.................................................................

.................................................................

Minggu, 14 Juni 2015

Fan Fiction Someday (Tiffany SNSD+Nickhun 2PM)



Fan Fiction – Someday

Title                 : Someday
Author             : Jung Rae Ah
Main Cast       : Tiffany ‘SNSD’ & Nickhun ‘2PM’
Under Cast     : Taeyeon ‘SNSD’, Seohyun ‘SNSD’, Victoria F(x), Taecyeon ‘2PM’, Wooyoung ‘2PM’, Kibum ‘Super Junior’.
Genre              : Romance, Sad, Friendship, etc.
Lenght             : multi chapter
Back Song       :
*Jin Woon – You Walking Toward Me
 *Tiffany – Only One
*SNSD – Express 999
*2PM - I’ll Be Back
Disclaimer        :
*Semua cast milik Tuhan dan Ortu masing-masing
*No Bash and No Plagiaters, so jika copas cantumkan author or Link. (Link : ayupuspitaningrum129.blogspot.com) – Gomawo

#Awas Thypo Bertebaran :D

...

Happy Reading And Enjoy It
PART 2

Dan tiba-tiba Victoria datang menampar pipi Tiffany dihadapan Taeyeon dan Wooyoung.

Prakkk!

Wooyoung melepas kaku tangan Tiffany yang sontak memegang pipi merahnya sendiri.

“Kau ini! Sudah kubilang berkali-kali, jangan mendekati namja-namja di kampus ini. Tapi ternyata orang miskin sepertimu kurang ajar sekali!” Bentak Victoria dengan raut wajah menyeramkan.

Taeyeon berusaha membela, namun harus bagaimana lagi. Dia dan Tiffany hanyalah gadis miskin dari daerah kumuh Guryeong yang diberi beasiswa untuk masuk ke perguruan tinggi super mewar itu karena kecerdasannya. Sudah hampir 3 tahun mereka dihina oleh anak-anak kaya yang suka pamer disana. Tapi inilah hidup, dan badai pasti berlalu. Taeyeon melirik ke arah Wooyoung, berharap jikalau Wooyoung mau membelanya.

Wooyoung menatap tajam Victoria. Ia meremas-remas telapak tangannya.

Oppa? Gwenchana?” Tanya Victoria sok manja

“Hah! Kau mau ini?” Wooyoung mengarahkan tinju yang terhenti tepat didepan wajah Victoria. Victoria mundur satu langkah.

“Kelakuanmu itu lebih busuk dari yang kukira. Dan jangan panggil aku ‘oppa’. Aku sangat jijik, lagian kita seumuran. Dan asal kau tahu, akulah yang menyeret gadis ini masuk bersamaku.” Terang Wooyoung.

Setelah konflik dadakan itu, mereka masuk ke kelas tak terkecuali Victoria yang masih menunduk dengan segala kegelisahan. Kali ini dosen mereka datang setelah mereka ada didalam kelas, jadi amanlah riwayat mereka.

Joheun achim (Selamat Pagi)!” Sapa Professor Kibum kepada seluruh mahasiswanya.

Belum selesai menjawab, Prof. Kibum yang tergolong muda menjadi professor itu mengabsen kelas. Kiranya tidak perlu memanggil nama mahasiswanya satu per satu, ia cukup mengabsen tugas yang diberikan olehnya kemarin.

Selesai itu, Prof. Kibum menjelaskan materi Astronomi pada mahasiswanya. Sebenarnya ini bukan mata kuliah astronomi, tapi karena observatorium disamping kampus telah direnovasi, kini astronomi menjadi tambahan materi untuk semua fakultas disana.

“Siapa yang tidak tahu Hukum Wien? Hukum Wien menyatakan bahwa makin tinggi suhu suatu benda hitam, makin pendek panjang gelombang tempat pancaran maksimum itu terjadi. Hukum Wien dapat digunakan untuk menjelaskan gejala semakin tinggi suhu suatu bintang, makin biru warnanya dan makin rendah suhunya makin merah warnanya...”

Dibalik celotehan Prof. Kibum tentang Hukum Wien, Tiffany masih menekan-nekan pipinya untuk memastikan bahwa pipinya kembali normal kembali. Betapa kesalnya ia karena bangkunya berjarak jauh dengan bangku Taeyeon, ditambah teman yang duduk dibangku sebelahnya itu dicap sebagai si jaim+cuek, Nickhun. Meski tau Tiffany mengeluh kesakitan, tetap saja Nickhun tak memperdulikannya.

Didetik-detik terakhir penjelasan Prof. Kibum, beliau memberi tugas kelompok yang tak tanggung-tanggung dikumpukan esok pagi.

“Ini adalah tugas akhir semester 6. Kuharap kalian melakukan yang terbaik. Akan saya bacakan kelompoknya. Kelompok 1 : Seohyun, Taeyeon, Wooyoung. Kelompok 2 : Nickhun, Tiffany, dan Victoria. Kelompok 3 : .....” Prof. Kibum terus membacakan hingga akhir.

...

            Saat Break Time, Tiffany duduk termangu didalam kelas bertopang dagu di bangkunya. Taeyeon telah pergi dengan Seohyun, kelas ini kosong. Tiffany sangat galau.
           
“Baru datang diusir satpam, lalu ditarik namja yang keoveran itu. Belum lagi ditampar. Ditambah aku sekelompok dengan setan-setan itu. Nappa (Jahat)! Apa salahku? Eottokhanayo (aku harus bagaimana)? Apa juga yang terjadi selanjutnya? Jangan-jangan aku dihabisi, atau jangan-jangan... Ah aniyo!” Tiffany mengacak rambutnya, membayangkan segala kemungkinan. Tiffany berfikir sejenak.

            “Jika Victoria mengatakan aku kurang ajar karena namja-namja itu bertingkah aneh padaku, aku juga tidak tahu. Kepalaku sangat pening, tapi aku pikir ...”

            “Sudahlah. Kau terlalu banyak berfikir.” Timpal seorang namja.

            Tiffany mendongak kepada namja yang mengulurkan sapu tangan biru padanya. Ia membelalakkan matanya. Mwo? Itu adalah si jaim+cuek ‘Nickhun’ dengan earphone ala-ala DJ. Pertanyaannya, kenapa dia ada disini? Sok perhatian lagi.

            “Ambillah ini. Usapkan pada pipimu yang nyaris hancur itu. Aku  sudah mencapurnya dengan obat anti lecet.” Nickhun melanjutkan percakapannya dengan Tiffany.

            “Neo! Sejak kapan kau ada disini? Mengapa kau baik padaku? Oh.. atau kau mempermainkanku? Ireokae (seperti ini)?” Tanya Tiffany ngawur setengah tidak sadar saking pusingnya. Nickhun mengerutkan dahi.

‘Gadis ini terlalu stress’ Batinnya.

            “Jika kepalamu pusing, minumlah air putih ini agar kau lebih tenang.” Nickhun mengulurkan botol air mineral padanya.

            Tiffany menatap Nichun penasaran. Ruang ini lengah, tapi mengapa Nickhun bisa tahu semua ungkapan Tiffany. Mungkin si cuek ini memasang kamera pengintai atau bisa saja dia menguntit Tiffany sejak tadi. Dia kan lumayan Genius.

            “Kalau kau tak mau ya sudah.  Aku tinggalkan semua disini.” Nickhun melangkah menjauhinya. Tiffany masih bingung dengan Nickhun yang berjalan perlahan. Beberapa langkah kemudian, seseorang menabrak Nickhun.

            Bruukkkk!

            Tiffany membekap mulutnya. ‘sial, bukankah itu Taecyeon si Wooyoung kedua? Ah... Eottokhae?’ Umpat Tiffany.

Mianhae... Aku buru-buru,” Taecyeon membungkuk kepada Nickhun yang memasang wajah cuek itu. Nickhun hanya menata rambut sambil melanjutkan langkahnya. Dari mulut pintu, Nickhun terdiam melihat Taecyeon dari kelas sebelah itu menghampiri Tiffany. Ya, mereka bercanda tawa. Mana lagi Taecyeon mengobati gadis itu dengan tulus. Tapi Nickhun hanya bisa menatapnya dari sini, dibalik mulut pintu. Nickhun tersenyum tipis menyaksikan adegan itu. Tersungging sedikit cemburu, tapi entahlah.

            “Sebenarnya aku diam-diam menyelidikimu, Tiffany. Tak perlu kamera, karena itu pasti banyak yang tau. Aku hanya memasang perekam suara dibangkumu dan sambungan di earphoneku. Jadi meski aku hanya mengawasimu dari sini, aku tidak akan kehilangan semua keluhanmu.” Curcol Nickhun dalam hati.

...

            Setelah break time selesai, jam kosong tersaji garing dikelas itu. Semua terlihat bosan, terkecuali Nickhun. Ia memandang serius Tiffany dari ujung rambut sampai kaki. Semua terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia masih tertegun. Baginya tak ada yang membosankan selama ada Tiffany.

            ‘neol jalnasseo jeongmal (kau benar-benar hebat)! Sepertinya kau memenuhi hatiku. Kau terlalu sempurna untuk semua yang tak bisa kusebutkan. Jika aku punya kesempatan, aku akan menangkap hatimu. Kapan-kapan.’ Nickhun tersenyum lebar mengingat-ngingat hal itu.

            Ya! Cuek! Apa yang kau lihat? Jangan menghadap ke arahku dengan raut wajah seperti itu.” Sambar Tiffany berhasil membuyarkan khayalan Nickhun yang terlalu tinggi.

            Waeyo?” Nickhun berlagak santai.

            “Tidak boleh!” Sentak Tiffany keras-keras.

            Keributan yang tak biasa itu, membuat perhatian seisi kelas tertuju pada dua bangku paling belakang itu.

            “Stop Tiffany!!! Nanti mereka salah paham.” Nickhun memutar pandangannya ke segala arah.

            sang-gwan eobseo (aku tidak peduli)!!!” Kesal Tiffany lebih keras.

            Tanpa ragu lagi, Nickhun meraih tangan gadis itu dan dibawanya pergi dari tatapan sinis di kelas. Tiffany sempat memukul Nickhun dengan tangan sebelah, tapi Nickhun tak merasakan sakit apapun. Yang bisa dilakukannya hanya menutup kedua mata dari sorotan berbagai pasang mata di kelasnya.

...

Akhirnya, mereka tiba didestinasi mereka, di atap gedung kampus setingi 15 lantai itu.

            “Disini, setidaknya kita aman.” Seru Nickhun membuka percakapan.

            Ya! Apa maksudmu? Tadi kau tiba-tiba saja datang membantuku saat aku sendiri dikelas. Sekarang kau membawaku ke atap dan berkata ‘setidaknya kita aman’ hah! Sedangkan disini hanya ada kita berdua, ditempat yang tergolong jarang dikunjungi orang. Apa kau menyukaiku?” Tanya Tiffany yang to the point.

            “Eh? Menyukaimu? Dengar ya, aku hanya menyelamatkanmu dari rumor yang mungkin bisa memperburuk reputasimu di sekolah ini. Sangat disayangkan bukan?!!!”  Nickhun menjawabnya dengan makna tersirat yang to the point juga.

            “Cih~ jika tidak menyukaiku, lalu apa? Kau melindungiku dari bencana yang akan menimpaku dan kau hanya menyebut itu sebagai alasan. Lalu apa itu jika bukan menyukaiku!” Adu Tiffany sekali lagi.

            “Itu karena... karena... karena... aku..” Nickhun tergagap. Ia juga tidak tahu mengapa ingin melindunginya. Yang ia tahu, ia ingin selalu mengawasinya dan tidak tahu bagaimana cara menyampaikan perasaannya pada seorang yeoja yang disukainya.

            “Sudahlah. Yang penting jangan suka mengikuti terus. Jangan pernah pula menarikku kemana pun kau ingin pergi. Kau memang kaya, kau bisa memiliki apapun yang kau inginkan. Sedangkan aku, terlihat seperti sampah disini. Iya, aku memang miskin. Tapi jangan menganggap rendah diriku seolah aku yeoja murahan. Aku juga tahu, selama ini namja-namja itu menyukaiku, dan hatiku berkata mereka hanyalah temanku. Tapi aku tidak tahu mengapa aku tak bisa kabur dari tingkah aneh mereka.  Aku sangat takut.” Tiffany mulai membendung air mata.

            Suasana menjadi hening. Nickhun mulai merasakan sakitnya menjadi yappeun yeoja (gadis cantik) yang dipuja hatinya itu. Tidak tau apa-apa namun dikejar banyak namja dari mana saja yang jatuh hati padanya. Kini Nickhun sangat tertusuk, melihat Tiffany yang biasanya periang dan tak pernah bisa menyimpan dendam ternyata menyembunyikan rasa takut yang sekarang dilontarkan padanya.

            “Aku benar-benar takut!” Tiffany semakin mengutarakan rasa takutnya, bukan rasa di hatinya.

            “Arasseo... But don’t cry Fany!” Pinta Nickhun.

            Mianhae... Jika aku juga membuatmu takut. Kembalilah lebih dulu. Dengan begitu teman-teman kita tak akan menaruh curiga padamu. Mereka pasti mengira kamu ada dipihak yang baik, pihak yang sebenarnya. Aku jamin! Dan.. jangan keluarkan air matamu lagi. Kau terlihat jelek jika menangis. Arasseo?” Nickhun bersedekap santai disitu.

Be Continue

            Oke, author mau bilang neomu neomu gomawoyo buat readers semua dari manapun kalian berasal*abaikan yang selesai baca FF author. Jangan lupa krisar~Please Leave Your Comment. Author butuh comment kalian tentang FF author, biar author bisa melesat ke genre lain yang belum author bisa. Kalo ga ada, hmmm... gimana ya? Yaudah it’s Okay That’s No Comment. So, #DropYourComment. Gomawo J
 


Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One