Title
: Color Ring
Author
: Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast
: OC “Jung Rae Ah *Rhea*”
Other Cast
: Kim Jong In *kai*, Krystal Jung *Krystal*, Kim Taehyung *V*.
Length
: One Shoot
Rating
: 15+.
Genre
: Family, Friendship, Sad, Romance.
Back Song :
*Winner-Color Ring
Disclaimer :
*This FF is mine, cast belong to god and their
parents
*Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N : Awas Typo Campur Aduk, Maaf
Kalau Kurang Seru. ^_^
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It
...
~The Melody Is Blocking Me From
Hearing It Again~
“Aku ingin menjadi batu. Kau
mengerjap mimpiku menjadi buntu. Tapi mengapa aku masih menantimu? Melody ini
berkecamuk, lagu sedih ini masih ku dengar hingga akhir...Dan mengapa bukan
suaramu saja???”
...
“Rhea apa kau baik-baik saja?
Wae?” Tanya ayahnya saat baru pulang dari kantor. Melihat anaknya berlarian ke
toilet lalu ke kamar dan kembali lagi. Tanpa isyarat, Rhea terus mengikis
langkahnya. Namun, anak satu-satunya itu adalah harta Choi Hyun Man yang paling
berharga. Tidak ada yang bisa menggantikannya, sehelai rambut pun.
“Gwenchanayo Appa,” Jawabnya sejenak sambil menopang dahinya yang
mulai berat.
“Ayo ke rumah sakit, jangan
membuat appa semakin takut karena
ulahmu.” Tanpa basa-basi lagi, sang ayah membawanya ke Rumah Sakit.
...
Selesai
pemeriksaan.
“Bagaimana Dok? Apa putri saya
baik-baik saja?” Ayah Rhea memasang raut wajah penasaran.
“Sepertinya anak bapak tidak
sakit. Selamat pak! Anak bapak h-a-m-i-l.” Jawab dokter itu apa adanya.
“Mwoya? Hamil?” Choi Hyun Man
mengerutkan dahinya. Rhea terus menyidik penasaran, kenapa bisa ia mengandung
janin?
“Ini datanya.” Dokter itu mengulurkan
selembar data pemeriksaan.
“Jinjja? Jung Rae Ah... Ayo pulang!!!” Choi Hyun Man menarik lengan
anaknya.
...
Sesampainya
dirumah.
“Rhea..
dengar! Apa yang sudah kau perbuat?” Kini Ayahnya bertanya dengan nada garang.
“Sirheo
Appa!” Rhea mengelak.
“Appa
kan sudah bilang, jangan dekati namja
itu, Kim Jong In! Dia namja yang
tidak waras. Tapi kau masih membelanya.” Bentak Choi Hyun Man.
“kau
membuat appa kecewa. Bagaimana reputasi appa setelah kejadian ini, hah! Appa
sangat kecewa. Mulai sekarang jangan temui Appa
sebelum kau dan Jong In menikah. Arasseo?”
Ujar Choi Hyun Man tanpa melirik anaknya sedikit pun.
“Mianhae
appa!..... Terakhir aku bertemu Jong In, kita mabuk dan ada seseorang yang
mengunci kami. Ini jebakan appa. Setelah
itu aku hanya pingsan dan tak tahu apa yang telah terjadi. Appa, Jeoseonghamnida....” Rhea menatap teduh mata ayahnya yang
tengah menatapnya geram.
Plak!
Choi
Hyun Man melayangkan telapak tangannya dan mendarat sempurna dipipi Rhea.
“Andwe.. kau sudah keterlaluan. Appa akan tinggal di rumah dinas bersama
paman untuk sementara. Kau sudah melakukan dosa besar. Dan ingat pesan appa, kalau tidak, Appa tidak sudi punya anak sepertimu. Kau ingin menjadi MISKIN?
Hah?! BABOYA!!! Appa sangat kecewa
sangat-sangat kecewa. Jika kau miskin, akan kau makani apa anakmu itu? Dan
jangan minta uluran dari tangan Appa jika Jong In tidak mau menikahimu” Choi
Hyun Man berlalu begitu saja. Kini tinggal bayang-bayangnya yang terus terngiang-ngiang
di benak putrinya.
“Appa... Mianhae... mianhayo Appa... Mianhae, MIANHAE!!!”
...
Langit
biru yang indah. Tak sekumut wajah Rhea yang terus memeras ponselnya.
‘Nada dering yang
mirip denganku, Ring ring ring.
Berdering-dering disamping tempat tidurmu. Dering itu, tolong angkat
teleponnya. Jangan membuatku menangis.’
Begitu mengeluh dan mengeluh.
Kiranya semalaman ia tidak bisa tidur nyenyak karena Kai. Yang ia inginkan
bukan apa-apa, tapi pertanggung jawaban dari Kim Jong In.
“Bagaimana aku bisa hidup? Eottokhanayo?” Isaknya dengan nada
patah-patah.
“Kai, eoddiseo? Palliwa!!! Oppa.. aku menderita disini, kembalilah... Apa
kau ingin aku mati karenamu? Saat aku sedang seperti ini, kau menghilang
dariku... hah? Aku selalu berusaha menepis, tapi tidak semudah membalikkan
kedua telapak tangan... WAEYO???” Rhea terus menitih rintihan kesedihannya
sampai membuatnya semakin beku. Mendingin, seperti hatinya yang tidak tertahan
lagi, melukiskan sejuta siksaan di kanvas harinya.
...
Drrtt Drrttt...
“Rhea? Jangan terus menelfonku!
Mengganggu saja!” Gumam si Jong In di kamar apartemennya. Sepertinya dia lupa
akan kejadian beberapa hari yang lalu. Suatu hal yang telah dilakukannya
bersama kekasihnya, Rhea. Ia terus mengabaikan deritan ponselnya, meski itu
panggilan beratus-ratus kali. Sampai membuat telinganya gatal, baginya Rhea
adalah gadis bekas yang tidak ada nikmatnya lagi.
...
Rhea semakin takut. Takut jika
anak yang dikandungnya tidak akan tau seperi apa ayahnya? Bagaimana ia bisa
terlahir? Mengapa ibunya tidak menikah? Ia juga bingung, akan ia makani apa
anaknya. Sore ini, ia berencana pergi ke rumah sahabatnya, Kim Taehyung.
Tok! Tok!
“Ne... Rhea! Masuklah, haseyo.” Taehyung mempersilahkan Rhea
masuk.
“Taehyung... Apa aku boleh
bekerja di cafemu? Aku mohon!” Pinta Rhea langsung to the point.
“Mwo? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Bukankah kau kemarin melamar
mejadi seorang pramugari? Dan aku dengar kau diterima di tes akademik.” Tanya
Taehyung dengan menyipitkan matanya. Rhea semakin terpojok. Mau berkata apa
lagi, Rhea menjelaskan semua kejadian yang telah menimpanya. Taehyung sangat
tersentuh mendengar curhatan sahabat karibnya ini.
“Geressimida. Kau aku terima untuk bekerja di cafeku.” Ucapnya sembari mengmbangkan senyumnya. Wajah Rhea menjadi
bersinar-sinar.
“Dasar Kai! Dia benar-benar
pecundang!” Tambah Taehyung.
“Kau tak tahu dia ada dimana
sekarang?” Tanyanya lagi. Rhea hanya mengangguk.
“Dia ada di San Fransisco sekarang. Semalam aku baru menelfonnya.” Jelas
Taehyung meyakinkan Rhea agar tidak berputus asa.
“Jinjja?” Sahut Rhea yang sudah
kehabisan kesabaran.
“Ne... ini alamatnya.” Taehyung
menyerahkan selembar kertas.
“Arasseo.. aku akan kesana besok. Ini tidak perlu ditunda-tunda
lagi.” Girang Rhea sedikit tidak percaya ia akan bertemu dengan Jong In. Ia
baru saja menggebu di lembah yang kelam, kini betapa berbunga-bunga setiap sisi
kosong dihatinya.
“Kesana. Neildo? Sendirian? Aku antar saja. Terlalu berbahaya jika kau
kesana sendirian.” Taehyung menatap sayu mata Rhea.
“Ah! Arasseo! Aku tunggu besok, hubungi aku oke?! Jangan sampai kau meninggalkanku...
ddeonajima!” Rhea cepat-cepat
berpamit pulang.
...
Hidup ini adil. Tapi apakah
seburuk ini? Jika iya, maka hati seperti Rhea yang selalu terbakar karena luka,
tak lama lagi akan runtuh. Hari ini, ia pergi ke San Fransisco bersama Taehyung.
Perjalanan yang cukup menyita waktu harinya. Cukup menyukil dalam tepat
dihatinya. Ia berharap bisa bertahan sampai disana dengan calon anaknya, sampai
janinnya bisa melihat dunia dengan bahagia. Ia teringat, jika ini tidak
terjadi, maka ia akan berdiri didalam pesawat. Memberi sapa kepada semua
penumpang dan pastinya menjadi kebanggaan bagi orang-orang yang disayanginya.
Perjalanan berakhir, semua
penumpang turun sesuai barisannya. Diantara langkahnya, Rhea terus menyorot ke
segala arah. Berharap jikalau Kai ada disini, meski bersama gadis lain. Tapi
sepertinya Kai yang dinantinya tidak berdiri disini, ini hanya hayalannya saja.
Taehyung tak kuasa menatap sahabatnya yang tertipu bentuk hias kegelapan yang
masih mengalir tanpa henti. Taehyung hanya menjaganya sementara. Saat didepan
apartemen Kai.
“V, aku ingin sendirian menemui
Kai. Jadi kau disini saja ya..? Jebaalll...”
Rhea mengedipkan kelopak matanya.
“Arasseo.. Kalo kau yakin, kau harus berhati-hati. Ingat ya,”
Taehyung hanya tertawa khawatir.
“Nde,,,”
...
Rhea melangkah pasti menuju
ruangan yang didiami Kai. Aroma parfum Kai tercium didepannya, masih sama, tapi
didalam pelukan seorang yeoja. Sontak, Rhea memeluk balik Kim Jong In.
“Oppa! Naega neomu bogosipeoyo!!! Kau lupa oppa? Apa kau lupa dengan
calon anak kita?” Kai tertegun bingung. Bagaimana bisa gadis tolol ini kembali
padanya.
“Hooe!!! Nugu seyo???” Kai
mendorongnya hingga tersungkur kebawah.
“Nugu?” Gadis yang memeluk Kai
itu bertanya balik pada Kai.
“Nan mollayo! Sudahlah Krystal dia bukan siapa-siapa.” Kai mencari
aman sebelum ia terpojok.
“Oh! Pantas saja, tidak mungkin
kau akan mencintai gadis dengan bau comberan sepertinya. Kau tertarik dengan
siapa oppa? Aku kan?” Krystal mencuri pipi Jong In. Kai menyentuhkan jarinya ke
pipinya yang merah karena bibir Krystal.
“oppa... Kau jahat!!! Kalau
begitu ya sudah, kau bukan namja yang baik. kau memang pecundang. Aku hanya
ingin jika anak ini lahir, ia tidak perlu bertanya kepada ibunya siapa
ayahnya?” Jelas Rhea
“Ohhhhhhhhhhh!!! Jadi kau sudah
berbadan 2?” Sindir Krystal.
“Iya, oppa.. bertanggung
jawablah..”
“Gugurkan saja apa susahnya?
Hah!” Kai membalasnya tajam.
“Sirheo.. Aku tidak akan
menyakiti janin ini sedikit pun. Kau memang namja yang bisa saja berkata seperti
itu karena tak merasakan segala penderitaan dalam situasi sepertiku. Jika kau
jadi aku, kau pasti akan mengatakan hal yang lebih.” Rhea berbalik dari situasi
panas ini. Krystal menatap sinis mata Rhea yang tak tertuju padanya. Memandang
punggung Rhea yang ringkih, yang sulit berjalan karena janinnya. Langkah yang
semakin goyah, semangat yang mulai luntur. Jong In hanya menatapnya bagai orang
yang rapuh. Perasaannya masih ingin terus menggenggam hati Rhea, tapi sulit
membalikkan kebohongan yang sudah diperbuatnya. Apabila ia sudah terbebas dari
laut keegoisan, ia tidak akan seperti ini. Otaknya mendengung kesakitan.
Hatinya ingin meledak bagai bom.
...
“bagaimana? Apa Kai bersedia
kembali?” Tanya Taehyung.
“V, Kai ... Kai....” Air mata
Rhea memutus lidahnya untuk berbicara.
“Mwoeyo? Gwenchana?” Taehyung
meluap penasaran.
“Kita pulang saja. Aku tidak
dianggap lagi olehnya. Ayo cepat pulang... Palli... palliiiii....” Rhea menutup
rias wajah buruknya.”
Tanpa bertanya lagi, Taehyung
mengerti maksud sahabatnya. Ini adalah suatu keharusan untuk Kai, tapi Kai
tidak peduli setitik pun. Setitik hembusan nafas Rhea yang mengutara padanya,
tidak ia hargai lagi.
‘Aku ingin menjadi batu.
Kau mengerjap mimpiku menjadi buntu. Tapi mengapa aku masih menantinya? Melody ini
berkecamuk, lagu sedih ini masih ku dengar hingga akhir...Dan mengapa bukan
suaramu saja???’ Rhea membatin kesal diperjalanan.
...
45 hari kemudian.
Rhea bekerja di Cafenya
Taehyung. Pikirannya semakin buntu. Aliran hidupnya yang amat sengit. Disaat ia
terjtuh, tak ada yang menopangnya. Disaat ia terluka, tak ada yang bisa
membalut perih lukanya.
Kai. Yap, namja yang menerima
cinta Rhea disepanjang hidupnya. Tak terbayangkan olehnya akhir dari semua ini.
Mungkin ia berfikir ini telah berakhir ditengah kehancuran cintanya. Mengapa ia
harus menggoreskan luka pada gadis yang sebenarnya dirindukannya sekarang? Kini
Kai malah menelfon balik Rhea berkali-kali, tapi tak ada jawaban.
“Apakah gadis itu marah?” Tanya
Kai pada dirinya sendiri.
Dasar bodoh. Tentu saja marah.
Bahkan amarahnya sudah meledak bagai supernova. Hidupnya telah memalung cukup
dalam. Aneka kenistaan merajai pikirnya. Tapi ia khilaf.
‘Aku mengatakan ini yang
terakhir, tapi mengapa aku masih menelfonmu? Jika aku menggenggam tanganmu
sebelum kau pergi. Bahkan aku kini kehilangan ingatan denganmu, suaramu
sekalipun. Barangkali kau sudah melupakanku. Sungguh, aku namja paling bodoh di
jagad raya ini. Ampuni aku...Maafkan aku...aku mohon...Jebbaaall... AKU
BERJANJI... aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi. AKU BERJANJI !!!! Yaksoo...’
Kai terus membanting jeritan hatinya ke langit yang membisu.
Kai berlari secepat mungkin
menuju rumah Rhea. Tiap langkah yang ia jatuhkan ke bumi, menyuarakan
angan-angan kesedihan. Tapi, kosong. Yang dilihatnya hanya kekosongan yang
mirip dengannya. Kenyataan yang tajam. Mengapa baru sekarang aku menginginkanmu
setelah kau pergi? WAE IJE SUYA?!!!!
Kai masih belum menyerah. Ia
akan terus mengejar Rhea sampai dapat. Bukan main, bukan ilusi, baru kali ini
Kai meninggalkan sifat NAPPAnya. Sebelumnya ada banyak yeoja yang menjadi
korbannya, termasuk Krystal.
Kai mulai letih. Tapi hatinya
masih ingin menoreh kebahagiaan dengan Rhea. Apa yang harus ia perbuat. Bola
matanya memutar searah jarum jam. Otaknya melipat-lipat sambil menuntun
langkahnya ke sebuah cafe. Sesampainya.
“Permisi, selamat datang di
Taehyung Cafe. Ada yang bisa ku bantu?” Tanya seorang pelayan.
Telinga Kai ingin pecah. Suara
ini sangat familiar baginya. Seorang pelayang yang lihai melayaninya, membuat
haus cintanya terbang ke angkasa. Ia mendongak, matanya menyidik tiap sudut
yang terpampang pada gadis dihadapannya. Rhea.... Itu dia.
“Rhea!!!” Jong In memeluk erat
gadis itu.
“Waeyo?” Rhea semakin bingung.
“Palliga!!!!!” Bentak Rhea yang
berusaha mengusirnya.
“Menikahlah denganku.” Bisik
Jong In.
Rhea membuang pelukan namja itu.
“Cih~ pulanglah... Pecundang!!!
Penipu... Kai-yaaa..!!!!” Rhea menampar pipi Jong In sampai membiru. Kai
menjilat bibir bawahnya. Lalu berlutut memohon pada Rhea. Orang-orang
disekitarnya menatap dengan bisikan sinis. Mereka berfikir sedang menyaksikan
sebuah drama.
Eh!
“Nan jeongmal mianhaeyo....
Mianhae” Pinta Kai
“....” Rhea hanya tersambung
kikuk.
“Maafkan aku telah
menelantarkanmu.” Kini Rhea sedikit konek.
“Kenapa
kau tak kembali? Saat aku dirunding masalah, kau menghilang. Aku tertekan
sendirian. Saat aku mengulurkan tangan ke langit, tak ada yang meraihnya. Itu sangat
sakit. Aku menangis seharian karenamu. Tapi kau tak pernah muncul, bahkan
dimimpiku. Dan sekarang kau seperti ini. Kau benar-benar tidak bisa dipercaya.
Lalu bagaimana dengan gadis bernama Krystal itu?” Pekik Rhea yag mulai
menumpahkan air mata.
“Arasseo..
aku pecundang. Karena aku bingung, saat aku datang waktu itu kita menikah lalu
aku malah dipecat. Aku hanya bekerja keras ntuk kita bertiga. Selamanya. Dan
Krystal, aku jujur, waktu itu aku melarikan diri darimu. Maafkan aku, Krystal
sudah meninggalkanku lebih dulu,” Terang Jong In
“...”
Tak ada jawaban
“Aku
berharap kau tak memafkanku.” Lanjut Jong In.
“Mungkin,
tapi aku rasa aku ingin bertemu denganmu walau hanya sekali. Sekali ini.” Rhea
kembali sambung bicara.
“Andwee...
aku terlalu payah untuk yeoja sekuat dirimu. Aku sangat bahagia jika kau
mengizinkankuada meski saat kau butuhkan saja. Setelah itu kau boleh membuangku
sesukamu.”
Mendengar
ucapan langka dari Kai. Rhea tertegun. Ia menarik lengan Kai.
“Geurae...
kalau begitu kembalilah bekerja. Karena selamanya adalah waktu yang lama.” Rhea
mengembangkan senyuman anggun untuk Kai.
“Jinjja?”
Rhea
mengangguk. wajah Kai menjadi sumringah. Orang-orang disekitarnya menjadi luluh
kepada dua insan yang dimabuk cinta itu. Kai menatap bibir merah Rhea. Tak
segan-segan, Kai langsung menempelkan bibirnya ke bibir Rhea. Mata Rhea
membulat sempurna. Baru kali ini ia mendapat ciuman dari seorang namja. Seorang
namja yang akan ada untuknya. SELAMANYA.
The End~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar