FanFiction
Title : Ice Flower
Author : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast : Yuju Gfriend
Other cast :
Yeri Red Velvet, Zelo B.A.P, Suho Exo, SeHun Exo, Minho Shinee, Kim TaeYeon,
etc.
Length : Multi Chapter
Rating :
Teen
Genre :
School life, Comedy, Olimpiad story, etc.
Disclaimer :
*Cast belong to God and
their parents
*This
FF is mine. (Fiksi ini berdasarkan imajinasi author. Jika ada kesamaan
karakter, cerita, kebudayaan, hal-hal yang tidak sesuai (entah itu cast, alur,
latar), dan lain-lain yang terkandung di setiap unsur di dalam cerita ini.
Maka, itu semua hanyalah sebuah kebetulan belaka.)
Cr
: Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N
: Awas banyak Typo. Maaf kalau kurang seru. ^_^....
2016©Jung Rae Ah(Ayu P.)
CHAPTER 2
The Most Stupid
Girl
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It J
...
...
“Banyak kegagalan hidup yang dialami oleh manusia
disebabkan mereka tidak mengetahui bahwa mereka telah selangkah lebih dekat
dengan kesukesan. Ini terjadi ketika mereka kemudian menyerah pasrah.”
-Thomas Edison
*Katakanlah
wahai mentari. Bahwa alam semesta akan menjadi saksi bisu pergerakan manusia.*
Biarkan
sinarmu menghangatkan seluruh perasaanku. Karena hari ini, kami semua akan
bertemu dengan pembina. Detak jantungku tak terkendali. Ditambah sunyinya
suasana ruang pembinaan ini. Kalor menguap dari setiap luang pori-pori kulitku.
Aku tak mampu untuk menahan getaran tubuhku.
“Joheun
achim (Selamat pagi).” TaeYeon eonni menyapa sopan kepada kami. Kami berdiri
dan membungkuk sesaat.
“Oke,
bagaimana kabar kalian semua? Sudah tahu kan kalau pembina yang saya datangkan
dari negeri seberang akan datang? sudah siap semua?” TaeYeon eonni berkata
dengan express sambil menengok ke arah jam dinding. Sepertinya ia sedang mengejar
waktu.
“Hari
ini juga saya akan pergi ke negeri seberang untuk memperpanjang kontrak lama.
Ada proyek pembuatan satelit disana.”
“Pasti
melelahkan.” Potong Zelo dengan tiba-tiba.
“Lalu?”
Suho melemparkan tatapan sinisnya ke Zelo. Ku pikir Suho sedang berkata dalam
hati bahwa apa yang dikatakan Zelo tadi tidak ada sopan santunnya. Bahkan, jika
ia sudah naik darah, ia pasti akan memaki Zelo tepat di depannya.
“Tidak
begitu juga. Kapan-kapan kau akan eonni ajak kok Zel. Aku tahu kok, kamu bilang
melelahkan agar suatu saat aku mau kamu gantiin kan? Hehehe.... kalo kamu dapet
gold medal ya,!” Ujar TaeYeon eonni sambil menengok ke arah jam dinding untuk
yang kedua kalinya. Meski tak terlihat, tapi lirikannya tak bisa lepas dari
tatapanku.
“Oh!
Arasseo... kami akan berusaha sebaik mungkin kok. Semangat eonni, mulai hari
ini eonni juga gausah mikirin kita ya. Kalo eonni takut telat, sekarang bisa
ninggalin kita kok.” Jelasku.
“Eh?
Yuju. Kamu?” SeHun menatapku nanar.
“Apaan
sih?” Aku mengerjap seolah tak ada kelebihan apapun yang muncul dari diriku.
“Nde.
Saya pergi dulu ya...” TaeYeon eonni pun berlalu dari bayangan kami.
Atmosfir
pagi kembali menyibak aral halangan yang akan menyapa satu per satu dari kami .
“Yeri,
tumben pagi ini kamu diem aja.” Ocehku sambil menikmati bubble tea.
“Oh
ya?” Ia mengerjap.
“Ke
apotik yuk!” Ajakku sambil meraih tangannya.
“Eh?
Ngapain?”
“Kalo
kamu anemia, harusnya beli obat tambah darah atau nggak istirahat. Tapi
berhubung pembina mau dateng, yaudah beli obat aja ya. Atau aku aja yang beli.
Gimana?” Jelasku
“Eonni....
Bagaimana bisa kau melakukannya?” Ia membulatkan kedua matannya.
“Kau
lihat? Tanganmu. Itu pucat, wajahmu juga, semuanya tampak pucat. Lalu sorotan
matamu juga mati. Kukumu, sangat bersih. Itu berarti kau tidak melakukan apapun
dari tadi. Ditambah dengan rambutmu yang tidak kusam dan tidak lembab. Bajumu,
itu adalah yang kau pakai kemarin. Aroma tubuhmu, wangi bercampur keringat
kering. Tapi wangi itu adalah aroma minyak wangi. Dan aku mengingat-igat dimana
aku pernah menemui aroma seperti itu, ya ketika orang-orang sedang sakit. Namun
penyakit mereka bukan penyakit yang tabu untuk dibahas. Itu menunjukkan bahwa
kau tidak mandi kemarin. Karena di kamar mandi sudah ada khusus air panas,
seharusnya kau tak takut kedinginan. Tapi kau tidak mandi. Jadi ku pikir kau
sedang sakit dimana penyakit itu membuat seseorang menjadi lemah dan tak bersemangat,
pusing berat, kulitnya pucat, tapi ia masih tampak bisa melakukan sesuatu walau
ia sebenarnya juga mudah kelelahan. Ya, itu anemia.”
Yeri
menatapku dengan ekspresi khasnya, ekspresi bingung tetapi kekaguman muncul
dari binar matanya.
“Eonni...
kau berbakat sekali menjadi detektif.”
“Bukan
begitu. Tetapi ya sudahlah, jadi atau tidak?” Tanyaku to the point
“Ani
(tidak). Aku lebih ingin menanti pembina kita hari ini, eon.” Jelasnya.
Mataku
tertuju pada matanya yang sayu-sayu. Keras kepala sekali.
“Oh,
okelah.”
Kami
smeua masih asyik di meja masing-masing. Aku yang sedari tadi memecahkan
persamaan yang lebih mudah untuk permain rubik, tetapi tidak ketemu juga.
“Permisi,”
Suara
asing itu masuk ke dalam gendang telingaku hingga terkirim ke otakku. Suara
asing namun terdengar sangat berkharisma. Oh, sepertinya aku akan sangat
beruntung memiliki pembina sepertinya.
SeHun,
Suho, dan Yeri terkesima. Kecuali aku dan Zelo. Pembina kami, oh mungkin
bagaikan dewa dihadapan mereka. Aku tak tahu, tapi ku rasa dia memang orang
hebat. dari caranya memakai dasi, caranya menaruh tumpukan buku, caranya
melepas kacamata.
“Selamat
siang semuanya....” sanggahnya kepada rasa penasaran kami.
“Perkenalkan
sebelumnya, naneun Choi Min Ho. Minho imnida. Saya hampir seusia dengan kalian
karena saya baru lulus kuliah dan mendapat kontrak dengan negara kalian. Suatu
kehormatan saya dapat berjumpa dengan kalian semua. Kalian boleh panggil saja
saya Minho agar mendatangkan konteks persahabatan di antara kita.”
“Oh
begitu kah?” Tanyaku dengan tiba-tiba.
“Tapi
jikalau kalian ingin memanggil saya ‘pak’ juga tidak masalah.”
“Kalau
aku memanggilmu ‘oppa’ (panggilan bagi perempuan kepada lelaki yang lebih tua)
bagaimana?” Tiba-tiba Yeri ikut menyuluti pembicaraan.
“Hmm.....
oppa dan Hyung. Kurasa itu ide yang bagus.” Tambahku.
“Whit!
Oppa dan Hyung? Ya sudahlah....” ucapnya pasrah.
