Ficlet
Title : Just Right
Author : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main
Cast : Bambam GOT7 & OC “Jung Rae Ah a.k.a Rhea”
Length : One Shoot
Rating : 15+
Genre : Fancy, Romance, etc.
Back
Song :
*GOT7-Just
Right
Disclaimer
:
*Cast
milik Tuhan dan Ortu masing-masing
*Inget
ya,, Ratingnya 15+ ;) . author saranin, biar Feelnya lebih dapet, baca Ffnya
sambil denger lagunya GOT7 yang Just Right sama Confession Song :D
*No Fanwar_No Plagiator
*Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N : Awas Typo Campur Aduk, Maaf Kalau Kurang Seru.
^_^
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It
...
...
Malam
yang pekat. Di antara semilir angin yang berhembus, menyalalah api kerinduan di
dalam hati seorang gadis penyendiri, Rhea. Apalah daya, kini Bambam tengah
masuk ke dalam hidupnya. Betapa tampannya namja itu. Di dunia in, tiada namja
yang mampu memikatnya, kecuali Bambam. Baginya, Bambamlah ciptaan terindah Yang
Maha Kuasa. Rhea tahu persis jikalau Bambam adalah pujaannya selama ini.
Terbukti! Kemarin Bambam baru saja melamarnya.
Bambam
mengelak hebat saat Hayoug memintanya agar menjadi pendamping hidupnya dengan
jaminan bisa menjadi asisten ayahnya di industri perbankan Korea Selatan. Ia
sudah lelah akan sikap Hayoung yang sangat berlebihan. Keputusannya tak bisa
diganggu gugat, ia hanya ingin Rhea yang notabenenya seorang gadis yang tidak
labih cantik dari Hayoung, dia tidak pernah melakukan plastic surgery. Tapi Bambam tidak peduli, kesetiaannya telah
menyatu erat dengan Rhea. Hidupnyatelah dipenuhi oleh gadis itu. Dengan
gemetar, Bambam memberanikan diri untuk langsung melamar Rhea di kediaman orang
tuanya hari ini juga.
“Ahjussi.
Kau paham bukan jika saya dan putrimu sudah lama sangat dekat?” Tanya Bambam
tegas.
“Iya.
Lalu gerangan apa kau mengadakan pertemuan seperti ini?” Jung Hyun a.k.a ayah
Rhea balik bertanya.
“Saya
ingin melamar putri Anda,” Ungkap Bambam dengan nada pasti.
“Nak,
kau harus memikirkannya dengan matang. Jika memang itu keputusanmu, maka jaga
dan lindungilah putriku. Berjanjilah untuk tidak menyakitinya mesti setitik atom
diantara atom-atom.” Ujar Jung Hyun.
Bambam
mengepalkan tangannya, “Saya berjanji,”
***Just
Right***
Sore ini, Bambam mengajak Rhea
memesan gedung pernikahan.Ia teringat
jika sewaktu kecil, Bambam pernah bermimpi menjadi seorang pangeran bagi
seorang puteri kerajaan. Di keesokkan harinya ia langsung bercerita kepada
teman-temanya agar mimipinya menjadi kenyataan. Maka dari itu, ia akan
memberikan segalanya kepada puteri itu. Ia tidak ingin menghianati sosok yang
telah ada membuatnya merasa lebih hidup. Ia menulis pesan kepada Rhea.
-
Rhea-ya, aku tunggu di depan rumahmu. Segeralah keluar! Aku
sudah tidak sabar melihat wajahmu yang sangat cantik. Palli! Nan jinjja
saranghanda!
-
Nde, cakhamanyo. Naddo saranghaeyo.
Begitu
mobil berwarna hitam mengilap itu telah sampai di depan Rumah Rhea, namja yang
menyopiri tersenyum tipis melihat gadis yang sedang duduk di teras. Dress
berwarna orange yang menjulur
selutut, sangat padu di kulit gadis yang tengah menatapnya teduh. Rhea
menghampiri Bambamdengan malu-malu. Tujuannya memang sudah tidak salah lagi.
Seolah angin ingin mangajak mereka bergoyang di angkasa. Ia berkedip lembut di
hadapan Bambam. Kelopak matanya yang berbinar di bawah kilauan sang mentari.
“Oppa?”
Bisik Rhea lirih.
Bambam
menggapai jemari Rhea.
‘Oh,
Tuhan! Sungguh indah ciptaan-Mu ini.’ Ungkapnya dalam hati.Bambam meneliti tiap
sudut bagian tubuh gadis itu. Semua tertata sempurna. Tiada yang terlewatkan
olehnya, nol koma sekian derajat sekalipun.
Rhea
tertegun, “Eh! Awas oppa,”
Ia
menyibak semut yang bergelut di pipi Bambam.
“Ah!
Sebaiknya kita berangkat lebih cepat. aku rasa kau sudah tidak betah
beralama-lama disini, bukan? Kau inginkan pernikahan kita segera digelar?
Hahaha...” Celoteh Bambam sok tahu.
“Aniyeyo....
Dasar otak kotor!”
Dalam
hitungan menit, keduanya telah berkendara menuju salah satu gedung pernikahan
ternama di Korea Selatan. Pemilik gedung
itu adalah rekannya sendiri, Mark.
Dulu,
Mark adalah rival cinta Bambam saat memperebutkan Rhea. Pernah sekali Rhea
menjadi pacar Mark. Tapi itu paksaan dari Mark. Akhirnya Bambam berjuang sampai
titik darah penghabisan untuk menggagalkan aksi Mark sebelum mereka tunangan.
Ia tidak peduli dipermalukan di depan banyak pasang mata. Bambam tidak peduli,
pekerjaannya menjadi detektif turun harganya seketika karena Rhea.
“Hey, hey...rupanya kau sudah melupakan
TaeYeon. Haha, lupakanlah, gadis di dunia ini masih banyak, Detektif Bam,”
Sambut Mark dengan guyonan yang membuat hati Rhea menjadi remuk.
“TaeYeon
eonni itu kah? Kau masih mencintainya, oppa? mengapa ku tak pernah
menceritakannya padaku?” Tanya Rhea
nanar.
“Aniyo,
Mark benar, Rhea. Aku sudah melupakannnya,” Jawab Bambam datar.
“Sudahlah.
Tidak ada yang perlu diributkan. Aku sangat senang jika melihat kalian bahagia,
jadi tenanglah. Kedatangan kalian untuk memesan gedungku, bukan?” Mark
menengahi.
“Ne,
aku akan berbicara empat mata denganmu, Mark.” Bambam langsung mengajak Mark
bercakap. Sedangkan Rhea, tengah menggeledah isi I-Phone Bambam.
“Asssjjjhhh...
Jinjja? Ia sangat update soal TaeYeon. Ah! Jangan-jangan aku hanya ajang balas
dendam namja itu saja. aku yakin jika ia sangat mencintai TaeYeon, tapi
bukankah cintanya sudah ditolak mentah-mentah waktu itu?Wae ije suya? Oppa! nappa!!” Bentak Rhea pada I-phone calon
suaminya itu.
30 minutes later.
Bambam menghampiri Rhea ketika dia
masih asyik berselancar di I-phonenya. Mata Bambam membulat sempurna. Mulutnya
menganga lebar.
“Ini, aku sangat terkesan melihat
isinya,” Ujar Rhea sambil menyodorkan I-Phone pada Bambam.
“Chagi,
ayo kita pulang. Sore ini kau harus istirahat,” Bambam membujuknya.
“...” Rhea hanya membatu.
“Ayolah...” Bambam menggandeng gadis
itu menuju mobil.
Selama perjalanan pulang, Rhea hanya
diam. Tiba-tiba ia merasa risih melihat wajah Bambam yang tak merasa bersalah.
Apa lelaki memang seperti itu? Lalu bagaimana setelah menikah nanti? Rhea
mendesah
.
“Turunkan aku, oppa!” Pinta Rhea
yang sudah mengenggam gagang pintu mobil.
“chagi? Apa maksudmu? Aku tidak akan
menurunkanmu disaat malam seperti ini. Turun salju pula.” Elak Bambam pada
Rhea. Ia sudah menduga kalau gadis ini akan berulah setelah melihat apa isi
I-Phonenya.
“Memang. Aku lebih suka menemani
salju yang menetes daripada kau. CEPAT TURUNKAN AKU. Atau aku akan melompat,
dan tewas.” Bentak Rhea pada Bambam.
Tanpa banyak berfikir, Bambam
menghentikan mobilnya di dekat Namsan
Tower.
“Kalau itu maumu. Aku akan
menurunkanmu. Tapi aku ikut denganmu,” Jawab Bambam sambil mempersilahkan
Puteri alam mimpinya itu turun.
Bambam mengikutinya dari belakang.
Dingin salju yang menggerang, membuat langkah gadis itu sedikit sudah diangkat.
Ia menggigil kedinginan. Bambam memasangkan jas dibahunya, tapi Rhea
mengenyahkannya.
Bambam ber-puh dengan maksud ‘Aku hanya perlu bersabar,’
Benar saja, langkah gadis itu
semakin cepat. bahkan Bambam mulai berfikir jika Rhea tengah bersembunyi
darinya. Oh, Malam. Tolong biarkan sinar rembulan menyinari wajahnya sekarang.
Agar namja itu bisa tenang walau sebentar.
Di bawah sinar lampu, Bambam duduk
termangu. Gadis itu menghilang begitu saja. kemana arahnya?
“Apa karena foto-foto TaeYeon?”
Bambam memberontak. Ia memeriksa akun IG milik Rhea. Kira-kira ia akan berulah
apa lagi
Tapi begitu ia membuka akunnya,
banyak komen dan cibiran yang tertuang diantara seluk beluk foto yang baru saja
diunggah. Bambam terkejut setengah mati. Rasanya jantungnya sudah tidak
berdetak lagi karena saking cepatnya memopa darah.
“Ini manipulasi. Siapa yang
melakukannya? Pasti ini ulah Rhea.”
Bambam langsung memnghapus foto itu
dan mengirim sebuah pos.
‘Aku tidak ada hubungan apapun
dengan Kim TaeYeon. Rhealah milikku,’ Ujarnya sambil memasang foto Rhea.
“AaaRrgggh!”
Suara
jeritan itu sangat familiar baginya.
“Rhea!”
Seru Bambam dari kejauhan. Tubuh Rhea terkikih oleh dinginnya malam. Ia
bersusah payah menghindari salju yang menusuk. Sungguh, gadis itu lebih kikuk
dari yang ia kira. Padahal Rhea adalah seorang penulis sekaligus desainer,
tetapi tingkahnya tidak sedewasa karirnya. Aigo,
betapa menggemaskannya gadis itu. Bambam menghela nafas lalu menghampiri Rhea.
“Gwenchana?” Tanya Bambam sambil mengusap
butiran salju yang berantakan di healian rambut gadis itu.
“Oppa, kau tak akan melukaiku, kan?”
Rhea mulai melanjutkan perbincangan.
“ANDWE,,,”
Jawab Bambam ketus.
“Tapi, kau bilang. Tipe idealmu
seperti TaeYeon Sunbae. Aku akan
melakukan apapun agar aku seperti dia. Aku akan operasi plastik besok, sebagai
pengganti operasi plastik yang pernah terlewatkan saat momen sweet seventeenwaktu itu. Aku sangat
jelek, sangat tidak berharga jika dibandingkannya. Jadi, biarkan aku
melakukannya.” Omel Rhea ceplas-ceplos. Wajahnya nampak masam.
Bambam hanya tersenyum. Ia
menyodorkan cermin kecil pada Rhea.
“Lihatlah.” Perintah Bambam.
Rhea malah menangis sesegukan, “Aku
tau aku bukan tipemu. Jadi lebih baik kita putus saja, aku tidak ingin
pernikahan kita hancur. Benar kata Mark, TaeYeonlah yang kau cintai, bukan aku.
Aku sudah salah paham denganmu selama ini.”
“Ah...Kau
yang salah paham sekarang. Cermin, cermin tolong katakan padanya.angin, tolong katakan
dia juga. Bahwa dia tidak perlu mengubah apa pun. begitu pun dia cantik dan
sempurna seperti dia saat ini.” Rhea masih menangis
tersendu-sendu mendengar nasehat manis dari Bambam.
“Tidak peduli betapa aku memberikan sebagian diriku untukmu.
Dan lihat. Dan aku ingin melihatmu, aku tidak menemukan bagian dari
dirimu sedikitpunyang menurutmu tidak cantik. Jika kau tetap dengan
caramu sekarangaku ingin tidak lebih dari apapun, sehingga tidak mengubah apa
pun tentang apa di dirimu sekarang. Jangan khawatir. Karena aku suka segala
sesuatu tentangmu. Aku akan menemukan sebuah cacat, jika ada cacat yang bisa kulihat.
Tapi kau mempesona, kau tidak hilang. Apakah kau tahu secantik apa kau dimataku?
Aku ingin kamu tau. Dirimu, engkaulah satu-satunya,” Bambam
menatap tulus gadis itu.
“Apa kau tidak
berbohong?” Rhea masih menyidik.
“Dengar, apa
yang ku katakan tadi, adalah kebenaran. Tidak ada sepekalimat pun yang menjadi
sebuah kebohongan sekarang. Aku tidak akan berpaling darimu,” Bambam
menggenggam tangan gadis itu pelan, mendekapnya tepat didadanya.
“kau bisa
merasakannya? Aku hanya ingin kau yang mendekap jantungku. Tidak boleh yang
lain. Don’t cry, okay?” Bambam
mengusap air mata Rhea. Salju masih setia menemani kehangatan pasangan itu.
“Besok jangan
coba-coba untuk pergi ke rumah sakit. Kau lupa? kau alergi dengan peralatan
dokter. Disuntik saja tidak mau. Apalagi dibedah,” Gumam Bambam seolah mengejek
Rhea.
“Aaa...mmm..Oppa!”
Rhea terjatuh ke dalam pelukan hangat calon suaminya.
Bambam
memeluknya erat. Ia ingin menjadi perisai untuk Rhea. Tak peduli berapa banyak
orang yang sedang menonton kemesraannya sekarang. meski banyak bisikan sinis
yang tedengar, mereka berdua tidak peduli.
Jalanan dekat Namsan Tower masih ramai. Kini, mereka
tengah duduk di bawah lampion. Bambam melancarkan aksinya.
“Kau tidak
keberatan bukan jika aku melakukannya?” Tanya Bambam dengan tatapan setajam
laser ke dalam mata lawan bicaranya, tanpa berkedip.
“Mwo? Jangan menatapku seperti itu,” Rhea
memalingkan wajah Bambam ke arah lain. Tapi Bambam malah memegang kedua pipi
Rhea. Rhea terkejut dan memberontak.
“Oppa apa yang
akan kau?” Rhea berteriak sekencang mungkin.
“Ssstttt...”
Tatapan Bambam
tertuju pada bibir merah Rhea yang menggodanya. Perlahan, ia menyentuhkan
bibirnya ke bibir Rhea. Rhea bergelut dengan nafsu Bambam, tapi semakin lama,
tangannya melemas dan ia merasa nyaman dengan suasana. Selepas 15 detik
kemudian. Keduanya masih terdiam. Rhea masih shock dengan apa yang telah
dilakukan calon suaminya.
“Apa yang baru
saja kau lakukan?” Rhea merasa aneh atas tingkah Bambam tadi.
“Aku baru saja
melakukan ciuman pertamaku.” Jawab Bambam santai.
“Benarkah itu
yang pertama? Atau kau hanya menggombaliku? Aku baru saja menerima ciuman
pertama dari namja yang baru sekali melakukannya? Sepertinya mustahil, rasanya
kau sudah sangat professional melakukannya,” Rhea belum plong mendengar jawaban
dari Bambam.
“Kalau
begitu,kurasa kita harus melakukannya lagi.”
Rhea mengerjab,
“Eh?”
“Haha..
aku tidak seganas itu, chagi. Naiklah!” Bambam menawarinya untuk digendong.
“Mwo?”
“Kakimu
sakit, kan? Naiklah!”
Akhirnya
Rhea naik ke punggung namja yang sudah jongkok di depannya. Di perjalanan, Rhea
mendengarkan cerita manis dari Bambam. Ia terlelap. Setengah perjalanan menuju
mobil, Bambam kembali menyeloteh.
“Ternyata
kau lebih berat dari yang ku kira.”
“....”
Tapi Rhea tidak menjawab.
“Rhea?
Kau tidur. Hah? Secepat itu kah?” Omel Bambam sambil mencengkeram kuat gadis itu.
Bambam
tidak pernah menyangka jikalau mimpinya menjadi kenyataan. Ia mengira jika ia
masih bermimpi, tapi tidak. Bambam telah berada di tengah fakta yang
menjaringnya masuk ke dalam kehidupan yang dinantinya. Seorang detektif muda
yang memiliki pasangan seorang desainer sekaligus penulis seperti Rhea.
“Ah!
Aku bersumpah...Demi Rhea yang ku impikan, aku akan menjagamu sampai akhir
hidupku. Aku akan memata-mataimu selayaknya aku menjadi detektif. Meski aku
pandai berkelahi, aku tidak akan meninjumu, Rhea. Nan jinjja saranghanda,
yongwonhi.”
***Just Right***
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar