.................................................................

.................................................................

Jumat, 26 Juni 2015

Fan Fiction Romance 'Someday' (Tiffany SNSD+Nickhun 2PM) Part 4



Fan Fiction – Someday

Title            : Someday

Author         : Jung Rae Ah

Main Cast   : Tiffany ‘SNSD’ & Nickhun ‘2PM’

Under Cast :

- Taeyeon ‘SNSD’
- Seohyun ‘SNSD’
- Victoria F(x)
- Taecyeon ‘2PM’
- Wooyoung ‘2PM’
- Kibum ‘Super Junior’.

Genre                   : Romance, Sad, Friendship, etc.

Lenght        : multi chapter

Back Song  :

*Jin Woon – You Walking Toward Me
*Tiffany – Only One
*SNSD – Express 999
*2PM - I’ll Be Back
*4minute – Cold Rain

Disclaimer   :

*Semua cast milik Tuhan dan Ortu masing-masing
*No Bash and No Plagiaters, so jika copas cantumkan author or Link. (Link : ayupuspitaningrum129.blogspot.com) – Gomawo

#Awas Thypo Bertebaran :D

...

Happy Reading And Hope You Enjoy It
PART 4


Di depan gerbang kost.
[10 P.M]

Annyeong.. Hati-hati ya...” Tiffany menatap punggung Nickhun yang pergi menjauhinya. Ditengah hujan yang semakin deras, Nickhun berhati-hati mendorong pedal sepedanya dan melambai kepada Tiffany.

Tiffany menghela nafasnya sebentar. Mengapa dia dan Nickhun tadi bisa sedekat itu? Sudah lupakan. Tiffany mengunci gerbang lalu menuntun sepedanya ke dalam kost. Setelah menyandarkan sepedanya di tempat parkir, Tiffany membuka pintu kamarnya. Sebuah ruang yang dihuninya bersama Taeyeon.

Tadahh!!!!~” Selembar kertas bergambar Nickhun dengan coretan teknik dusel nan rapi itu menyambutnya.

“Bagus kan?” Tanya Taeyeon sambil memberi tawa.

Mata Tiffany membulat sempurna. Dia tidak menyangka kalau Taeyeon menyukai NICKHUN.

“Tiffany? Bagaimana jika aku berikan padanya besok?” Pertanyaan Taeyeon ini benar-benar membuat hatinya remuk.

“Ah! Ku rasa kau bisa melakukannya besok.” Jawab Fanny ricau.

Gwenchana? O,ya jangan kau bilang pada siapapun kalau Seohyun ternyata menyukai Wooyoung. Kau tahu? Mengejutkan bukan?” Kejujuran Taeyeon ini membuat dada Fanny semakin sesak.

Tiffany tidak dapat mengeluarkan satu kata pun, ia membelakangi Taeyeon yang mengusap-usap lembut kertas itu. Melihat Taeyeon bahagia karena Nickhun, semua terasa hancur dan hancur. Ia menangis tanpa sepengetahuan Taeyeon. Ia berlari ke kamar mandi. DISINILAH ia berkeluh kesal.
.
“Bagaimana jika nanti mereka tahu semua, ini sangat rumit. Kenapa jadi seperti ini? Apa aku harus mengatakan sebenarnya? Tapi apa aku menyukai Nickhun? Aku ini kenapa? WAEYO!!!!!!!” Hati Fany menjerit kesakitan. Ia terus bertanya-tanya mengapa, bagaimana, apa yang telah terjadi padanya? Ia menggenggam kepalanya dengan sedikit tekanan. Mengacak-ngacak rambutnya seraya menitih air mata.

“Hah! Lupakan!” Tiffany kembali ke kamar dengan kecewa. Belum ada solusi yang tepat.

Ia membuka daun pintu dan melihati jika Taeyeon sudah tertidur pulas tanpa gelisah.
Tiffany menatap sedih sahabatnya.

‘Aku tidak ingin menyakiti siapapun’ Desaknya dalam hati.

‘Tapi juga tidak menyakiti Nickhun. Asshh... Jinjja yeoja paboya (Dasar gadis bodoh). Ini kontroversi.’ Pikirnya lagi.

Tiffany menyelungkupkan tubuhnya ke sebuah ranjang yang berjarak 1 meter dari ranjang milik Taeyeon. Ia tidak bisa tidur. Siapa yang akan dia curhati? Jawabannya tidak ada. Bagaimana dia bisa menyelesaikan masalah genting seperti ini sendirian. Ia mengacak-ngacak rambutnya. Tangan kirinya menyambar sebuah guling dan ia miringkan tubuhnya ke kanan membelakangi Taeyeon. Tepatnya menghadap tembok. Tiffany mendesah keras.

“Bagaimana kalau...” Tiffany membayangkan sesuatu.

“Taeyeon. Nan jeongmal mianhaeyo. Aku tidak bermaksud menyakitimu, tapi aku ingin mengatakan sejujurnya bahwa aku menyukai Nikchun. Apa kau tidak keberatan? Kau dengan senang hati merelakan Nickhun?” Tanya Tiffany kepada sahabatnya, Taeyeon.

“Apa maksudmu?” Tanya Taeyeon balik. Tapi sebenarnya Taeyeon paham dan menahan luka yang dalam.

Tiffany berhenti membayangkan hal itu.

Maldo andwe (tidak mungkin). Taeyeon pasti akan sakit hati dan kata-kataku seperti tadi bisa membunuhnya. Hah! Pasti ada cara lain. Hmmm... Bagaimana kalau...” Tiffany membayangkan hal lain.

“Taeyeon~” Tiffany berlutut kepada Taeyeon.

Iga mwoya (ada apa)?” Taeyeon menarik lengan Tiffany namun Tiffany tak mau berdiri.

Mianhae... Mianhae... Mianhae...” Tiffany memeluk kedua kaki Taeyeon.

“Kau?” Taeyeon mulai curiga. Tiffany mengeluarkan air matanya yang tidak bisa berhenti saat akan mengatakan hal itu.

Tiffany menjeda kembali khayalannya itu. Ia memukul-mukul gulingnya.

‘Kenapa begitu rumit. Jjjaa! kepalaku pening. Setelah ini mungkin hatiku meledak. Sepanjang malam, air mata di wajah ku, itu sempurna. Apa yang begitu besar tentang cinta yang membuatku menangis?’ Geramnya dalam hati.

...

Esoknya saat di kampus, Tiffany menjadi dag dig dug. Hatinya tidak bisa tenang, jantungnya berdebar-debar, otaknya kian memberontak. Bahkan tadi pagi ia menyuruh Taeyeon berangkat sendiri di pagi buta. Kini Tiffany harus dikejutkan lagi oleh Taeyeon yang berdiri di depan pintu kelas sambil senyam senyum sendiri.

Isshh! Kau mengagetkanku lagi Taeyeon.” Ujar Fanny tercekam

Ah.. Aku hanya bercanda. O,iya bantu dong!” Mohon Taeyeon akan sesuatu.

Ne... Mwo? Apa yang bisa kubantu?” Tanya Tiffany senang hati melihat Taeyeon begitu bahagia. Taeyeon menunjuk telinga Tiffany, Tiffany menurut mendekatkan telinganya di dekat mulut Taeyeon. Taeyeon membisikkan sesuatu.

Beberapa detik kemudian.

Arasseo?” Taeyeon lebih bersemangat. Tiffany mematung mendengar kata-kata Taeyeon yang ternyata membunuhnya lebih dulu.

Jinjja? Taeyeon menyuruhku untuk membantunya memberi lukisan itu pada Nickhun? Baiklah, ini bukan akhir segalanya. Tenang Fanny, lakukan saja. Bukankah Taeyeon lebih berharga daripada Nickhun? Tapi... Wae geuraedae (Mengapa begitu)?’ Paniknya lagi dalam hati. Tiffany memang terlalu memikirkan kasus ini. Tiffany hanya pasrah jika memang ini jalan dari Yang Maha Kuasa. Ia lelah, lebih baik Nickhun yang harus melupakan Tiffany.

“Nickhun!”  Sapa riang Kim Taeyeon.

Mwo?” Tanya Nickhun nanar. Nickhun berfikir jika ada yang tidak beres saat menatap wajah Taeyeon dan Tiffany secara bergantian. Taeyeon dengan raut wajah gembira ria tanpa goresan sedikit pun, sedangkan Tiffany dengan raut wajah menahan sesuatu dibalik senyum palsunya. Taeyeon mengeluarkan sesuatu.

“Ini untukmu,” Lukisan itu tersandar diatas bangku Nickhun.

Mwo?” Sanggah Nickhun yang mendekat ke Tiffany. Tak tannggung-tanggung Nickhun mengatakan yang sebenarnya.

Mianhaeyo. Hatiku sudah untuknya.” Nickhun meraih lengan Tiffany yang masih mematung.

“Nickhun?” Tanya Tiffany tidak mengerti.

Hati Taeyeon sangat kacau, berubah 180o . Wajahnya terhiasi berbagai macam kesedihan. Bahkan angin lembut yang menerpanya, terasa setajam samurai.

‘Kegelapan, mengapa kau merubah semua menjadi hitam?’ Taeyeon bertanya-tanya dalam hatinya yang rapuh. Kakinya ingin roboh didepan mereka, agar mereka mengerti betapa sakitnya hati Taeyeon.

Gwenchana. Naneun gwenchana. Gwenchanayo.” Sekujur tubuh Taeyeon pucat seketika.

Tiffany menatap tajam Nickhun. Tiffany tersadar bahwa hal ini bisa memutus tali persahabatannya dengan Taeyeon. Tiffany marah dangan sangat muak dengan Nickhun yang telah membuat sahabatnya menangis. Padahal Taeyeon tidak mengerti apa itu cinta. Tapi saat ia merasakan cinta, namja yang disukainya pergi dengan memberi bekas luka di hatinya.

“Bukan inginku kau sakit, setitik warna pun. Lupakanlah hatiku satu-satunya ini. Lakukanlah! Dan biarkan hatiku terluka sendirian.” Sanggah Tiffany berharap Taeyeon tidak kecewa padanya. Tapi hal itu malah membuat Taeyeon marah.

“Ya! Fanny! Apa maksudmu? Aku sudah merelakanmu bersama Nickhun. Tapi kau malah melukai hatinya dengan perktaanmu sepert itu, hah! Aku BA-IK-BA-IK SA-JA!!! Tapi kini kau sama saja tidak menghargai pengorbanan orang lain,” Bentak Taeyeon dengan tegas.

Tiffany terpaku bingung. Bagaimana lagi ini? Tiffany tidak bisa menyalahkan siapapun, termasuk dirinya sendiri. Suasana semakin mencekam saat Wooyoung yang lagi-lagi menguntit secara diam-diam itu datang tak diundang menarik Tiffany. Tiffany langsung reflek menampar Wooyoung. Wooyoung meringis kesakitan.

“Aku bermaksud untuk menyelamatkanmu dari sini, Tiffany.” Wooyoung menatap Tiffany kecewa.

“Lalu kau pikir aku akan ikut dengamu? Tidak akan. Sejauh apapun kau menyukaiku, aku tak akan  mau ikut dengan orang yang tidak aku sukai.” Kecam Tiffany ditengah adegan yang disaksikan satu kelas. Tidak hanya satu kelas, bahkan kelas lain ikut menguntit lewat jendela, pintu dan sesuatu lainnya yang bisa dijadikan perantara.

Seohyun ikut terluka, ia menghampiri Wooyoung.

“Wooyoung?” Sapa Seohyun yang hendak membantu Wooyoung berjalan ke UKS.

“Enyahlah!” Ucap Wooyoung yang kini mulai benci dengan semua orang. Termasuk Tiffany, apalagi Nickhun.

Seohyun kini merasakan hal yang sama seperti Taeyeon. Tapi Seohyun juga tidak bisa melepas Wooyoung meski tak pernah menyukainya meski satu sekon. Seohyun menahan air matanya. Ia tidak akan menyerah.

Sedangkan Taeyeon sangat terpukul dan menyerah untuk mengejar pujaan hatinya. Tiffany adalah gadis yang lebih baik untuk Nickhun daripadanya.

...

Saat pulang kuliah, Wooyoung menyela dari langkah Tiffany dan membekapnya. Tiffany tidak bisa kabur, suasana sepi. Hanya ada Nickhun yang berdiri jauh diseberang sana. Sepertinya tidak akan membantu Tiffany yang sudah melukainya.

 ‘Nickhun. Nareul itji marayo (Jangan lupakan aku). Jebal (tolong)....’ Pinta Tiffany dalam hati.

Selang beberapa detik, Nickhun datang memukul Wooyoung dari belakang. Ia menghabisi Wooyoung sampai babak belur. Tiffany memojok.

“Kau tak pantas memperlakukan seorang gadis secara paksa seperti itu. Dan kau lebih pantas mendapatkan ini.” Nickhun memukulnya lagi lalu membawa Tiffany ke halte dekat kampus. Nickhun meninggalkan Tiffany tanpa berkata apa-apa. Begitu juga dengan Tiffany. Begitu Bus datang, Tiffany melangkah berat ke dalam bus dengan sedih.

Hai~ Tiffany~ah” Panggil seseorang. Tiffany menengok dan ternyata dia adalah... Taecyeon. Tiffany hanya menengok lalu sibuk mencari tempat duduk, padahal samping Taecyeon kosong.

“Aku sudah tau semuanya.”

 Ucapan Taecyeon itu membuatnya tercengang.

Neo.. (kau)?” Tiffany memasang wajah curiga.

“Ceritakanlah lebih detail, aku akan membantumu menyelesaikan semua masalah ini. Tapi jangan disini, kita ke kedai Ice Cream saja.” Taecyeon meyakinkan Tiffany agar  tidak berlarut-larut. Tiffany mengangguk mengerti dan kembali mencari tempat duduk.


...


Di sebuah Kedai Ice Cream.
[1 P.M]

Tiffany mencurahkan seluruh isi hatinya kepada Taecyeon. Namja itu mendengarkan Tiffany dengan serius.

Seperempat jam kemudian.

“Oh! Jadi begitu ceritanya. Tapi mengapa kau sedih? Kau sudah jujur, tidak perlu ada yang disesali,” Ungkap Taecyeon.

“Aku sedih karena telah menyakiti mereka semua, membuat mereka saling membenci, dan tidak tahu bagaimana caranya agar aku bisa minta maaf kepada mereka. Kata minta maaf saja tidak cukup.” Jelas Tiffany yang sedikit lega akan adanya Taecyeon.

“Mmm... Nickhun adalah namja genius yang bisa mengerti semuanya. Kurasa kau harus membiarkannya sendirian lebih dulu. Karena orang genius sepertinya tidak akan bodoh melarutkan dirinya terlalu dalam ke situasi yang tidak berguna seperti ini. Sedangkan Wooyoung kurasa kau jangan meresponnya. Dia sangat emosional dan seperti itulah orangnya. Kalau Seohyun dan Taeyeon, mereka merasakan hal yang sama dan karena polosnya, mereka akan menganggap hal ini tidak boleh terjadi lagi. Lebih baik kau semangati Taeyeon dan Seohyun. Tapi kau rela atau masih menginginkan Nickhun? Jawab dengan jujur!” Taecyeon menengahi Tiffany seolah-olah dia hakim.

“Tentu masih menginginkannya.” Jawab Tiffany sejujur-jujurnya didepan namja yang sebenarnya menyukainya.

“Kalau begitu kau pilih ungkapkan atau melupakan?” Tanya Taecyeon lagi

“Memendam,” Jawab Tiffany nanar.

Taecyeon mengangguk mengerti sambil memasukkan ice cream ke mulutnya

Drrttt... drrtttt

Dering posel Tiffany menghentikan konsultasi itu. Itu adalah sebuah pesan dari Taeyeon yang isinya...



...Be Continue...

Please Drop Your Comment, Don't Be Silent Readers, Gomawo...

Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One