Fan Fiction – Someday
Title : Someday
Author : Jung Rae Ah
Main Cast : Tiffany ‘SNSD’ & Nickhun ‘2PM’
Under Cast : Taeyeon ‘SNSD’, Seohyun ‘SNSD’, Victoria
F(x), Taecyeon ‘2PM’, Wooyoung ‘2PM’, Kibum ‘Super Junior’.
Genre : Romance, Sad, Friendship, etc.
Lenght : multi chapter
Back Song :
*Jin Woon – You
Walking Toward Me
*Tiffany – Only One
*SNSD – Express 999
*2PM - I’ll Be Back
Disclaimer :
*Semua cast milik
Tuhan dan Ortu masing-masing
*No Bash and No
Plagiaters, so jika copas cantumkan author or Link. (Link :
ayupuspitaningrum129.blogspot.com) – Gomawo
#Awas Thypo Bertebaran :D
...
Happy Reading And Enjoy It
PART 2
Dan
tiba-tiba Victoria datang menampar pipi Tiffany dihadapan Taeyeon dan Wooyoung.
Prakkk!
Wooyoung
melepas kaku tangan Tiffany yang sontak memegang pipi merahnya sendiri.
“Kau
ini! Sudah kubilang berkali-kali, jangan mendekati namja-namja di kampus ini.
Tapi ternyata orang miskin sepertimu kurang ajar sekali!” Bentak Victoria
dengan raut wajah menyeramkan.
Taeyeon
berusaha membela, namun harus bagaimana lagi. Dia dan Tiffany hanyalah gadis
miskin dari daerah kumuh Guryeong yang diberi beasiswa untuk masuk ke perguruan
tinggi super mewar itu karena kecerdasannya. Sudah hampir 3 tahun mereka dihina
oleh anak-anak kaya yang suka pamer disana. Tapi inilah hidup, dan badai pasti
berlalu. Taeyeon melirik ke arah Wooyoung, berharap jikalau Wooyoung mau
membelanya.
Wooyoung
menatap tajam Victoria. Ia meremas-remas telapak tangannya.
“Oppa? Gwenchana?” Tanya Victoria sok manja
“Hah!
Kau mau ini?” Wooyoung mengarahkan tinju yang terhenti tepat didepan wajah
Victoria. Victoria mundur satu langkah.
“Kelakuanmu
itu lebih busuk dari yang kukira. Dan jangan panggil aku ‘oppa’. Aku sangat jijik, lagian kita seumuran. Dan asal kau tahu,
akulah yang menyeret gadis ini masuk bersamaku.” Terang Wooyoung.
Setelah
konflik dadakan itu, mereka masuk ke kelas tak terkecuali Victoria yang masih
menunduk dengan segala kegelisahan. Kali ini dosen mereka datang setelah mereka
ada didalam kelas, jadi amanlah riwayat mereka.
“Joheun achim (Selamat Pagi)!” Sapa Professor Kibum kepada seluruh
mahasiswanya.
Belum
selesai menjawab, Prof. Kibum yang tergolong muda menjadi professor itu mengabsen kelas. Kiranya tidak perlu memanggil nama mahasiswanya
satu per satu, ia cukup mengabsen tugas yang diberikan olehnya kemarin.
Selesai
itu, Prof. Kibum menjelaskan materi Astronomi pada mahasiswanya. Sebenarnya ini
bukan mata kuliah astronomi, tapi karena observatorium
disamping kampus telah direnovasi, kini astronomi menjadi tambahan materi untuk
semua fakultas disana.
“Siapa
yang tidak tahu Hukum Wien?
Hukum Wien menyatakan bahwa makin tinggi suhu suatu benda hitam, makin pendek
panjang gelombang tempat pancaran maksimum itu terjadi. Hukum Wien dapat
digunakan untuk menjelaskan gejala semakin tinggi suhu suatu bintang, makin
biru warnanya dan makin rendah suhunya makin merah warnanya...”
Dibalik
celotehan Prof. Kibum tentang Hukum Wien, Tiffany masih menekan-nekan pipinya
untuk memastikan bahwa pipinya kembali normal kembali. Betapa kesalnya ia karena
bangkunya berjarak jauh dengan bangku Taeyeon, ditambah teman yang duduk
dibangku sebelahnya itu dicap sebagai si jaim+cuek, Nickhun. Meski tau Tiffany
mengeluh kesakitan, tetap saja Nickhun tak memperdulikannya.
Didetik-detik
terakhir penjelasan Prof. Kibum, beliau memberi tugas kelompok yang tak
tanggung-tanggung dikumpukan esok pagi.
“Ini
adalah tugas akhir semester 6. Kuharap kalian melakukan yang terbaik. Akan saya
bacakan kelompoknya. Kelompok 1 : Seohyun, Taeyeon, Wooyoung. Kelompok 2 :
Nickhun, Tiffany, dan Victoria. Kelompok 3 : .....” Prof. Kibum terus
membacakan hingga akhir.
...
Saat Break Time, Tiffany duduk termangu didalam kelas bertopang dagu di
bangkunya. Taeyeon telah pergi dengan Seohyun, kelas ini kosong. Tiffany sangat
galau.
“Baru
datang diusir satpam, lalu ditarik namja yang keoveran itu. Belum lagi ditampar. Ditambah aku sekelompok dengan
setan-setan itu. Nappa (Jahat)! Apa
salahku? Eottokhanayo (aku harus
bagaimana)? Apa juga yang terjadi selanjutnya? Jangan-jangan aku dihabisi, atau
jangan-jangan... Ah aniyo!” Tiffany
mengacak rambutnya, membayangkan segala kemungkinan. Tiffany berfikir sejenak.
“Jika Victoria mengatakan aku kurang
ajar karena namja-namja itu bertingkah aneh padaku, aku juga tidak tahu.
Kepalaku sangat pening, tapi aku pikir ...”
“Sudahlah. Kau terlalu banyak
berfikir.” Timpal seorang namja.
Tiffany mendongak kepada namja yang
mengulurkan sapu tangan biru padanya. Ia membelalakkan matanya. Mwo? Itu adalah
si jaim+cuek ‘Nickhun’ dengan earphone ala-ala DJ. Pertanyaannya, kenapa dia
ada disini? Sok perhatian lagi.
“Ambillah ini. Usapkan pada pipimu
yang nyaris hancur itu. Aku sudah
mencapurnya dengan obat anti lecet.” Nickhun melanjutkan percakapannya dengan
Tiffany.
“Neo! Sejak kapan kau ada disini?
Mengapa kau baik padaku? Oh.. atau kau mempermainkanku? Ireokae (seperti ini)?” Tanya Tiffany ngawur setengah tidak sadar saking
pusingnya. Nickhun mengerutkan dahi.
‘Gadis
ini terlalu stress’ Batinnya.
“Jika kepalamu pusing, minumlah air
putih ini agar kau lebih tenang.” Nickhun mengulurkan botol air mineral
padanya.
Tiffany menatap Nichun penasaran.
Ruang ini lengah, tapi mengapa Nickhun bisa tahu semua ungkapan Tiffany.
Mungkin si cuek ini memasang kamera pengintai atau bisa saja dia menguntit
Tiffany sejak tadi. Dia kan lumayan Genius.
“Kalau kau tak mau ya sudah. Aku tinggalkan semua disini.” Nickhun
melangkah menjauhinya. Tiffany masih bingung dengan Nickhun yang berjalan perlahan.
Beberapa langkah kemudian, seseorang menabrak Nickhun.
Bruukkkk!
Tiffany membekap mulutnya. ‘sial,
bukankah itu Taecyeon si Wooyoung kedua? Ah... Eottokhae?’ Umpat Tiffany.
“Mianhae... Aku buru-buru,” Taecyeon
membungkuk kepada Nickhun yang memasang wajah cuek itu. Nickhun hanya menata
rambut sambil melanjutkan langkahnya. Dari mulut pintu, Nickhun terdiam melihat
Taecyeon dari kelas sebelah itu menghampiri Tiffany. Ya, mereka bercanda tawa.
Mana lagi Taecyeon mengobati gadis itu dengan tulus. Tapi Nickhun hanya bisa
menatapnya dari sini, dibalik mulut pintu. Nickhun tersenyum tipis menyaksikan
adegan itu. Tersungging sedikit cemburu, tapi entahlah.
“Sebenarnya aku diam-diam
menyelidikimu, Tiffany. Tak perlu kamera, karena itu pasti banyak yang tau. Aku
hanya memasang perekam suara dibangkumu dan sambungan di earphoneku. Jadi meski
aku hanya mengawasimu dari sini, aku tidak akan kehilangan semua keluhanmu.”
Curcol Nickhun dalam hati.
...
Setelah break time selesai, jam kosong tersaji garing dikelas itu. Semua
terlihat bosan, terkecuali Nickhun. Ia memandang serius Tiffany dari ujung
rambut sampai kaki. Semua terlihat lebih baik dari sebelumnya. Ia masih
tertegun. Baginya tak ada yang membosankan selama ada Tiffany.
‘neol
jalnasseo jeongmal (kau benar-benar hebat)! Sepertinya kau memenuhi hatiku. Kau
terlalu sempurna untuk semua yang tak bisa kusebutkan. Jika aku punya
kesempatan, aku akan menangkap hatimu. Kapan-kapan.’ Nickhun tersenyum
lebar mengingat-ngingat hal itu.
“Ya!
Cuek! Apa yang kau lihat? Jangan menghadap ke arahku dengan raut wajah seperti
itu.” Sambar Tiffany berhasil membuyarkan khayalan Nickhun yang terlalu tinggi.
“Waeyo?”
Nickhun berlagak santai.
“Tidak boleh!” Sentak Tiffany
keras-keras.
Keributan yang tak biasa itu,
membuat perhatian seisi kelas tertuju pada dua bangku paling belakang itu.
“Stop Tiffany!!! Nanti mereka salah
paham.” Nickhun memutar pandangannya ke segala arah.
“sang-gwan
eobseo (aku tidak peduli)!!!” Kesal Tiffany lebih keras.
Tanpa ragu lagi, Nickhun meraih
tangan gadis itu dan dibawanya pergi dari tatapan sinis di kelas. Tiffany sempat
memukul Nickhun dengan tangan sebelah, tapi Nickhun tak merasakan sakit apapun.
Yang bisa dilakukannya hanya menutup kedua mata dari sorotan berbagai pasang
mata di kelasnya.
...
Akhirnya,
mereka tiba didestinasi mereka, di atap gedung kampus setingi 15 lantai itu.
“Disini, setidaknya kita aman.” Seru
Nickhun membuka percakapan.
“Ya!
Apa maksudmu? Tadi kau tiba-tiba saja datang membantuku saat aku sendiri
dikelas. Sekarang kau membawaku ke atap dan berkata ‘setidaknya kita aman’ hah!
Sedangkan disini hanya ada kita berdua, ditempat yang tergolong jarang
dikunjungi orang. Apa kau menyukaiku?” Tanya Tiffany yang to the point.
“Eh? Menyukaimu? Dengar ya, aku
hanya menyelamatkanmu dari rumor yang mungkin bisa memperburuk reputasimu di
sekolah ini. Sangat disayangkan bukan?!!!” Nickhun menjawabnya dengan makna tersirat yang
to the point juga.
“Cih~ jika tidak menyukaiku, lalu
apa? Kau melindungiku dari bencana yang akan menimpaku dan kau hanya menyebut
itu sebagai alasan. Lalu apa itu jika bukan menyukaiku!” Adu Tiffany sekali
lagi.
“Itu karena... karena... karena...
aku..” Nickhun tergagap. Ia juga tidak tahu mengapa ingin melindunginya. Yang
ia tahu, ia ingin selalu mengawasinya dan tidak tahu bagaimana cara
menyampaikan perasaannya pada seorang yeoja
yang disukainya.
“Sudahlah. Yang penting jangan suka
mengikuti terus. Jangan pernah pula menarikku kemana pun kau ingin pergi. Kau
memang kaya, kau bisa memiliki apapun yang kau inginkan. Sedangkan aku, terlihat
seperti sampah disini. Iya, aku memang miskin. Tapi jangan menganggap rendah
diriku seolah aku yeoja murahan. Aku juga tahu, selama ini namja-namja itu
menyukaiku, dan hatiku berkata mereka hanyalah temanku. Tapi aku tidak tahu
mengapa aku tak bisa kabur dari tingkah aneh mereka. Aku sangat takut.” Tiffany mulai membendung
air mata.
Suasana menjadi hening. Nickhun
mulai merasakan sakitnya menjadi yappeun
yeoja (gadis cantik) yang dipuja hatinya itu. Tidak tau apa-apa namun
dikejar banyak namja dari mana saja yang jatuh hati padanya. Kini Nickhun
sangat tertusuk, melihat Tiffany yang biasanya periang dan tak pernah bisa
menyimpan dendam ternyata menyembunyikan rasa takut yang sekarang dilontarkan
padanya.
“Aku benar-benar takut!” Tiffany
semakin mengutarakan rasa takutnya, bukan rasa di hatinya.
“Arasseo... But don’t cry Fany!” Pinta
Nickhun.
“Mianhae...
Jika aku juga membuatmu takut. Kembalilah lebih dulu. Dengan begitu teman-teman
kita tak akan menaruh curiga padamu. Mereka pasti mengira kamu ada dipihak yang
baik, pihak yang sebenarnya. Aku jamin! Dan.. jangan keluarkan air matamu lagi.
Kau terlihat jelek jika menangis. Arasseo?”
Nickhun bersedekap santai disitu.
Be Continue
Oke,
author mau bilang neomu neomu gomawoyo buat readers semua dari manapun kalian
berasal*abaikan yang selesai baca FF author. Jangan lupa krisar~Please Leave
Your Comment. Author
butuh comment kalian tentang FF author, biar author bisa melesat ke genre lain
yang belum author bisa. Kalo ga ada, hmmm... gimana ya? Yaudah it’s Okay That’s
No Comment. So, #DropYourComment. Gomawo J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar