Fan Fiction – Someday
Title
: Someday
Author : Jung Rae Ah
Main Cast
: Tiffany ‘SNSD’ & Nickhun ‘2PM’
Under Cast
:
- Taeyeon ‘SNSD’
- Seohyun ‘SNSD’
- Victoria F(x)
- Taecyeon ‘2PM’
- Wooyoung ‘2PM’
- Kibum ‘Super Junior’.
Genre
: Romance, Sad, Friendship, etc.
Lenght
: multi chapter
Back Song
:
*Jin Woon – You Walking Toward Me
*Tiffany – Only One
*SNSD – Express 999
*2PM - I’ll Be Back
*4minute – Cold Rain
Disclaimer
:
*Semua cast milik Tuhan dan Ortu masing-masing
*No Bash and No Plagiaters, so jika copas
cantumkan author or Link. (Link : ayupuspitaningrum129.blogspot.com) – Gomawo
#Awas Thypo Bertebaran :D
...
Happy Reading And Hope You Enjoy It
PART 4
Di depan gerbang kost.
[10 P.M]
“Annyeong.. Hati-hati ya...” Tiffany menatap punggung Nickhun yang
pergi menjauhinya. Ditengah hujan yang semakin deras, Nickhun berhati-hati
mendorong pedal sepedanya dan melambai kepada Tiffany.
Tiffany menghela nafasnya
sebentar. Mengapa dia dan Nickhun tadi bisa sedekat itu? Sudah lupakan. Tiffany
mengunci gerbang lalu menuntun sepedanya ke dalam kost. Setelah menyandarkan
sepedanya di tempat parkir, Tiffany membuka pintu kamarnya. Sebuah ruang yang
dihuninya bersama Taeyeon.
“Tadahh!!!!~” Selembar kertas bergambar Nickhun dengan coretan
teknik dusel nan rapi itu menyambutnya.
“Bagus kan?” Tanya Taeyeon sambil
memberi tawa.
Mata Tiffany membulat
sempurna. Dia tidak menyangka kalau Taeyeon menyukai NICKHUN.
“Tiffany? Bagaimana jika aku
berikan padanya besok?” Pertanyaan Taeyeon ini benar-benar membuat hatinya
remuk.
“Ah! Ku rasa kau bisa
melakukannya besok.” Jawab Fanny ricau.
“Gwenchana? O,ya jangan kau bilang pada siapapun kalau Seohyun
ternyata menyukai Wooyoung. Kau tahu? Mengejutkan bukan?” Kejujuran Taeyeon ini
membuat dada Fanny semakin sesak.
Tiffany tidak dapat mengeluarkan
satu kata pun, ia membelakangi Taeyeon yang mengusap-usap lembut kertas itu.
Melihat Taeyeon bahagia karena Nickhun, semua terasa hancur dan hancur. Ia
menangis tanpa sepengetahuan Taeyeon. Ia berlari ke kamar mandi. DISINILAH ia
berkeluh kesal.
.
“Bagaimana jika nanti mereka
tahu semua, ini sangat rumit. Kenapa jadi seperti ini? Apa aku harus mengatakan
sebenarnya? Tapi apa aku menyukai Nickhun? Aku ini kenapa? WAEYO!!!!!!!” Hati
Fany menjerit kesakitan. Ia terus bertanya-tanya mengapa, bagaimana, apa yang
telah terjadi padanya? Ia menggenggam kepalanya dengan sedikit tekanan.
Mengacak-ngacak rambutnya seraya menitih air mata.
“Hah! Lupakan!” Tiffany
kembali ke kamar dengan kecewa. Belum ada solusi yang tepat.
Ia membuka daun pintu dan
melihati jika Taeyeon sudah tertidur pulas tanpa gelisah.
Tiffany menatap sedih sahabatnya.
‘Aku tidak ingin menyakiti
siapapun’ Desaknya dalam hati.
‘Tapi juga tidak menyakiti
Nickhun. Asshh... Jinjja yeoja paboya
(Dasar gadis bodoh). Ini kontroversi.’ Pikirnya lagi.
Tiffany menyelungkupkan
tubuhnya ke sebuah ranjang yang berjarak 1 meter dari ranjang milik Taeyeon. Ia
tidak bisa tidur. Siapa yang akan dia curhati? Jawabannya tidak ada. Bagaimana
dia bisa menyelesaikan masalah genting seperti ini sendirian. Ia
mengacak-ngacak rambutnya. Tangan kirinya menyambar sebuah guling dan ia miringkan
tubuhnya ke kanan membelakangi Taeyeon. Tepatnya menghadap tembok. Tiffany
mendesah keras.
“Bagaimana kalau...” Tiffany
membayangkan sesuatu.
“Taeyeon. Nan jeongmal mianhaeyo. Aku tidak
bermaksud menyakitimu, tapi aku ingin mengatakan sejujurnya bahwa aku menyukai
Nikchun. Apa kau tidak keberatan? Kau dengan senang hati merelakan Nickhun?”
Tanya Tiffany kepada sahabatnya, Taeyeon.
“Apa maksudmu?” Tanya Taeyeon
balik. Tapi sebenarnya Taeyeon paham dan menahan luka yang dalam.
Tiffany berhenti membayangkan
hal itu.
“Maldo andwe (tidak mungkin). Taeyeon pasti akan sakit hati dan
kata-kataku seperti tadi bisa membunuhnya. Hah! Pasti ada cara lain. Hmmm... Bagaimana kalau...” Tiffany
membayangkan hal lain.
“Taeyeon~” Tiffany berlutut
kepada Taeyeon.
“Iga mwoya (ada apa)?” Taeyeon menarik lengan Tiffany namun Tiffany
tak mau berdiri.
“Mianhae... Mianhae... Mianhae...” Tiffany memeluk kedua kaki
Taeyeon.
“Kau?” Taeyeon mulai curiga.
Tiffany mengeluarkan air matanya yang tidak bisa berhenti saat akan mengatakan
hal itu.
Tiffany menjeda kembali
khayalannya itu. Ia memukul-mukul gulingnya.
‘Kenapa begitu rumit. Jjjaa! kepalaku pening. Setelah ini
mungkin hatiku meledak. Sepanjang malam, air mata di wajah ku,
itu sempurna. Apa yang begitu besar tentang cinta yang membuatku menangis?’ Geramnya dalam
hati.
...
Esoknya saat di kampus,
Tiffany menjadi dag dig dug. Hatinya
tidak bisa tenang, jantungnya berdebar-debar, otaknya kian memberontak. Bahkan
tadi pagi ia menyuruh Taeyeon berangkat sendiri di pagi buta. Kini Tiffany
harus dikejutkan lagi oleh Taeyeon yang berdiri di depan pintu kelas sambil
senyam senyum sendiri.
“Isshh! Kau mengagetkanku lagi Taeyeon.” Ujar Fanny tercekam
“Ah.. Aku hanya bercanda. O,iya bantu dong!” Mohon Taeyeon akan
sesuatu.
“Ne... Mwo? Apa yang bisa kubantu?” Tanya Tiffany senang hati
melihat Taeyeon begitu bahagia. Taeyeon menunjuk telinga Tiffany, Tiffany
menurut mendekatkan telinganya di dekat mulut Taeyeon. Taeyeon membisikkan
sesuatu.
Beberapa detik kemudian.
“Arasseo?” Taeyeon lebih bersemangat. Tiffany mematung mendengar
kata-kata Taeyeon yang ternyata membunuhnya lebih dulu.
‘Jinjja? Taeyeon menyuruhku untuk membantunya memberi lukisan itu
pada Nickhun? Baiklah, ini bukan akhir segalanya. Tenang Fanny, lakukan saja.
Bukankah Taeyeon lebih berharga daripada Nickhun? Tapi... Wae geuraedae (Mengapa begitu)?’ Paniknya lagi dalam hati. Tiffany
memang terlalu memikirkan kasus ini. Tiffany hanya pasrah jika memang ini jalan
dari Yang Maha Kuasa. Ia lelah, lebih baik Nickhun yang harus melupakan
Tiffany.
“Nickhun!” Sapa riang Kim Taeyeon.
“Mwo?” Tanya Nickhun nanar. Nickhun berfikir jika ada yang tidak
beres saat menatap wajah Taeyeon dan Tiffany secara bergantian. Taeyeon dengan
raut wajah gembira ria tanpa goresan sedikit pun, sedangkan Tiffany dengan raut
wajah menahan sesuatu dibalik senyum palsunya. Taeyeon mengeluarkan sesuatu.
“Ini untukmu,” Lukisan itu
tersandar diatas bangku Nickhun.
“Mwo?” Sanggah Nickhun yang mendekat ke Tiffany. Tak
tannggung-tanggung Nickhun mengatakan yang sebenarnya.
“Mianhaeyo. Hatiku sudah untuknya.” Nickhun meraih lengan Tiffany
yang masih mematung.
“Nickhun?” Tanya Tiffany tidak mengerti.
Hati Taeyeon sangat kacau,
berubah 180o . Wajahnya terhiasi berbagai macam kesedihan. Bahkan
angin lembut yang menerpanya, terasa setajam samurai.
‘Kegelapan, mengapa kau
merubah semua menjadi hitam?’ Taeyeon bertanya-tanya dalam hatinya yang rapuh.
Kakinya ingin roboh didepan mereka, agar mereka mengerti betapa sakitnya hati
Taeyeon.
“Gwenchana. Naneun gwenchana. Gwenchanayo.” Sekujur tubuh Taeyeon
pucat seketika.
Tiffany menatap tajam
Nickhun. Tiffany tersadar bahwa hal ini bisa memutus tali persahabatannya
dengan Taeyeon. Tiffany marah dangan sangat muak dengan Nickhun yang telah
membuat sahabatnya menangis. Padahal Taeyeon tidak mengerti apa itu cinta. Tapi
saat ia merasakan cinta, namja yang disukainya pergi dengan memberi bekas luka
di hatinya.
“Bukan inginku kau sakit,
setitik warna pun. Lupakanlah hatiku satu-satunya ini. Lakukanlah! Dan biarkan
hatiku terluka sendirian.” Sanggah Tiffany berharap Taeyeon tidak kecewa
padanya. Tapi hal itu malah membuat Taeyeon marah.
“Ya! Fanny! Apa maksudmu? Aku
sudah merelakanmu bersama Nickhun. Tapi kau malah melukai hatinya dengan
perktaanmu sepert itu, hah! Aku BA-IK-BA-IK SA-JA!!! Tapi kini kau sama saja
tidak menghargai pengorbanan orang lain,” Bentak Taeyeon dengan tegas.
Tiffany terpaku bingung.
Bagaimana lagi ini? Tiffany tidak bisa menyalahkan siapapun, termasuk dirinya
sendiri. Suasana semakin mencekam saat Wooyoung yang lagi-lagi menguntit secara
diam-diam itu datang tak diundang menarik Tiffany. Tiffany langsung reflek
menampar Wooyoung. Wooyoung meringis kesakitan.
“Aku bermaksud untuk
menyelamatkanmu dari sini, Tiffany.” Wooyoung menatap Tiffany kecewa.
“Lalu kau pikir aku akan ikut
dengamu? Tidak akan. Sejauh apapun kau menyukaiku, aku tak akan mau ikut dengan orang yang tidak aku sukai.”
Kecam Tiffany ditengah adegan yang disaksikan satu kelas. Tidak hanya satu
kelas, bahkan kelas lain ikut menguntit lewat jendela, pintu dan sesuatu lainnya
yang bisa dijadikan perantara.
Seohyun ikut terluka, ia
menghampiri Wooyoung.
“Wooyoung?” Sapa Seohyun yang
hendak membantu Wooyoung berjalan ke UKS.
“Enyahlah!” Ucap Wooyoung
yang kini mulai benci dengan semua orang. Termasuk Tiffany, apalagi Nickhun.
Seohyun kini merasakan hal
yang sama seperti Taeyeon. Tapi Seohyun juga tidak bisa melepas Wooyoung meski
tak pernah menyukainya meski satu sekon. Seohyun menahan air matanya. Ia tidak
akan menyerah.
Sedangkan Taeyeon sangat
terpukul dan menyerah untuk mengejar pujaan hatinya. Tiffany adalah gadis yang
lebih baik untuk Nickhun daripadanya.
...
Saat pulang kuliah, Wooyoung
menyela dari langkah Tiffany dan membekapnya. Tiffany tidak bisa kabur, suasana
sepi. Hanya ada Nickhun yang berdiri jauh diseberang sana. Sepertinya tidak
akan membantu Tiffany yang sudah melukainya.
‘Nickhun. Nareul
itji marayo (Jangan lupakan aku). Jebal
(tolong)....’ Pinta Tiffany dalam hati.
Selang beberapa detik, Nickhun
datang memukul Wooyoung dari belakang. Ia menghabisi Wooyoung sampai babak
belur. Tiffany memojok.
“Kau tak pantas memperlakukan
seorang gadis secara paksa seperti itu. Dan kau lebih pantas mendapatkan ini.”
Nickhun memukulnya lagi lalu membawa Tiffany ke halte dekat kampus. Nickhun
meninggalkan Tiffany tanpa berkata apa-apa. Begitu juga dengan Tiffany. Begitu
Bus datang, Tiffany melangkah berat ke dalam bus dengan sedih.
“Hai~ Tiffany~ah” Panggil seseorang. Tiffany menengok dan ternyata
dia adalah... Taecyeon. Tiffany hanya menengok lalu sibuk mencari tempat duduk,
padahal samping Taecyeon kosong.
“Aku sudah tau semuanya.”
Ucapan Taecyeon itu membuatnya tercengang.
“Neo.. (kau)?” Tiffany memasang wajah curiga.
“Ceritakanlah lebih detail,
aku akan membantumu menyelesaikan semua masalah ini. Tapi jangan disini, kita
ke kedai Ice Cream saja.” Taecyeon
meyakinkan Tiffany agar tidak
berlarut-larut. Tiffany mengangguk mengerti dan kembali mencari tempat duduk.
...
Di sebuah Kedai Ice Cream.
[1 P.M]
Tiffany mencurahkan seluruh
isi hatinya kepada Taecyeon. Namja itu mendengarkan Tiffany dengan serius.
Seperempat jam kemudian.
“Oh! Jadi begitu ceritanya.
Tapi mengapa kau sedih? Kau sudah jujur, tidak perlu ada yang disesali,” Ungkap
Taecyeon.
“Aku sedih karena telah
menyakiti mereka semua, membuat mereka saling membenci, dan tidak tahu
bagaimana caranya agar aku bisa minta maaf kepada mereka. Kata minta maaf saja
tidak cukup.” Jelas Tiffany yang sedikit lega akan adanya Taecyeon.
“Mmm... Nickhun adalah namja genius yang bisa mengerti
semuanya. Kurasa kau harus membiarkannya sendirian lebih dulu. Karena orang genius sepertinya tidak akan bodoh
melarutkan dirinya terlalu dalam ke situasi yang tidak berguna seperti ini.
Sedangkan Wooyoung kurasa kau jangan meresponnya. Dia sangat emosional dan
seperti itulah orangnya. Kalau Seohyun dan Taeyeon, mereka merasakan hal yang
sama dan karena polosnya, mereka akan menganggap hal ini tidak boleh terjadi
lagi. Lebih baik kau semangati Taeyeon dan Seohyun. Tapi kau rela atau masih
menginginkan Nickhun? Jawab dengan jujur!” Taecyeon menengahi Tiffany
seolah-olah dia hakim.
“Tentu masih
menginginkannya.” Jawab Tiffany sejujur-jujurnya didepan namja yang sebenarnya
menyukainya.
“Kalau begitu kau pilih
ungkapkan atau melupakan?” Tanya Taecyeon lagi
“Memendam,” Jawab Tiffany
nanar.
Taecyeon mengangguk mengerti
sambil memasukkan ice cream ke mulutnya
Drrttt...
drrtttt
Dering posel Tiffany
menghentikan konsultasi itu. Itu adalah sebuah pesan dari Taeyeon yang
isinya...
Please Drop Your Comment, Don't Be Silent Readers, Gomawo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar