.................................................................

.................................................................

Senin, 03 Agustus 2015

Fan Fiction ‘COFFE SHOP’





Title                 : Coffee Shop
Author             : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast        : OC  “Jung Rae Ah”
Under Cast       : B.A.P
Length             : One Shoot
Rating              : Teen
Genre               : Family, Friendship, Sad.
Back Song :
*B.A.P-Coffee Shop
*The Ark-Somebody
Disclaimer :
*Cast milik Tuhan dan Ortu masing-masing
*Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N : Awas Typo Campur Aduk, Maaf Kalau Kurang Seru. ^_^
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It
...
...
Seoul
[6 a.m]
            PrAkkkK...
Sebatang ranting pohon terjatuh bersama untaian embun yang masih menempel. Youngjae duduk terlengah menatap langit biru di teras rumahnya. Tatapannya seperti sedang merindukan sesuatu.
OPPA!” Kejut Jung Rae Ah pada kakaknya dengan raut wajah menyenangkan.
Arrghhh... Mwoeyo? Rhea? Neol michyeoseo? Jangan suka mengagetkan oppa seperti itu. Kau tidak melihat apa kalau oppa sedang sedih? Hah?” Youngjae mulai menyerang adiknya yang biasa dipanggil Rhea. Rhea maju satu langkah dengan bergenggam tangan ke belakang dan duduk disamping kakaknya.
Oppa? Mianhaeyo...  Jangan marah, aku tidak bermaksud membuat oppa semakin sedih.” Pinta Rhea tertunduk. Youngjae menoleh pada adiknya dengan senyuman tipis.
Gwenchanayo Saeng. Semua akan baik-baik saja. Oppa tidak marah padamu.” Ujar Youngjae sembari mengelus rambut Rhea. Rhea menyandarkan kepalanya ke bahu kakaknya dengan pelan. Youngjae ber-huh sebentar dengan maksud, ‘aku lega’. Terlintas dipikiran Rhea akan satu hal yang membuat kakaknya sering menyendiri, yaitu kejadian 6 bulan yang lalu...
...
Flashback ON
Rhea menyaksikan kakaknya seperti debu terhempas angin lalu menghilang.  Awak media, wartawan, light camera yang membidik ke segala penjuru membuatnya pusing. Pertanyaan ini itu terus muncul, Rhea berusaha membawa kakaknya pergi dari kawanan media.
“Rhea! Kau tak seharusnya disini.” Bisik Youngjae pada adiknya yang tergolong nekat. Bagaimana lagi, Rhea bersikeras untuk membawa pulang kakaknya dari tempat yang membuat kakaknya lelah.
“Aku tidak akan melepaskan tanganmu oppa,” Sahut Rhea ditengah kejaran mencari taksi sambil mengenggam tangan kakaknya lebih erat.
Flashback OFF
...
Mentari meninggi, kicauan burung perlahan pergi bersama dengan perasaan sedih Youngjae dan adiknya. Tercipta atmosfir bahagia antara kakak adik itu. Rhea beralih mendongakkan kepalanya dengan posisi duduk bertopang lutut.
Oppa, kenapa kau tidak mengadakan reuni dengan temanmu atau apa?” Tanya Rhea kegirangan berharap agar kakaknya setuju.
Ne... nanti sore aku akan mengadakan pertemuan informal dengan teman-teman seperjuanganku. Seperti biasanya ke Coffee Shop. Kau mau ikut?” Ajak Youngjae datar.
“Yeee... Arasseo Oppa. Aku ikut, tapi setelah rumah ini bersih dan packing-packing. Bukankah besok aku akan berangkat Study Tour ke Jeju Island. Jadi kalau kakak sendirian, pasti rumah ini akan kotor. Bagaimana jika Appa dan Eomma tiba-tiba menelfon kita dari luar negeri lalu menanyakan tentang seputar rumah ini? Padahal rumah ini sangat berantakan. Jebal... Sekali-sekali bantu Rhea membersihkan rumah ya?” Rhea berkedip manja beberapa kali pada Youngjae.
Arasseo! Siapa yang akan lebih dulu selesai, besok pagi mendapat jatah video call dengan Appa dan Eomma. 1, 2, 3 ...” Youngjae lari kedalam rumah meninggalkan Rhea.
“Yak! Kau licik oppa,” Teriak Rhea berlari kencang menyusul kakaknya. Selama 4 jam non-stop, mereka benar-benar membersihkan rumahnya. Youngjae bagai kakak berhati malaikat bagi Rhea. Begitu pun Youngjae, Rhea adalah cahaya yang menerangi gelap hidupnya.
...
3 p.m
Rhea masih terlelap di Ruang Tengah setelah menghabiskan semangkuk ramen pedas.
“Yak! Kau jadi ikut atau tidak?” Tanya Youngjae yang terus menggoyang-goyangkan tubuh adiknya.
Hmm...” Rhea terbangun. Ia  langsung gaspol ke kamar mandi dengan mata masih tertutup. Youngjae menggaruk kepalanya yang tak gatal, terheran akan tingkah adiknya.
...
15 menit kemudian.
Ta-dah!” Kejut Rhea yang lagi-lagi membuat Youngjae tercengang.
Eh?” Youngjae menunjuk ke white dress selutut nan menawan  yang dikenakan Rhea.
“Sejak kapan kau punya dress seperti itu?” Tanyanya lagi.
Wae? Yeoppo’ kan (cantik’ kan)? Eomma bilang aku boleh memakainya kapan pun. Ayo! Palli!!!” Seret Rhea menuju ke garasi.
Eittss... Kita jalan kaki saja. Karena bahan bakarnya sudah menipis sedangkan uang kakak juga hampir habis. Besok kau mau aku antar pakai apa kalau bukan mobil itu.” Sanggah Youngjae yang mulai melangkah lebih dulu.
Oppa! Cakhamanyo!!!!” Rhea menghentakkan kakinya.
Ditengah jalan, mereka seperti kakak adik normal pada umumnya. Youngjae berjalan santai dengan langkah kakinya yang panjang, sedangkan Rhea berlari dengan langkah kecilnya untuk menyamai langkah kakaknya.
“Rhea? Lihatlah!” Sahut Youngjae hendak memberi tahu akan sesuatu yang disukai adiknya.
“...”  tidak ada jawaban dari Rhea.
“Rhea?” Youngjae menoleh dan Rhea... ‘MENGHILANG’.
“Rhea!!!” Youngjae kembali menyusuri jalan setapak bekas langkahnya. Ia sangat takut jika Rhea diculik oleh gangster atau brandalan-brandalan tengik dikota. Atau jangan-jangan?
...
Di sebuah tikungan dekat toko sepatu, tampak Rhea berdiri tegak tepat didepan pintu kaca yang memamerkan sebuah sepatu mahal dengan model terbaru. Youngjae menghampirinya sambil mengatur nafasnya yang menderu kesal. 
“Rhea kukira kau ...” Belum selesai berbicara, Rhea meletakkan telunjuknya didepan bibir kakaknya.
Sssttt!” Rhea kembali menatap sepatu itu bergantian dengan sepatu kusut yang ia kenakan.
Oppa,” Telunjuknya menunjuk ke sepatu itu. Youngjae mengerti maksud adiknya, ‘dia benar-benar manja. Derita jadi kakak’ Youngjae sedikit mendesah.
“Jangan bingung oppa, bukankah kau tinggal menggesek ATM milik appa untuk mengganti sepatuku yang kusam ini dengan sepatu yang tersinggah disana?” Tanya  Rhea terus mendesak Youngjae.
“Sudahlah... Aku sudah ditunggu,” Jawab Youngjae nanar.
Rhea berjalan dengan kepala menunduk sedih mengikuti suara sepatu kakaknya. Karena berjalan dengan model seperti itu, tanpa sadar Rhea membentur tubuh kakaknya yang sudah berhenti.
Pang!
“Auuuw!” Rhea jatuh tersungkur.
Untung saja cuma lututnya yang lecet. Rhea meringis memegangi lututnya yang terasa berdenyut hebat setelah mendarat sempurna di jalanan.
“Oppa! Isshh... gendong!” Pinta Rhea yang masih meringis kesakitan.
“Gendong? Kau hanya lecet sedikit, berjalan sajalah! Aku tuntun ke dalam pelan-pelan.” Youngjae berdecak kesal melihat tingkah manja adiknya.
Rhea hanya tersenyum manis. Youngjae pun membalasnya dengan senyuman lebar. Entahlah, senyuman Rhea selalu membuat orang disekitarnya ikut tersenyum.
...
Coffee Shop. Sebuah resto yang setiap hari dikunjungi Youngjae bersama Daehyun, YongGuk, JonGup, Himchan, Zelo, dan adiknya. Disini tempat mereka berkumpul kembali dan berbagi cerita hidup setelah lama tidak tampil bersama di media.
...
“Hoe... Youngjae-sshi!” Panggil YongGuk yang sudah duduk dengan yang lainnya.
“Nde..” Youngjae ikut merapat bersama adiknya.
“Kau terluka?” Sidik Daehyun pada Rhea. Semua pandangan tertuju pada adik Youngjae itu.
“Wa wa wae?” Rhea gelapan. Apalagi saat mendengar suara Daehyun menanyakan keadaannya. Ia menjadi salah tingkah.
“Kau berantakan sekali.” Daehyun mendekat dan merapikan rambut Rhea yang kacau. Hal ini membuat kedua mata Rhea membulat sempurna, jantungnya menggebu hebat.
‘Apa yang harus kulakukan? Eottokhaeyo?’ Pekiknya dalam hati. Daehyun masih mengelus helaian rambutnya yang menguntai sepundak.
“Ehem!” Zelo berlagak membersihkan tenggorokkannya yang tak serak. Sedangkan yang lain saling berbisik. Rhea yang tercengang hanya bisa tersenyum kikuk. Gadis polos itu tampak bingung, yang dirasakannya hanya ingin salah tingkah.
“Daehyun oppa, kurasa aku bisa melakukannya sendiri. Gomapseumnida,” DaeHyun mengangguk mengerti.
Pada satu poin, Rhea sangat menyukai Daehyun. Sedangkan Daehyun sangat malu-malu mendekati adik YoungJae yang 6 tahun lebih muda darinya.
...
Coffe Shop
[7 p.m]
Rhea merengek ingin pulang untuk istirahat. Dengan perhatian, Youngjae mengajaknya naik taksi mengingat adiknya yang harus menjaga stamina untuk Study Tour besok. Tanpa ia sadari jepitnya terjatuh saat ia buru-buru. Daehyun yang terus memperhatikan dari ujung rambut sampai kaki, menemukan benda itu. Dengan secepat kilat, Daehyun mengejar taksi yang sudah terlanjur jauh itu. Langkahnya terhenti bersama nafasnya yang terengah-engah. Tidak ada jalan lain kecuali memberikan padanya esok.
...
YounJae’s Home
[7.20 p.m]
Rhea begegas cuci tangan, kaki, ganti baju, lalu cekidot ke kamar. Tak sengaja, Youngjae melintas di depan kamar adiknya. Ia heran akan adiknya yang sudah teringkup di bawah selimut. Youngjae masuk ke dalam.
“Kau sudah packing?” Tanya YoungJae yang sudah duduk disampig adiknya.
Rhea membuka selimutnya, “Ne... saat kau masak ramen.”
“Kakimu?” Tanya YoungJae lagi.
“Gwenchana,” Rhea menutup lagi selimutnya.
“Yak! Neo!”
 YoungJae membuka selimut adiknya lalu menepelkan Hansaplast ke lutut adiknya yang lecet. Matanya begeser ke sebuah tas diatas meja. Tampak tas adiknya yang muncung akan barang-barang yang dibawanya esok.
“Dasar! Kau manja sekali. Wajah remaja tapi berhati seorang bayi. Hah, Rhea! Kau adik yang sangat menggemaskan. Jangan tinggalkan kakakmu sesekali,” Youngjae mengecup kening adiknya yang sudah bermain dalam dunia mimpinya. Setelah mendapati semuanya beres, Youngjae mematikan lampu lalu berlalu dari kamar adiknya.
...
Seoul
[8 a.m]
Youngjae mengantar adiknya ke bandara naik mobil pribadinya. Selama diperjalanan, Rhea ber-Video Call dengan eommanya. Sesampainya.
“Rhea! Sudah sampai, segera akhiri perbincanganmu. Nanti kamu bisa ketinggalan pesawat.” Youngjae keluar dari mobil.
Eomma! Rhea sudah sampai di bandara. Sudah dulu ya, dah~” Rhea langsung berlari keluar.
“Eh! Rhea!” Teriak Youngjae memanggil adiknya yang sudah bablas masuk ke dalam.
“Ne, Oppa,” Rhea berbalik tersenyum lebar sambil berjalan mundur. Ia melambaikan tangannya untuk kakaknya. Youngjae tersenyum haru melihatnya dan ikut melambaikan tangan.
Sudah tidak terlihat lagi punggung Rhea. Youngjae masuk ke dalam mobil dan hendak memutar kuncinya. Tapi ia beralih pikiran. Ia ingin mengetahui keadaan Rhea disana. Didalam pesawat. Youngjae menyusul Rhea ke dalam pesawat yang akan lepas landas.
Di dalam pesawat. Youngjae memeriksa tiap kursi penumpang, apakah Rhea baik-baik saja? Sepertinya Youngjae sangat menghawatirkan hal itu. Beberapa detik kemudian telah di dapatinya, Rhea!
Youngjae langsung memeluk khawatir adiknya yang sudah duduk manis. Mereka berdua menjadi tontonan semua insan yang ada didalam pesawat. Rhea hanya ikut melingkarkan lengannya ke punggung kakaknya.
Oppa?” Bisik Rhea serak.
Youngjae tidak peduli. Rasanya ia ingin memeluk adiknya sebelum ada sesuatu menimpanya. Youngjae memeluknya lebih erat.
“Jangan tinggalkan oppa. Ddeonajima!” ucapan ricau yang tak terkira dari mana datangnya. Youngjae asal nyeplos entah apapun itu. Setelah puas memeluk adiknya, Youngjae melonggarkan pelukannya.
“O,iya oppa. Aku ingin mengatakan sesuatu, tolong sampaikan pada Daehyun oppa bahwa aku sangat menyukainya.” Ungkap Rhea berlinang air mata.
“Ayo kita pulang saja!” Ajak Youngjae ngawur. Rhea hanya menggeleng. Bujukan kakaknya itu tidak mempan sama sekali, bagai dedaunan kotor yang berserakan dan tidak ada yang membersihkannya. Kemudian YougJae diusir oleh seorang kru pesawat. Youngjae hanya pasrah.
Pesawat pun dengan mulus lepas landas dan terbang ke angkasa. Kiranya kapal terbang ini bisa menghindari trauma anak-anak atas tragedi tenggelamnya Kapal Feri beberapa tahun yang lalu. Youngjae melangkah berat menuju mobilnya. Ia menyetir dengan risau.
...
Di tengah jalan, Youngjae berhenti di sebuah toko sepatu yang dihinggapi adiknya kemarin. Tanpa ragu, Youngjae membeli sepatu itu untuk dihadiahi pada adiknya saat ia pulang besok. Setelah berurusan dengan kasir, Youngjae beranjak keluar dari gedung surga sepatu itu. Baru beberapa langkah, kakinya tidak bisa melangkah lagi. Suara televisi yang terpampang di dinding itu membuatnya merinding. Matanya membulat sempurna. Youngjae berbalik menatap televisi itu dengan mulut terbuka. Ia melihat jelas adiknya didalam televisi. Kepalanya hancur, dan sudah pasti kalau orang yang baru dipeluknya beberapa menit tadi telah meninggal.
“Maldo andwe.. MALDO ANDWE!!!” Youngjae menangis histeris menerima fakta bahwa pesawat yang ditumpangi adiknya itu meledak setelah menabrak sebuah ruko.
Dengan gelisah, Youngjae menelfon adiknya. Tapi ponsel adiknya tidak aktif.
“EOTTOKHAE? EOTTOKHANAYO?” Youngjae menjerit kencang. Tak peduli dengan tatapan aneh disekitarnya. Youngjae bergegas pulang bersama rintihan air matanya.
...
Youngjae’s House
[10 p.m]
Youngjae buru-buru duduk mengingat rentetan kejadian hari ini. Yang membuatnya tak habis pikir, mengapa adiknya berpulang secepat itu dalam keadaan tra-gis.
Drrtt drrtt... Ponselnya bergetar. Sebuah panggilan dari Seoul airport. Youngjae menarik nafas dalam-dalam.
“Yoboseo! Youngjae imnida.”
“....”
“Arasseo arasseo”
Jantungnya tertusuk perlahan. Otaknya memaksa untuk tidak menangis, tapi betapa sulitnya menahan air mata ini. Youngjae berdecak kesal. Kalau saja dia meraih tangan adiknya sebelum ia pergi, ia pasti bisa melihatnya sekarang. Bukan kabar buruk yang tak diundang. Tapi apa boleh buat jika ini memang takdir adiknya.
...
Coffee Shop
[4 p.m]
Daehyun memutar pandangannya ke segala arah. Gadis yang ditunggunya belum kunjung datang juga. Biasanya disini mereka bersinggah, tapi mengapa sampai sekarang tidak ada tanda-tanda kalau Rhea akan datang.
“Aku hanya ingin mengembalikan ini padamu Rhea,” Daehyun ber-puh sebentar. Ia berniat mengembalikan jepit Rhea yang terjatuh kemarin. Sekalian, ia ingin mengungkapkan perasaannya pada Rhea.
Daehyun masih mematung ditempatnya. Teman-temannya sedang sibuk dengan urusan privasinya. Tapi kemarin Rhea dan Younjae sudah berjanji akan kembali. Dan akhirnya Daehyun memtuskan untuk pergi ke rumah Youngjae.
...
Tok! Tok! Tok!
“Youngjae-sshi!!!” Panggil Daehyun sambil cengar cengir.
Youngjae membukaya dengan tatapan kosong.
Iga mwoya?” mendengar pertanyaan Daehyun, Youngjae membalasnya dengan air mata. Ia sudah kehabisan kata-kata. Sedangkan Daehyun menjadi bingung dibuatnya. Apa sahabatnya sudah kesurupan?
Daehyun menyidik penasaran. Matanya menyoroti ke dalam rumah Youngjae. Ada foto Rhea terpasang diantara bunga-bunga nan indah.
“Apa kau gila? Michigaesseo...” Mata Daehyun makin terbalalak. Ia menggosok kedua matanya berkali-kali. Tapi tetap saja dia tidak salah lihat. Kemudian Youngjae melayangkan beberapa kata-kata.
“Rhea berpesan padaku, jika dia sangat mencintaimu. Jung Daehyun.” Suasana berubah menjadi kuburan. Bahkan lebih tepatnya lagi, lebih ceria di kuburan. Apa yang sudah terjadi benar-benar diluar dugaan Daehyun. Bagaimana bisa Daehyun mengungkapkan perasaannya kepada orang yang sudah mati. Kakinya menjadi lemas.
“Kau juga menyukainya kan!” Youngjae menarik kerah Daehyun.
“Kenapa tak kau katakan saja dari dulu? Dia sangat mencintaimu.” Bentak Youngjae pada Daehyun.
“Aku juga tidak tahu bagaimana menyatakannya, aku takut jika aku mengatakan padanya tapi dia malah membenciku dan melarikan diri dariku.” Youngjae melepas genggaman tangannya dari angan-angan ingin memukul atau menampar pipi Daehyun.
“Aku hanya ingin mengembalikan jepit ini.” Tambahnya sambil mengulurkan jepit itu pada Youngjae.
“lebih baik aku pulang saja,”
Youngjae masih terpaku didepannya. Jika dilihat dari gelagat dan tingkah Daehyun yang pengertian, sepertinya tidak salah lagi jika Daehyun memang tidak salah. Ini hanya kepalsuan pemikirannya sedari tadi. Youngjae mendongak ke langit, seolah ia melihat adiknya bahagia. Disana. Meski jasad adiknya belum kunjung datang sampai sekarang. Youngjae menunggunya bersama sepatu yang hendak diberikan untuk adiknya yang nantinya akan diantar lautan hitam ke pemakaman, dan mungkin tetesan air mata yang terus ingin keluar tanpa henti. Menjadi sungai, menjadi lautan.
...
Seluruh rasa sakit ini membuat Daehyun terpapar di hamparan ruang kerinduan. Tak tertahan lagi, Daehyun sangat muak dengan dirinya sendiri.
“BABO... NAN JEONGMAL PABOYA! NAMJA PABOYA!” ia menggigit bibir bawahnya. Kemudian meremas-remas rambutnya. Semangat hidupnya telah hilang. Tapi tidak mungkin ia akan bunuh diri. Hidupnya menjadi merana, menjadi hampa.
Kini Daehyun berdiri lagi di Coffee shop. Tempat yang penuh kenangan, yang tersingkap kebahagiaan yang sekarang menjadi isakan buta. Seperti inilah hatinya, selalu dihantui rasa penyesalan yang tiada akhir.
“Aku sangat mencintaimu. Tapi kau sudah pergi. Membuatku menjadi menangis sendirian dipenantian yang sia-sia ini. Apa kau disana masih menyukaiku? Masih menungguku? Terima kasih telah mencintaiku di dunia ini. Aku merasa lebih bahagia walau pipiku telah basah. Karena belum ada orang yang kucintai mencintai diriku sendiri. Tapi aku sangat bodoh. Maafkan aku Rhea, maafkan aku yang sangat payah ini. Kau mendengarnya? Joesenghamnida.
...
THE END
Thanks For Reading.
Maaf, kalaau FFnya kurang menarik dan beberapa kata berantakan. :D author mau bilang gomawoyo, kalo mau krisar silahkan komen. ^_^ Gamsa hamnida.

Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One