.................................................................

.................................................................

Senin, 21 Desember 2015

Real Story Pre-Debut Choi Junhong (Zelo)




Pre-Debut Choi Jun Hong (Zelo) B.A.P

 “Saya lahir di Mokpo dari Jeonranam pada 15 Oktober 1996 dan saya anak bungsu dari dua bersaudara. Mimpi precognitive dari kelahiran saya adalah nenek saya (dari pihak ayah memberikan ibu saya keranjang berisi kentang raksasa. Saya pikir karena mimpi itu menjadi alasan mengapa kulit saya begitu pucat (tertawa). Kakek saya dari pihak ibu saya juga memiliki mimpi precognitive dari kelahiran saya, ia melihat seekor naga terbang di atas atap dengan patung Budha di mulutnya.”
Karena ia masih muda, Zelo punya tipe kepribadian di mana ia harus mencapai apa yg ingin ia lakukan. Karena dia memiliki sisi serakah yg kuat, itu sangat mengejutkan ibunya.
 “Saya pikir saya selalu berjuang sejak saya masih kecil. Saya sedikit memiliki citra onar jadi saya akan berbaring di tengah trotoar dan merengek jika ibu saya tidak membeli sesuatu yg saya inginkan. Jika saya membutuhkan sesuatu, maka saya harus memilikinya. Tentu saja, akibatnya saya menjadi masalah yg mendalam bagi ibusaya nantinya haha.”

 “Memasuki sekolah dasar, menjadi seorang pemain sepak bola adalah impian saya. Saya hanya ingat bermain sepakbola setiap hari dan ketika saya di kelas lima, itu titik di mana saya dibina untuk bergabung dengan tim sepak bola pemuda dari distrik kami. Jika saya memilih terjun untuk menjadi pemain sepak bola yg berlawanandengan saya sekarang (penyanyi), maka saya akan berpikir bahwa saya akan menjadi pemain sepak bola pada hari ini (tertawa). Namun, dengan ketidaksetujuan orang tua saya, saya tidak punya pilihan selain membuang mimpi saya menjadi seorang pemain sepak bola.”

Dengan ketidaksetujuan orang tuanya terhadap impiannya menjadi pemain sepak bola, Zelo mencoba memberontak tidak seperti yg lain. Meskipun demikian, keputusan yg dibuat oleh orang tuanya untuk niat baik akan masa depannya, Zelo masih terkejut pada usia muda. Tapi cukup cepat, Zelo mulai mengakui daya tarik dari sesuatu yg lain.

“Saya mendengarkan lagu dengan MP3 player saya dan setelah lelah bermain sepak bola, yg saya pikirkan adalah koreografi dari senior di televisi suatu hari. Sejak itu, saya akan meniru tarian mereka dan praktek secara rinci. Ketika saya masih di rumah, saya akan berlatih di depan cermin sendirian melakukan hal-hal seperti beat-box.”

“Karena kakak saya akan belajar di luar negeri, saya bingung. Itu karena saya menghabiskan hari-hari saya dengan kakak saya, saya benar tidak tau bagaimana bergaul dengan teman-teman. Ini juga salahku bahwa saya memiliki kepribadian pemalu haha. Saya ingat ketika bermain petak-umpet dengan anak-anak muda dari lingkungan kami.”

 “Pada akhir kelas 5, saya diperkenalkan ke akademi yg dihadiri senior Seungri (Big Bang) di Gwangju dan saya dikritik banyak untuk fashion saya pada awalnya. Pada saat itu, saya memakai celana tiga-perempat dan mengecat biru rambut saya di bagian depan dan ketika direktur akademi melihat saya, mereka mengatakan kepada saya :

‘Jika Anda tidak mengubah fashion Anda, maka kita tidak menerima Anda.’
Sejak itu, aku mengenakan skinny jeans dan mulai tumbuh tertarik pada fashion.”

“Saya pikir banyak orang di sekitar saya yg tidak
mengharapkan saya untuk sukses dan terutama dengan label sebagai ‘anak dari Mokpo’ menjadi luka bagi saya dan saya mulai mengubah pola pikir saya. Saya didorong untuk fokus pada setiap bidang, dari fashion dan musik juga.”
Kemampuan Zelo melampaui apa yg dibayangkan dan mendapatkan gelar sebagai siswa dengan belajar tercepat dan menerapkan keterampilan tercepat dari siswa lain di akademi. Fashionnya juga menarik perhatian dan ia menjadi salah satu dari orang-orang modis terbesar Gwangju. Setelah tingginya sudah lebih 170cm ketika sekolah dasar, tinggi abnormalnya membantu dalam pemilihan fashion lebih baik juga.
“Karena saya lebih tertarik di dunia fashion, saya sering bentrok dengan orang tua saya, saya berhubungan baik sebelumnya. Karena saya cenderung ingin pakaian yg mencerminkan karakter saya yg terbaik, bentrokan antara orang tua saya dan saya terjadi karena mereka ingin saya untuk berpakaian rata-rata (tertawa).”

Dia tidak hanya belajar tentang fashion karena ia resmi mulai belajar menari, menyanyi, dan beat-box sekitar waktu itu juga.

“Saya pikir apa yg saya pelajari di akademi adalah bantuan besar bagi saya dan karena kemampuan saya untuk bisa menerapkan apa yg saya pelajari cepat, orang mulai memanggil saya rising star tapi saya tidak benar-benar yakin. Saya tidak bisa puas meskipun mendengar pujian seperti itu dan saya tidak berpikir saya pernah berada dalam keadaan puas sebelumnya.”

Dalam menghadiri sebuah akademi di usia muda, Zelo memiliki kesulitan yg datang seiring dengan keinginannya untuk meningkatkan keterampilan dan ia harus menjual harta miliknya untuk ongkos sampai ke Gwangju di mana akademi itu berada, satu jam dari Mokpo di mana ia tinggal.

“Saya naik bus setiap hari dari Mokpo ke Gwangju untuk menghadiri akademi dan tarifnya tidak semua murah. Dengan memikirkan orang tua saya yg selalu melindungi saya, saya didorong untuk bekerja lebih keras dan sejak saat itu, saya belajar bagaimana untuk menyimpan uang saya.”
Mereka yg telah meremehkan keberhasilan Zelo itu mulai mengubah perspektif mereka ke dalam pandangan positif setelah melihat dia bekerja keras. Selain dengan pujian di sekelilingnya, ia diberi kesempatan untuk bertemu musisi dari mimpinya sambil terus bekerja keras dalam meningkatkan keahliannya.
“Suatu hari, senior Dynamic Duo datang untuk tampil di Terminal Gwangcheon Gwangju dan dua dari mereka mengambil foto dengan saya. Saya berpikir bahwa mereka tidak akan mengambil foto dengan saya tapi mereka melakukan dan saya benar-benar bahagia. Sejak itu, saya mulai menyukai senior Dynamic Duo (tertawa).”

Zelo tidak melepaskan studinya untuk menari, tetapi menghabiskan hari-harinya di sekolah karena ia juga memiliki seorang guru yg tak terlupakan.

“Saya menghadiri Jeil Middle School di Mokpo dan selama tiga tahun, saya pikir saya bertemu guru yg baik, guru Jo Hyunjin yg mengajar ilmu yg paling mengesankan dari mereka semua. Melihat teman-teman saya memecahkan soal sulit dengan mudah selama di kelas membuat saya berharap saya rajin juga tapi mencoba untuk memulai, tampaknya sulit dan guru saya pada saat itu telah memberi saya nasihat :
‘Lakukan apa yg Anda suka secara konsisten karena itulah yg penting.’
Saya mendapatkan keberanian dari kata-kata tersebut dan bekerja keras antara menari dan belajar.”
Zelo meningkatkan keterampilan menari dan bernyanyi di Gwangju, sampai bakatnya diketahui oleh seorang wakil dari sebuah perusahaan hiburan dan dia pindah ke Seoul setelah terpilih.
“Saya akhirnya pindah ke Seoul ketika saya memulai kehidupan trainee untuk sebuah perusahaan hiburan tertentu. Tentu saja, saya memiliki kekhawatiran rekan-rekan sesama di Seoul dan karena tinggi saya – hampir mendekati 180cm – Saya sering terpilih. Saya percaya diri di luar tetapi di dalam, saya agak takut(tertawa). Namun, saya segera menyesuaikan ke dalam gaya hidup itu dan bersenang-senang di sekolah.”
Zelo memiliki kesulitan dalam menangani kehidupan sekolahnya serta kehidupan trainee, tapi ia mengatasi hambatan tersebut dengan mengingatkan dirinya bahwa ia akan mampu mencapai mimpinya.
“Itu tidak mudah, banyak tugas, studi saya dan pelatihan, tapi saya pikir saya menghabiskan waktu dengan cara yg menyenangkan. Saya hanya memiliki dorongan yg kuat demi keinginan untuk debut dan melihat citra diri karena telah meraih mimpi saya tepat di depan mata saya, itu membuat saya berlatih lebih keras.”
“Pada tahun ketiga di sekolah menengah, ketika semester satu saya tampil di panggung musik remaja selama sekitar satu bulan. Saya belajar tentang bagaimana berinteraksi dengan penonton dan karena keadaan perusahaan pada saat itu, saya akhirnya meninggalkan dan mengambil istirahat selama beberapa minggu setelahnya (tertawa).”
Istirahatnya tidak berlangsung lama. Wakil dari perusahaan saat ini telah melihat keahliannya yg menonjol dan membawanya ke kehidupan trainee lain.
 “Orang pertama yg saya lihat di perusahaan itu Yongguk hyung. Melihat keterampilannya, itu membuat saya berpikir :
‘Saya tidak boleh berada di belakangnya.’
Saya didorong untuk berbuat lebih baik dari Yongguk hyung dan pemikiran saya belum berubah sejak itu (tertawa). Saya punya banyak belajar juga dan hidup bersamanya, itu membuat saya berpikir bahwa saya tidak akan pernah goyah dan bagaimana saya akan selalu berada di berdiri di tempat yg sama (jika dengan dia).”


cr : allkpop


Semoga, apa yang telah merea contohkan dapat menjadi inspirasi buat kita, terutama para Baby. :) 

Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One