“Sebelum
mengawali materi pertama kita, aku ingin tahu identitas kalian. Ya biasa,
introduction about nama, kelas, alamat, nama panggilan, dan alasan mengapa
memilih astronomi.” Beliau mengambil jeda sejenak untuk mengambil momen dimana
ia bisa mengenali kami lebih jauh dari wajah kami.
“Baiklah.
Saya ingin mulai dari yang paling belakang.” Ucapnya sambil menunjuk ke arahku.
Tiba-tiba
aku salah tingkah. Aku hilang kendali, ku menoleh ke belakang lalu menunjuk
diriku sendiri, beliau mengangguk.
“Sudah
paling belakang itu kamu sama aku, dan Mihho Hyung nunjuknya ke kiri, itu
berarti kamu. Kenapa masih nengok ke belakang? Babo (bodoh)!” Zelo memaki
seenaknya kepadaku.
“Eh, kenapa
pake marah-marah sih?” Protesku.
“Urusanku.”
Jawabnya enteng.
“What?
Mwoeyo? Oh arasseo....” Aku berdiri dan menuju ke bangkunya. Ah God, Zelo memang
menyebalkan. Benar juga dia jenius, tapi tidak seenaknya sendiri seperti ini.
“Ngapain?”
tanyanya.
“Aku mau
mengambil kotak pensilku yang tertinggal di bangkumu.”
“Wah...
marah ya....” Ejeknya seolah ia tak bersalah. Sambil mengejek ia menahan kotak
pensilku. Aku kehilangan rasa sabarku. Aku ingin menyentaknya tapii....
“Apa ini
drama?” Suho menegaskan suasana.
“Eh?”
Tiba-tiba
semua bertepuk tangan. Uh, aku disindir. Seharusnya aku maju ke depan. Ku
lupakan soal kotak pensilku dan aku langsung ambil posisi.
“Mianhae,
atas insiden tadi oppa. namaku Yuju, alamatku di......” Tubuhku memanas
seketika. Bagaimana bisa aku lupa alamat rumahku. Jinjja? Nan eottokhae? Ku
lemparkan pandanganku ke lantai lalu ke langit. Tidak ada informasi yang bisa
kutemukan tentang alamatku.
“Alamatku
di Bumi.” Ceplosku innocent.
“Hahaha....”
semua tertawa lepas melihat tingkahku. Aku hanya terdiam dan oh.... bodohnya
diriku ini. Mengapa aku bisa melupakan semuanya dengan cepat? apalagi ketika
sang pembina tersenyum manis ke arahku. Dia memang sangat tampan, muda, pintar,
dan berkelas. Lebih parah lagi, mengapa hatiku tersanjung ketika pesona
terpancar dari matanya? Dia mengingatkanku kepada ChanYeol. Bruh.... pikiranku
melenceng kemana-mana. Ada pikiran aneh melintas yang mengatakan, ‘apakah dia
ChanYeol yang menjelma menjadi seorang pembina? Atau mungkin.....’ “Ya,
panggilan saya Yuju. Alasanku memilih astronomi karena aku menyukai astronomi.”
“Aduh......
kok gak relevan banget thih..” Sehun menimpali.
“Sekian dan
kurang lebihnya saya mohon maaf.” Aku kembali ke bangku dengan gugup. Belum
sampai ke bangku, sang pembina itu memanggilku.
“Yuju?”
Langkahku
terhenti, wajahku melirik ke arahnya. Hatiku menjerit. #HelpMe
“Setelah
pembinaan hari ini selesai, aku minta satu jam denganmu disini saja.”
Aku
mengangguk pelan.
Teman-temanku
yang lain menunjukkan kehebatannya kepada Minho. Tetapi mengapa aku tadi
melakukan hal yang aneh. Apakah ini menunjukkan bahwa aku lah yang paling bodoh
di antara mereka? Atau aku hanya pusat permainan dari semua ini? Uh, ini semua
membuatku tidak nyaman. Perasaan yang sama saat pertama kali aku memasuki suatu
orgnisasi. Apakah ini merupakan karma untukku?
TO BE
CONTINUE.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar