.................................................................

.................................................................

Senin, 03 Agustus 2015

Fan Fiction Color Ring




Title                 : Color Ring
Author             : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast        : OC  “Jung Rae Ah *Rhea*”
Other Cast        : Kim Jong In *kai*, Krystal Jung *Krystal*, Kim Taehyung *V*.
Length             : One Shoot
Rating              : 15+.
Genre               : Family, Friendship, Sad, Romance.
Back Song :
*Winner-Color Ring
Disclaimer :
*This FF is mine, cast belong to god and their parents
*Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N : Awas Typo Campur Aduk, Maaf Kalau Kurang Seru. ^_^
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It
...
~The Melody Is Blocking Me From Hearing It Again~
“Aku ingin menjadi batu. Kau mengerjap mimpiku menjadi buntu. Tapi mengapa aku masih menantimu? Melody ini berkecamuk, lagu sedih ini masih ku dengar hingga akhir...Dan mengapa bukan suaramu saja???”
...
                “Rhea apa kau baik-baik saja? Wae?” Tanya ayahnya saat baru pulang dari kantor. Melihat anaknya berlarian ke toilet lalu ke kamar dan kembali lagi. Tanpa isyarat, Rhea terus mengikis langkahnya. Namun, anak satu-satunya itu adalah harta Choi Hyun Man yang paling berharga. Tidak ada yang bisa menggantikannya, sehelai rambut pun.
                Gwenchanayo Appa,” Jawabnya sejenak sambil menopang dahinya yang mulai berat.
                “Ayo ke rumah sakit, jangan membuat appa semakin takut karena ulahmu.” Tanpa basa-basi lagi, sang ayah membawanya ke Rumah Sakit.

...

Selesai pemeriksaan.
                “Bagaimana Dok? Apa putri saya baik-baik saja?” Ayah Rhea memasang raut wajah penasaran.
                “Sepertinya anak bapak tidak sakit. Selamat pak! Anak bapak h-a-m-i-l.” Jawab dokter itu apa adanya.
                “Mwoya? Hamil?” Choi Hyun Man mengerutkan dahinya. Rhea terus menyidik penasaran, kenapa bisa ia mengandung janin?
                “Ini datanya.” Dokter itu mengulurkan selembar data pemeriksaan.
                Jinjja? Jung Rae Ah... Ayo pulang!!!” Choi Hyun Man menarik lengan anaknya.
...
Sesampainya dirumah.
“Rhea.. dengar! Apa yang sudah kau perbuat?” Kini Ayahnya bertanya dengan nada garang.
“Sirheo Appa!” Rhea mengelak.
“Appa kan sudah bilang, jangan dekati  namja itu, Kim Jong In! Dia namja yang tidak waras. Tapi kau masih membelanya.” Bentak Choi Hyun Man.
“kau membuat appa kecewa. Bagaimana reputasi appa setelah kejadian ini, hah! Appa sangat kecewa. Mulai sekarang jangan temui Appa sebelum kau dan Jong In menikah. Arasseo?” Ujar Choi Hyun Man tanpa melirik anaknya sedikit pun.
 Mianhae appa!..... Terakhir aku bertemu Jong In, kita mabuk dan ada seseorang yang mengunci kami. Ini jebakan appa. Setelah itu aku hanya pingsan dan tak tahu apa yang telah terjadi. Appa, Jeoseonghamnida....” Rhea menatap teduh mata ayahnya yang tengah menatapnya geram.
Plak!
Choi Hyun Man melayangkan telapak tangannya dan mendarat sempurna dipipi Rhea.
Andwe.. kau sudah keterlaluan. Appa akan tinggal di rumah dinas bersama paman untuk sementara. Kau sudah melakukan dosa besar. Dan ingat pesan appa, kalau tidak, Appa tidak sudi punya anak sepertimu. Kau ingin menjadi MISKIN? Hah?! BABOYA!!! Appa sangat kecewa sangat-sangat kecewa. Jika kau miskin, akan kau makani apa anakmu itu? Dan jangan minta uluran dari tangan Appa jika Jong In tidak mau menikahimu” Choi Hyun Man berlalu begitu saja. Kini tinggal bayang-bayangnya yang terus terngiang-ngiang di benak putrinya.
Appa... Mianhae... mianhayo Appa... Mianhae, MIANHAE!!!”
...
Langit biru yang indah. Tak sekumut wajah Rhea yang terus memeras ponselnya.
‘Nada dering yang mirip denganku, Ring ring ring. Berdering-dering disamping tempat tidurmu. Dering itu, tolong angkat teleponnya. Jangan membuatku menangis.’
                Begitu mengeluh dan mengeluh. Kiranya semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak karena Kai. Yang ia inginkan bukan apa-apa, tapi pertanggung jawaban dari Kim Jong In.
                “Bagaimana aku bisa hidup? Eottokhanayo?” Isaknya dengan nada patah-patah.
                “Kai, eoddiseo? Palliwa!!! Oppa.. aku menderita disini, kembalilah... Apa kau ingin aku mati karenamu? Saat aku sedang seperti ini, kau menghilang dariku... hah? Aku selalu berusaha menepis, tapi tidak semudah membalikkan kedua telapak tangan... WAEYO???” Rhea terus menitih rintihan kesedihannya sampai membuatnya semakin beku. Mendingin, seperti hatinya yang tidak tertahan lagi, melukiskan sejuta siksaan di kanvas harinya.
...
Drrtt Drrttt...
                “Rhea? Jangan terus menelfonku! Mengganggu saja!” Gumam si Jong In di kamar apartemennya. Sepertinya dia lupa akan kejadian beberapa hari yang lalu. Suatu hal yang telah dilakukannya bersama kekasihnya, Rhea. Ia terus mengabaikan deritan ponselnya, meski itu panggilan beratus-ratus kali. Sampai membuat telinganya gatal, baginya Rhea adalah gadis bekas yang tidak ada nikmatnya lagi.
...
                Rhea semakin takut. Takut jika anak yang dikandungnya tidak akan tau seperi apa ayahnya? Bagaimana ia bisa terlahir? Mengapa ibunya tidak menikah? Ia juga bingung, akan ia makani apa anaknya. Sore ini, ia berencana pergi ke rumah sahabatnya, Kim Taehyung.
                Tok! Tok!
                “Ne... Rhea! Masuklah, haseyo.” Taehyung mempersilahkan Rhea masuk.
                “Taehyung... Apa aku boleh bekerja di cafemu? Aku mohon!” Pinta Rhea langsung to the point.
                Mwo? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Bukankah kau kemarin melamar mejadi seorang pramugari? Dan aku dengar kau diterima di tes akademik.” Tanya Taehyung dengan menyipitkan matanya. Rhea semakin terpojok. Mau berkata apa lagi, Rhea menjelaskan semua kejadian yang telah menimpanya. Taehyung sangat tersentuh mendengar curhatan sahabat karibnya ini.
                Geressimida. Kau aku terima untuk bekerja di cafeku.” Ucapnya sembari mengmbangkan senyumnya. Wajah Rhea menjadi bersinar-sinar.
                “Dasar Kai! Dia benar-benar pecundang!” Tambah Taehyung.
                “Kau tak tahu dia ada dimana sekarang?” Tanyanya lagi. Rhea hanya mengangguk.
                “Dia ada di San Fransisco sekarang. Semalam aku baru menelfonnya.” Jelas Taehyung meyakinkan Rhea agar tidak berputus asa.
                “Jinjja?” Sahut Rhea yang sudah kehabisan kesabaran.
                “Ne... ini alamatnya.” Taehyung menyerahkan selembar kertas.
                Arasseo.. aku akan kesana besok. Ini tidak perlu ditunda-tunda lagi.” Girang Rhea sedikit tidak percaya ia akan bertemu dengan Jong In. Ia baru saja menggebu di lembah yang kelam, kini betapa berbunga-bunga setiap sisi kosong dihatinya.
                “Kesana. Neildo? Sendirian? Aku antar saja. Terlalu berbahaya jika kau kesana sendirian.” Taehyung menatap sayu mata Rhea.
                Ah! Arasseo! Aku tunggu besok, hubungi aku oke?! Jangan sampai kau meninggalkanku... ddeonajima!” Rhea cepat-cepat berpamit pulang.
...
                Hidup ini adil. Tapi apakah seburuk ini? Jika iya, maka hati seperti Rhea yang selalu terbakar karena luka, tak lama lagi akan runtuh. Hari ini, ia pergi ke San Fransisco bersama Taehyung. Perjalanan yang cukup menyita waktu harinya. Cukup menyukil dalam tepat dihatinya. Ia berharap bisa bertahan sampai disana dengan calon anaknya, sampai janinnya bisa melihat dunia dengan bahagia. Ia teringat, jika ini tidak terjadi, maka ia akan berdiri didalam pesawat. Memberi sapa kepada semua penumpang dan pastinya menjadi kebanggaan bagi orang-orang yang disayanginya.
                Perjalanan berakhir, semua penumpang turun sesuai barisannya. Diantara langkahnya, Rhea terus menyorot ke segala arah. Berharap jikalau Kai ada disini, meski bersama gadis lain. Tapi sepertinya Kai yang dinantinya tidak berdiri disini, ini hanya hayalannya saja. Taehyung tak kuasa menatap sahabatnya yang tertipu bentuk hias kegelapan yang masih mengalir tanpa henti. Taehyung hanya menjaganya sementara. Saat didepan apartemen Kai.
                “V, aku ingin sendirian menemui Kai. Jadi kau disini saja ya..? Jebaalll...” Rhea mengedipkan kelopak matanya.
                Arasseo.. Kalo kau yakin, kau harus berhati-hati. Ingat ya,” Taehyung hanya tertawa khawatir.
                “Nde,,,”
...
                Rhea melangkah pasti menuju ruangan yang didiami Kai. Aroma parfum Kai tercium didepannya, masih sama, tapi didalam pelukan seorang yeoja. Sontak, Rhea memeluk balik Kim Jong In.
                Oppa! Naega neomu bogosipeoyo!!! Kau lupa oppa? Apa kau lupa dengan calon anak kita?” Kai tertegun bingung. Bagaimana bisa gadis tolol ini kembali padanya.
                “Hooe!!! Nugu seyo???” Kai mendorongnya hingga tersungkur kebawah.
                “Nugu?” Gadis yang memeluk Kai itu bertanya balik pada Kai.
                Nan mollayo! Sudahlah Krystal dia bukan siapa-siapa.” Kai mencari aman sebelum ia terpojok.
                “Oh! Pantas saja, tidak mungkin kau akan mencintai gadis dengan bau comberan sepertinya. Kau tertarik dengan siapa oppa? Aku kan?” Krystal mencuri pipi Jong In. Kai menyentuhkan jarinya ke pipinya yang merah karena bibir Krystal.
                “oppa... Kau jahat!!! Kalau begitu ya sudah, kau bukan namja yang baik. kau memang pecundang. Aku hanya ingin jika anak ini lahir, ia tidak perlu bertanya kepada ibunya siapa ayahnya?” Jelas Rhea
                “Ohhhhhhhhhhh!!! Jadi kau sudah berbadan 2?” Sindir Krystal.
                “Iya, oppa.. bertanggung jawablah..”
                “Gugurkan saja apa susahnya? Hah!” Kai membalasnya tajam.
                “Sirheo.. Aku tidak akan menyakiti janin ini sedikit pun. Kau memang namja yang bisa saja berkata seperti itu karena tak merasakan segala penderitaan dalam situasi sepertiku. Jika kau jadi aku, kau pasti akan mengatakan hal yang lebih.” Rhea berbalik dari situasi panas ini. Krystal menatap sinis mata Rhea yang tak tertuju padanya. Memandang punggung Rhea yang ringkih, yang sulit berjalan karena janinnya. Langkah yang semakin goyah, semangat yang mulai luntur. Jong In hanya menatapnya bagai orang yang rapuh. Perasaannya masih ingin terus menggenggam hati Rhea, tapi sulit membalikkan kebohongan yang sudah diperbuatnya. Apabila ia sudah terbebas dari laut keegoisan, ia tidak akan seperti ini. Otaknya mendengung kesakitan. Hatinya ingin meledak bagai bom.
...
                “bagaimana? Apa Kai bersedia kembali?” Tanya Taehyung.
                “V, Kai ... Kai....” Air mata Rhea memutus lidahnya untuk berbicara.
                “Mwoeyo? Gwenchana?” Taehyung meluap penasaran.
                “Kita pulang saja. Aku tidak dianggap lagi olehnya. Ayo cepat pulang... Palli... palliiiii....” Rhea menutup rias wajah buruknya.”
                Tanpa bertanya lagi, Taehyung mengerti maksud sahabatnya. Ini adalah suatu keharusan untuk Kai, tapi Kai tidak peduli setitik pun. Setitik hembusan nafas Rhea yang mengutara padanya, tidak ia hargai lagi.
Aku ingin menjadi batu. Kau mengerjap mimpiku menjadi buntu. Tapi mengapa aku masih menantinya? Melody ini berkecamuk, lagu sedih ini masih ku dengar hingga akhir...Dan mengapa bukan suaramu saja???’ Rhea membatin kesal diperjalanan.
...
                45 hari kemudian.
                Rhea bekerja di Cafenya Taehyung. Pikirannya semakin buntu. Aliran hidupnya yang amat sengit. Disaat ia terjtuh, tak ada yang menopangnya. Disaat ia terluka, tak ada yang bisa membalut perih lukanya.
                Kai. Yap, namja yang menerima cinta Rhea disepanjang hidupnya. Tak terbayangkan olehnya akhir dari semua ini. Mungkin ia berfikir ini telah berakhir ditengah kehancuran cintanya. Mengapa ia harus menggoreskan luka pada gadis yang sebenarnya dirindukannya sekarang? Kini Kai malah menelfon balik Rhea berkali-kali, tapi tak ada jawaban.
                “Apakah gadis itu marah?” Tanya Kai pada dirinya sendiri.
                Dasar bodoh. Tentu saja marah. Bahkan amarahnya sudah meledak bagai supernova. Hidupnya telah memalung cukup dalam. Aneka kenistaan merajai pikirnya. Tapi ia khilaf.
                ‘Aku mengatakan ini yang terakhir, tapi mengapa aku masih menelfonmu? Jika aku menggenggam tanganmu sebelum kau pergi. Bahkan aku kini kehilangan ingatan denganmu, suaramu sekalipun. Barangkali kau sudah melupakanku. Sungguh, aku namja paling bodoh di jagad raya ini. Ampuni aku...Maafkan aku...aku mohon...Jebbaaall... AKU BERJANJI... aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi. AKU BERJANJI !!!! Yaksoo...’ Kai terus membanting jeritan hatinya ke langit yang membisu.
                Kai berlari secepat mungkin menuju rumah Rhea. Tiap langkah yang ia jatuhkan ke bumi, menyuarakan angan-angan kesedihan. Tapi, kosong. Yang dilihatnya hanya kekosongan yang mirip dengannya. Kenyataan yang tajam. Mengapa baru sekarang aku menginginkanmu setelah kau pergi? WAE IJE SUYA?!!!!
                Kai masih belum menyerah. Ia akan terus mengejar Rhea sampai dapat. Bukan main, bukan ilusi, baru kali ini Kai meninggalkan sifat NAPPAnya. Sebelumnya ada banyak yeoja yang menjadi korbannya, termasuk Krystal.
                Kai mulai letih. Tapi hatinya masih ingin menoreh kebahagiaan dengan Rhea. Apa yang harus ia perbuat. Bola matanya memutar searah jarum jam. Otaknya melipat-lipat sambil menuntun langkahnya ke sebuah cafe. Sesampainya.
                “Permisi, selamat datang di Taehyung Cafe. Ada yang bisa ku bantu?” Tanya seorang pelayan.
                Telinga Kai ingin pecah. Suara ini sangat familiar baginya. Seorang pelayang yang lihai melayaninya, membuat haus cintanya terbang ke angkasa. Ia mendongak, matanya menyidik tiap sudut yang terpampang pada gadis dihadapannya. Rhea.... Itu dia.
                “Rhea!!!” Jong In memeluk erat gadis itu.
                “Waeyo?” Rhea semakin bingung.
                “Palliga!!!!!” Bentak Rhea yang berusaha mengusirnya.
                “Menikahlah denganku.” Bisik Jong In.
                Rhea membuang pelukan namja itu.
                “Cih~ pulanglah... Pecundang!!! Penipu... Kai-yaaa..!!!!” Rhea menampar pipi Jong In sampai membiru. Kai menjilat bibir bawahnya. Lalu berlutut memohon pada Rhea. Orang-orang disekitarnya menatap dengan bisikan sinis. Mereka berfikir sedang menyaksikan sebuah drama.
                Eh!
                “Nan jeongmal mianhaeyo.... Mianhae” Pinta Kai
                “....” Rhea hanya tersambung kikuk.
                “Maafkan aku telah menelantarkanmu.” Kini Rhea sedikit konek.
“Kenapa kau tak kembali? Saat aku dirunding masalah, kau menghilang. Aku tertekan sendirian. Saat aku mengulurkan tangan ke langit, tak ada yang meraihnya. Itu sangat sakit. Aku menangis seharian karenamu. Tapi kau tak pernah muncul, bahkan dimimpiku. Dan sekarang kau seperti ini. Kau benar-benar tidak bisa dipercaya. Lalu bagaimana dengan gadis bernama Krystal itu?” Pekik Rhea yag mulai menumpahkan air mata.
“Arasseo.. aku pecundang. Karena aku bingung, saat aku datang waktu itu kita menikah lalu aku malah dipecat. Aku hanya bekerja keras ntuk kita bertiga. Selamanya. Dan Krystal, aku jujur, waktu itu aku melarikan diri darimu. Maafkan aku, Krystal sudah meninggalkanku lebih dulu,” Terang Jong In
“...” Tak ada jawaban
“Aku berharap kau tak memafkanku.” Lanjut Jong In.
“Mungkin, tapi aku rasa aku ingin bertemu denganmu walau hanya sekali. Sekali ini.” Rhea kembali sambung bicara.
“Andwee... aku terlalu payah untuk yeoja sekuat dirimu. Aku sangat bahagia jika kau mengizinkankuada meski saat kau butuhkan saja. Setelah itu kau boleh membuangku sesukamu.”
Mendengar ucapan langka dari Kai. Rhea tertegun. Ia menarik lengan Kai.
“Geurae... kalau begitu kembalilah bekerja. Karena selamanya adalah waktu yang lama.” Rhea mengembangkan senyuman anggun untuk Kai.
“Jinjja?”
Rhea mengangguk. wajah Kai menjadi sumringah. Orang-orang disekitarnya menjadi luluh kepada dua insan yang dimabuk cinta itu. Kai menatap bibir merah Rhea. Tak segan-segan, Kai langsung menempelkan bibirnya ke bibir Rhea. Mata Rhea membulat sempurna. Baru kali ini ia mendapat ciuman dari seorang namja. Seorang namja yang akan ada untuknya. SELAMANYA.
                The End~

Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One