitu mengeluh dan mengeluh. Kiranya semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak karena Kai. Yang ia inginkan bukan apa-apa, tapi pertanggung jawaban dari Kim Jong In.
                “Bagaimana aku bisa hidup? Eottokhanayo?” Isaknya dengan nada patah-patah.
                “Kai, eoddiseo? Palliwa!!! Oppa.. aku menderita disini, kembalilah... Apa kau ingin aku mati karenamu? Saat aku sedang seperti ini, kau menghilang dariku... hah? Aku selalu berusaha menepis, tapi tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan... WAEYO???” Rhea terus menitih rintihan kesedihannya sampai membuatnya semakin beku. Mendingin, seperti hatinya yang tidak tertahan lagi, melukiskan sejuta siksaan di kanvas harinya.
...
Drrtt Drrttt...
                “Rhea? Jangan terus menelfonku! Mengganggu saja!” Gumam si Jong In di kamar apartemennya. Sepertinya dia lupa akan kejadian beberapa hari yang lalu. Suatu hal yang telah dilakukannya bersama kekasihnya, Rhea. Ia terus mengabaikan deritan ponselnya, meski itu panggilan beratus-ratus kali. Sampai membuat telinganya gatal, baginya Rhea adalah gadis bekas yang tidak ada nikmatnya lagi.
...
                Rhea semakin takut. Takut jika anak yang dikandungnya tidak akan tau seperi apa ayahnya? Bagaimana ia bisa terlahir? Mengapa ibunya tidak menikah? Ia juga bingung, akan ia makani apa anaknya. Sore ini, ia berencana pergi ke rumah sahabatnya, Kim Taehyung.
                Tok! Tok!
                “Ne... Rhea! Masuklah, haseyo.” Taehyung mempersilahkan Rhea masuk.
                “Taehyung... Apa aku boleh bekerja di cafemu? Aku mohon!” Pinta Rhea langsung to the point.
                Mwo? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Bukankah kau kemarin melamar mejadi seorang pramugari? Dan aku dengar kau diterima di tes akademik.” Tanya Taehyung dengan menyipitkan matanya. Rhea semakin terpojok. Mau berkata apa lagi, Rhea menjelaskan semua kejadian yang telah menimpanya. Taehyung sangat tersentuh mendengar curhatan sahabat karibnya ini.
                Geressimida. Kau aku terima untuk bekerja di cafeku.” Ucapnya sembari mengmbangkan senyumnya. Wajah Rhea menjadi bersinar-sinar.
                “Dasar Kai! Dia benar-benar pecundang!” Tambah Taehyung.
                “Kau tak tahu dia ada dimana sekarang?” Tanyanya lagi. Rhea hanya mengangguk.
                “Dia ada di San Fransisco sekarang. Semalam aku baru menelfonnya.” Jelas Taehyung meyakinkan Rhea agar tidak berputus asa.
                “Jinjja?” Sahut Rhea yang sudah kehabisan kesabaran.
                “Ne... ini alamatnya.” Taehyung menyerahkan selembar kertas.
                Arasseo.. aku akan kesana besok. Ini tidak perlu ditunda-tunda lagi.” Girang Rhea sedikit tidak percaya ia akan bertemu dengan Jong In. Ia baru saja menggebu di lembah yang kelam, kini betapa berbunga-bunga setiap sisi kosong dihatinya.
                “Kesana. Neildo? Sendirian? Aku antar saja. Terlalu berbahaya jika kau kesana sendirian.” Taehyung menatap sayu mata Rhea.
                Ah! Arasseo! Aku tunggu besok, hubungi aku oke?! Jangan sampai kau meninggalkanku... ddeonajima!” Rhea cepat-cepat berpamit pulang.
...
                Hidup ini adil. Tapi apakah seburuk ini? Jika iya, maka hati seperti Rhea yang selalu terbakar karena luka, tak lama lagi akan runtuh. Hari ini, ia pergi ke San Fransisco bersama Taehyung. Perjalanan yang cukup menyita waktu harinya. Cukup menyukil dalam tepat dihatinya. Ia berharap bisa bertahan sampai disana dengan calon anaknya, sampai janinnya bisa melihat dunia dengan bahagia. Ia teringat, jika ini tidak terjadi, maka ia akan berdiri didalam pesawat. Memberi sapa kepada semua penumpang dan pastinya menjadi kebanggaan bagi orang-orang yang disayanginya.
                Perjalanan berakhir, semua penumpang turun sesuai barisannya. Diantara langkahnya, Rhea terus menyorot ke segala arah. Berharap jikalau Kai ada disini, meski bersama gadis lain. Tapi sepertinya Kai yang dinantinya tidak berdiri disini, ini hanya hayalannya saja. Taehyung tak kuasa menatap sahabatnya yang tertipu bentuk hias kegelapan yang masih mengalir tanpa henti. Taehyung hanya menjaganya sementara. Saat didepan apartemen Kai.
                “V, aku ingin sendirian menemui Kai. Jadi kau disini saja ya..? Jebaalll...” Rhea mengedipkan kelopak matanya.
                Arasseo.. Kalo kau yakin, kau harus berhati-hati. Ingat ya,” Taehyung hanya tertawa khawatir.
                “Nde,,,”
...
                Rhea melangkah pasti menuju ruangan yang didiami Kai. Aroma parfum Kai tercium didepannya, masih sama, tapi didalam pelukan seorang yeoja. Sontak, Rhea memeluk balik Kim Jong In.
                Oppa! Naega neomu bogosipeoyo!!! Kau lupa oppa? Apa kau lupa dengan calon anak kita?” Kai tertegun bingung. Bagaimana bisa gadis tolol ini kembali padanya.
                “Hooe!!! Nugu seyo???” Kai mendorongnya hingga tersungkur kebawah.
                “Nugu?” Gadis yang memeluk Kai itu bertanya balik pada Kai.
                Nan mollayo! Sudahlah Krystal dia bukan siapa-siapa.” Kai mencari aman sebelum ia terpojok.
                “Oh! Pantas saja, tidak mungkin kau akan mencintai gadis dengan bau comberan sepertinya. Kau tertarik dengan siapa oppa? Aku kan?” Krystal mencuri pipi Jong In. Kai menyentuhkan jarinya ke pipinya yang merah karena bibir Krystal.
                “oppa... Kau jahat!!! Kalau begitu ya sudah, kau bukan namja yang baik. kau memang pecundang. Aku hanya ingin jika anak ini lahir, ia tidak perlu bertanya kepada ibunya siapa ayahnya?” Jelas Rhea
                “Ohhhhhhhhhhh!!! Jadi kau sudah berbadan 2?” Sindir Krystal.
                “Iya, oppa.. bertanggung jawablah..”
                “Gugurkan saja apa susahnya? Hah!” Kai membalasnya tajam.
                “Sirheo.. Aku tidak akan menyakiti janin ini sedikit pun. Kau memang namja yang bisa saja berkata seperti itu karena tak merasakan segala penderitaan dalam situasi sepertiku. Jika kau jadi aku, kau pasti akan mengatakan hal yang lebih.” Rhea berbalik dari situasi panas ini. Krystal menatap sinis mata Rhea yang tak tertuju padanya. Memandang punggung Rhea yang ringkih, yang sulit berjalan karena janinnya. Langkah yang semakin goyah, semangat yang mulai luntur. Jong In hanya menatapnya bagai orang yang rapuh. Perasaannya masih ingin terus menggenggam hati Rhea, tapi sulit membalikkan kebohongan yang sudah diperbuatnya. Apabila ia sudah terbebas dari laut keegoisan, ia tidak akan seperti ini. Otaknya mendengung kesakitan. Hatinya ingin meledak bagai bom.
...
                “bagaimana? Apa Kai bersedia kembali?” Tanya Taehyung.
                “V, Kai ... Kai....” Air mata Rhea memutus lidahnya untuk berbicara.
                “Mwoeyo? Gwenchana?” Taehyung meluap penasaran.
                “Kita pulang saja. Aku tidak dianggap lagi olehnya. Ayo cepat pulang... Palli... palliiiii....” Rhea menutup rias wajah buruknya.”
                Tanpa bertanya lagi, Taehyung mengerti maksud sahabatnya. Ini adalah suatu keharusan untuk Kai, tapi Kai tidak peduli setitik pun. Setitik hembusan nafas Rhea yang mengutara padanya, tidak ia hargai lagi.
Aku ingin menjadi batu. Kau mengerjap mimpiku menjadi buntu. Tapi mengapa aku masih menantinya? Melody ini berkecamuk, lagu sedih ini masih ku dengar hingga akhir...Dan mengapa bukan suaramu saja???’ Rhea membatin kesal diperjalanan.
...
                45 hari kemudian.
                Rhea bekerja di Cafenya Taehyung. Pikirannya semakin buntu. Aliran hidupnya yang amat sengit. Disaat ia terjtuh, tak ada yang menopangnya. Disaat ia terluka, tak ada yang bisa membalut perih lukanya.
                Kai. Yap, namja yang menerima cinta Rhea disepanjang hidupnya. Tak terbayangkan olehnya akhir dari semua ini. Mungkin ia berfikir ini telah berakhir ditengah kehancuran cintanya. Mengapa ia harus menggoreskan luka pada gadis yang sebenarnya dirindukannya sekarang? Kini Kai malah menelfon balik Rhea berkali-kali, tapi tak ada jawaban.
                “Apakah gadis itu marah?” Tanya Kai pada dirinya sendiri.
                Dasar bodoh. Tentu saja marah. Bahkan amarahnya sudah meledak bagai supernova. Hidupnya telah memalung cukup dalam. Aneka kenistaan merajai pikirnya. Tapi ia khilaf.
                ‘Aku mengatakan ini yang terakhir, tapi mengapa aku masih menelfonmu? Jika aku menggenggam tanganmu sebelum kau pergi. Bahkan aku kini kehilangan ingatan denganmu, suaramu sekalipun. Barangkali kau sudah melupakanku. Sungguh, aku namja paling bodoh di jagad raya ini. Ampuni aku...Maafkan aku...aku mohon...Jebbaaall... AKU BERJANJI... aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi. AKU BERJANJI !!!! Yaksoo...’ Kai terus membanting jeritan hatinya ke langit yang membisu.
                Kai berlari secepat mungkin menuju rumah Rhea. Tiap langkah yang ia jatuhkan ke bumi, menyuarakan angan-angan kesedihan. Tapi, kosong. Yang dilihatnya hanya kekosongan yang mirip dengannya. Kenyataan yang tajam. Mengapa baru sekarang aku menginginkanmu setelah kau pergi? WAE IJE SUYA?!!!!
                Kai masih belum menyerah. Ia akan terus mengejar Rhea sampai dapat. Bukan main, bukan ilusi, baru kali ini Kai meninggalkan sifat NAPPAnya. Sebelumnya ada banyak yeoja yang menjadi korbannya, termasuk Krystal.
                Kai mulai letih. Tapi hatinya masih ingin menoreh kebahagiaan dengan Rhea. Apa yang harus ia perbuat. Bola matanya memutar searah jarum jam. Otaknya melipat-lipat sambil menuntun langkahnya ke sebuah cafe. Sesampainya.
                “Permisi, selamat datang di Taehyung Cafe. Ada yang bisa ku bantu?” Tanya seorang pelayan.
                Telinga Kai ingin pecah. Suara ini sangat familiar baginya. Seorang pelayang yang lihai melayaninya, membuat haus cintanya terbang ke angkasa. Ia mendongak, matanya menyidik tiap sudut yang terpampang pada gadis dihadapannya. Rhea.... Itu dia.
                “Rhea!!!” Jong In memeluk erat gadis itu.
                “Waeyo?” Rhea semakin bingung.
                “Palliga!!!!!” Bentak Rhea yang berusaha mengusirnya.
                “Menikahlah denganku.” Bisik Jong In.
                Rhea membuang pelukan namja itu.
                “Cih~ pulanglah... Pecundang!!! Penipu... Kai-yaaa..!!!!” Rhea menampar pipi Jong In sampai membiru. Kai menjilat bibir bawahnya. Lalu berlutut memohon pada Rhea. Orang-orang disekitarnya menatap dengan bisikan sinis. Mereka berfikir sedang menyaksikan sebuah drama.
                Eh!
                “Nan jeongmal mianhaeyo.... Mianhae” Pinta Kai
                “....” Rhea hanya tersambung kikuk.
                “Maafkan aku telah menelantarkanmu.” Kini Rhea sedikit konek.
“Kenapa kau tak kembali? Saat aku dirunding masalah, kau menghilang. Aku tertekan sendirian. Saat aku mengulurkan tangan ke langit, tak ada yang meraihnya. Itu sangat sakit. Aku menangis seharian karenamu. Tapi kau tak pernah muncul, bahkan dimimpiku. Dan sekarang kau seperti ini. Kau benar-benar tidak bisa dipercaya. Lalu bagaimana dengan gadis bernama Krystal itu?” Pekik Rhea yag mulai menumpahkan air mata.
“Arasseo.. aku pecundang. Karena aku bingung, saat aku datang waktu itu kita menikah lalu aku malah dipecat. Aku hanya bekerja keras ntuk kita bertiga. Selamanya. Dan Krystal, aku jujur, waktu itu aku melarikan diri darimu. Maafkan aku, Krystal sudah meninggalkanku lebih dulu,” Terang Jong In
“...” Tak ada jawaban
“Aku berharap kau tak memafkanku.” Lanjut Jong In.
“Mungkin, tapi aku rasa aku ingin bertemu denganmu walau hanya sekali. Sekali ini.” Rhea kembali sambung bicara.
“Andwee... aku terlalu payah untuk yeoja sekuat dirimu. Aku sangat bahagia jika kau mengizinkankuada meski saat kau butuhkan saja. Setelah itu kau boleh membuangku sesukamu.”
Mendengar ucapan langka dari Kai. Rhea tertegun. Ia menarik lengan Kai.
“Geurae... kalau begitu kembalilah bekerja. Karena selamanya adalah waktu yang lama.” Rhea mengembangkan senyuman anggun untuk Kai.
“Jinjja?”
Rhea mengangguk. wajah Kai menjadi sumringah. Orang-orang disekitarnya menjadi luluh kepada dua insan yang dimabuk cinta itu. Kai menatap bibir merah Rhea. Tak segan-segan, Kai langsung menempelkan bibirnya ke bibir Rhea. Mata Rhea membulat sempurna. Baru kali ini ia mendapat ciuman dari seorang namja. Seorang namja yang akan ada untuknya. SELAMANYA.
                The End~

Soshi One

Soshi One