.................................................................

.................................................................

Selasa, 01 Desember 2015

Fan Fiction - Who Are You [one shoot]



Fan Fiction

Title                 : Who Are You?
Author             : Jung Rae Ah (Ayu P.)
Main Cast        : OC  “Jung Rae Ah”
Other Cast       : B.A.P
Length             : One Shoot
Rating             : Teen
Genre              : School life, hurt, friendship, mystery, etc.
Back Song :
*GD-Who You*
*Exid-1M*
Disclaimer :
*This FF is Mine
*Cast belong to God and their parents
*Ayupuspitaningrum129.blogspot.com
A/N : Awas Typo Campur Aduk, Maaf Kalau Kurang Seru. ^_^
2015©Jung Rae Ah(Ayu P.)
...
...
---Happy Reading---
Hope You Enjoy It
...
...
“Love isn’t need your identity”
            Sinar mentari berlari cepat menerobos partikel-partikel udara. Iya, sore yang panas. Aku masih stay berselancar dalam arus internet yang ku akses lewat laptopku. Itulah kebiasaanku, wifi-an di sekolah saat semua orang telah pulang. Lebih tepatnya lagi aku tengah terduduk manis di depan kelas yang sudah dikunci oleh satpam. Sendirian disini, dan tak perlu aku takut. Karena aku Jung Rae Ah (Rhea).
            Hari ini aku dibuat penasaran oleh sosok yang disebut-sebut illuminati. Kesempatan emas kali ini, arus internetnya lumayan cepat. Aku menelusuri segala kasus tentang illuminati. Mulai dari maksud, bentuk, simbol, sampai orang-orang yang diduga sebagai lucifer dan para zionis.
            “Rhea-ya!” Seorang namja (lelaki) memanggilku dengan tegas.
            Ne (iya)... eh! Youngguk, Zelo, kalian kagak pulang ya.?” Tanyaku heran. Biasanya kedua sahabat itu selalu pulang duluan.
            Aniya (Tidak)... Kita mau voli,” Jawab Zelo yang sudah duduk sekitar 2 meter dariku di tempat duduk depan kelas. Bisa dikatakan kalau tempat duduk itu memang standart, simple, dan pokoknya bisa buat duduk banyak orang. Tapi aku hanya duduk di bawah untuk meletakkan laptopku tepat dihadapanku.
            “Nyari apaan sih? Kok kamu gak pulang?” Youngguk mulai angkat bicara.
            “Nyari ini nih.. illuminati, kan tadi aku baca buku tentang beginian gitu. Dan aku jadi penasaran deh. Mmm... pulang kok Young, tapi ntar kalo nae eonni (Panggilan seorang perempuan kepada perempuan yang lebih tua “kakak perempuan oleh adik perempuan”) selesai bimbingan.” Celotehku apa adanya.
            “Oh!”
            Tak lama kemudian, dua orang lelaki datang menghampiri kami. Mereka adalah temannya Zelo yang ternyata akan masuk ekstrakurikuler voli juga.
            Yak! Jel, kamu udah disini ya...” seorang dari mereka berbincang dengan Zelo dan Youngguk.
            “Iya lah...” jawab Zelo santai
            Eh! Apaan ini? Kok ada banyak ya orang-orang yang beginian. Well, aku jadi bingung nih.” Aku mulai heboh membaca sebuah artikel yang menyinggung perasaanku..
            “Apaan?” salah satu lelaki yang berbeda menanyaiku. Aku menggeleng tak mengerti dengan apa yang sedang ku baca. Lalu seorang lelaki yang kurang ku perhatikan itu duduk di sebelahku. Aku sempat melirik ke arahnya, cute kok wajahnya. Tapi setelah itu aku kembali menatam dalam-dalam laptopku.
            Wow! E.. eee..” seru namja yang duduk disebelahku.
            Tanpa peduli, aku mengidentifikasi atas kasus-kasus itu sedetail mungkin dengan bantuan Youngguk yang cukup paham dengan hal-hal seperti itu. Sudah hampir 30 menit aku melakukan hal-hal yang tak penting bagiku. Tapi menurut mereka, ya wajar-wajar saja. Tak lama setelah aku membaca sebuah komentar di suatu situs web, aku heboh kembali.
            “Kenapa sihh...? wae.. wae wa,,e??? Aigooo, terlalu terobesi banget penulisnya buat bikin fakta-fakta yang.. mmm... susah deh dijelasin, lah jangan-jangan SNSD juga ikut-ikutan nih,?” Moodku berubah menjadi panik. Belum lagi dikompori oleh seorang namja yang duduk didekat Zelo itu, “pasti SNSD lebih parahh. Hahaha...” Gelak tawa yang sangat menggelikan. Aku melengos dari tatapannya dan tak mempedulikan ucapan menyakitkan itu. Rupanya mereka berpengetahuan tentang idolku.
            “Eh enggak kok, bercanda,”
            “eh.. liat nih.. ah Maldo andwe (Tidak mungkin) mana bisa nih artikel membesar-besarkan sesuatu yang sebenarnya bisa ditoleransi. Coba aja kalo itu emang style, ah!” aku ber-puh dengan maksud ‘aku kesal’ apalagi saat aku memutar video SNSD.
            “Eh videonya kaga ada yang lebih pendek lagi bajunya?” Tanya seorang namja yang ada didekatku.
            “Itu karena kekurangan kain,” ucapan Youngguk ini sungguh membuatku ingin meledak.
            “Kan aku udah bilang, pliss jangan dihasrat. Eh kamu malah gitu, gak boleh ya...” Aku menyikapinya dengan innocent.
...
Denting jam terus bergulir disampingku. Tanpa kusadari, seorang namja yang duduk di sebelahku terus menatapiku dengan pandangan yang berbeda. Hal itu baru kusadari saat aku  meliriknya untuk kedua kalinya.
‘Ah! Dia bikin aku jadi... eh!’ pikirku dalam hati. Aku menggeleng ketakutan. Atau mungkin aku sedikit ke-GR an.
Untuk yang ketiga kalinya, aku sorotkan bola mataku ke arahnya yang sedang membaca lekat sebuah artikel yang terpampang jelas di monitor. Begitu aku menoleh, wajahnya terlihat bersinar di mataku. Aku membulatkan kedua mataku dengan sempurna. Yang membuatku merasa sedikit aneh, jarak antara mukaku dengannya selisih sekitar lima centi meter saja. Ini adalah rekor. Baru kali ini aku berjarak sedekat ini dengan seorang namja yang mengguncang hebat gelora di hatiku.
‘sepertinya aku pernah merasakan hal seperti ini. Dan bukankah ini adalah rasa itu, tapi mengapa kepada orang yang baru ku kenal setengah jam yang lalu?’ aku mendesah hebat. Dengan segera aku beralih menatap laptopku lagi sambil kuresapi apa yang sedang kurasakan.
Baru beberapa detik, akhirnya ia pergi untuk berganti seragam dengan namja yang belum ku ketahui namanya. Ah! Aku tiba-tiba merasa sedih saat ia pergi dari sini. Aigoo... apa aku ini cukup butuh orang yang mengisi hatiku agar aku bisa merasakan kebahagiaan di dalam kegelisahan? Tapi bukankah itu di awal saja? Di akhir cerita kita malah bermusuhan dan seolah saling tak mengenal? Lalu mencari penggantinya dalam hati yang terluka? Semua itu sebenarnya tidak bagiku. Hanya saja menjadi momok yang kutakuti jika aku dekat dengan seorang namja. Baru saja aku tau bahwa namja yang DULU pernah kusuka ternyata telah move on tetapi masih memandangku. Hebat, bukan? Hatiku seolah menjerit tetapi ia tak ingin mengenalku lagi.
Maka dari itu, aku tak ingin berlama-lama disini. Aku juga ingin melewatinya tanpa terluka. Dia tak tahu aku tidak membencinya, aku malah bertahan dengan ingin melupakannya. Dan semua itu aku temukan saat illuminati yang ku bahas hari ini. Namja itu, membuatku bangkit kembali. Aku ingin mengucapkan terima kasih, tetapi tak ada hubungannya dengan pertemuanku dengannya tadi. Sebenarnya siapa kedua namja itu?
...
Hari-hari setelah hari itu, menjadi saksi bisu pandangannya kepadaku. Setiap kali aku berpas-pas an dengannya, yang ku inginkan hanya salah tingkah. Sebelumnya aku tidak sepenuhnya paham dengan perasaanku sendiri. Tidak! Fokus Rhea, kau harus fokus!
...
Siang ini, aku dan teman-temanku sekelas sibuk menyiapkan mading untuk lomba kebersihan kelas.
Eh! Youngguk,,, si Daehyun mau kesini nagih hutangmu kemarin.” Eun Ji membelalakkan mata Youngguk yang siut-siut.
Nee...”
Eh! Daehyun?” tanyaku sambil menyipitkan ujung mataku.
nde, yang kemarin itu tuh... nganuin kamu soal illumiati.” Jawab Eun Ji santai.
Oh!” aku masih loading tentang si – anu itu.
“Eh itu kan ada dua namja, Daehyun itu yang mana sih?” aku belum terkoneksi dengan pembicaraannya Eun Ji.
“Noh... dia di pintu kelas kita tuh...”
“Oh! Arasseo-arasseo (oke-oke).” Aku mengangguk kurang percaya kalau dia lah orangnya. Lalu siapa dengan namja yang satunya lagi? Yang selalu ada saat ia ada didekatku.

...

Dua hari kemudian
Aku benar-benar mabuk karenanya. Tapi tatapannya seolah ingin mengungkapkan sesuatu padaku walau ia tak ingin berlama-lama memandangku saat aku berpas-pas an dengannya. Logika, setiap kali kita bertemu seseorang, pasti hanya sekedar menyapa sebagaimana wajarnya. Dan anehnya, Daehyun tampak gugup saat menatapku. Apakah itu yang dimaksud...?
Hari ini puncak merakit mading, setelah kegiatan pramuka pula. Semua ini butuh pengorbanan, kami juga rela lembur di kelas yang gelap. Hingga suatu ketika sebuah kejadian horor muncul secara tiba-tiba. Aku pun turut panik dalam hal itu. Disitu ada seorang namja yang belum ku kenal kemarin, tetapi bukan yang kusebut pernah mengguncang hatiku, ini yang satunya lagi. Dia mengikuti langkahku yang santai, tetapi kemudian ia malah merusak suasana, dengan mengagetkanku.
“A!” secuil huruf yang terlontar dari bibirku itu sedikit membuatku jengkel.
            Tanpa kusadari, aku NYARIS memeluk namja itu. Untung saja aku baru memeluk tangannya saja.
            “Hahaha... kamu penakut banget sih?” Ejeknya sambil menertawaiku.
            Yak! Enggak ah. Aku cuma kaget gara-gara kamu,” Rengekku manja.
            Sejujurnya, aku memang ketakutan. Tetapi ku kubur dalam-dalam rasa itu.Sakitnya, entah mengapa aku ingin Daehyunlah yang ada sekarang, bukan temannya ini. Huft! Hal itu membuatku merasakan hal aneh dari namja itu. Sungguh, bahasan illuminati  memang membuat hubungan dekatku dengannya. Bagaimana hari setelah ini? Bagaimana pula aku dan DaeHyun? Ah! Aku benar-benar tercengang karenanya.
            2 days later
            DaeHyun selalu mampir ke kelasku setiap saat ia punya waktu longgar. Romantis bukan namja itu? Aku berusaha menahan semua yang ku rasakan agar tak seorang pun tahu. Jika ada satu yang tahu, mungkin aku akan menjadi seorang korban yang tak bersalah.
            Maka dari itu, aku mesti menjauh kala ia mendekat. Kini pemikiranku menjadi berubah karena ia sudah memiliki seorang yeoja chingu. Aku tidak patah hati atau merasa kehilangan. Itu adalah haknya. Hanya saja, semua ini terkesan sandiwara yang hanya sebenarnya hanyalah tipuan belaka.

The End

Mian kalo kurang seru... mianhae... author lagi banyak tugas, jadinya begini lah jadinya.. apalah-apalah...
Wes, intinya gomawo. Author bakal berusaha lagi. Fighting, and plis drop your comment. *I need your comment J :D*

Tidak ada komentar:

Soshi One

Soshi One